Bandung, Kompas - Museum yang dikelola swasta sering kali terbentur pendanaan. Tidak adanya sumber dana rutin membuat pengelola museum swasta harus kreatif mengandalkan usaha sendiri.
Bambang Subarnas, pengajar Seni Rupa dan Desain Universitas Pasundan sekaligus kurator Museum Barli Bandung, Jumat (13/2), mengatakan, kondisi ini menyebabkan sejumlah museum swasta menjual koleksinya.
”Di negara maju, pemerintah ikut membantu museum, setidaknya dengan mengurangi bahkan membebaskan pajak karena bersifat pendidikan,” ujarnya.
Beberapa museum swasta di Jabar antara lain Museum Barli, Museum Popo Iskandar, Museum Selasar Sunaryo, dan Museum Serambi Pirous.
Menurut Bambang, kesan museum di Jawa Barat sebagai tempat menyimpan benda masa lalu yang tak berguna masih terjadi. Hal ini jauh dari fungsi museum sebagai sarana pendidikan dan pelestarian benda sejarah. ”Pemerintah daerah juga tidak berupaya memberdayakan museum,” kata Subarnas.
Pengelola Museum Barli, Sanga Priagana, mengatakan, usaha membuat museum menjadi tempat yang diminati masyarakat terus dilakukan antara lain dengan melakukan sejumlah terobosan.
Menurut Nunun Haryati, staf Seksi Pemugaran Balai Pengelolaan Kepurbakalaan Sejarah dan Nilai Tradisional Jawa Barat, permasalahan dana menjadi masalah terbesar dalam pengelolaan museum. Idealnya, ada donor yang menyumbang biaya operasional museum. (CHE)
Sumber: Kompas, Sabtu, 14 Februari 2009
No comments:
Post a Comment