Wednesday, February 11, 2009

Iptek: Mengenang 200 Tahun Charles Darwin

-- Ninok Leksono

"DARWIN melengkapi Revolusi Copernicus dengan memperkenalkan pemahaman alam sebagai sistem materi yang bergerak mengikuti kaidah hukum yang bisa dijelaskan oleh nalar manusia tanpa berpaling ke lembaga supernatural." (Francisco J Ayala, pakar biologi evolusioner University of California, Irvine, 2007)

Esok, Kamis, 12 Februari 2009, dunia memperingati 200 tahun Charles Robert Darwin. Sejak akhir tahun lalu, pelbagai penerbitan ilmiah menurunkan laporan mengenai ilmuwan Inggris yang telah mengubah cara pandang manusia tentang jagat natural ini. Berbagai universitas dan badan penelitian juga menyelenggarakan seminar dan pameran untuk menghormati tokoh besar ini.

Peletak dasar teori evolusi ini lahir di Shrewsbury, Shropshire, Inggris, dari satu keluarga kaya tahun 1809. Kakek dari ayahnya, Erasmus Darwin, adalah salah seorang intelektual terkemuka Inggris pada abad ke-18. Semula Darwin ingin belajar kedokteran dan masuk ke Universitas Edinburgh, tapi kemudian minatnya beralih ke teologi dan belajar di Cambridge.

Sosok dan pandangannya pun berubah setelah ia mengikuti ekspedisi ilmiah selama 5 tahun dengan kapal HMS Beagle yang meninggalkan Inggris tahun 1831. Saat itu, sebagian besar orang Eropa masih berpikiran bahwa dunia diciptakan Tuhan dalam tujuh hari.

Sebagaimana dikutip dalam Historic Figures BBC, dalam perjalanan Darwin membaca buku Prinsip-prinsip Geologi karya Charles Lyell yang menyarankan bahwa fosil yang ditemukan di bebatuan sebenarnya adalah binatang yang hidup ribuan, bahkan jutaan, tahun silam. Argumen Lyell ini tertanam, bahkan diperkuat, dalam pikiran Darwin melalui berbagai kehidupan satwa dan fitur geologi yang ia lihat sepanjang perjalanan.

Darwin mendapatkan pencerahan besar setelah mengunjungi Kepulauan Galapagos, sekitar 800 kilometer sebelah barat Amerika Selatan. Di sana, antara lain, ia mengamati bahwa setiap pulau mendukung berkembangnya burung finch (sejenis kutilang) yang khas untuk pulau itu. Burung-burung dari berbagai pulau di sana tampak mirip, tapi juga berbeda dalam banyak hal.

Teori evolusi

Sekembali ke Inggris tahun 1836, Darwin berusaha memecahkan teka-teki atas apa yang ia amati, juga yang menyangkut pertanyaan bagaimana spesies berevolusi. Dengan berbekal pemikiran Malthus, Darwin mengusulkan teori evolusi yang terjadi dengan proses seleksi alam. Hewan–atau tumbuhan–yang paling bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya paling besar peluangnya untuk bertahan hidup dan bereproduksi, sambil meneruskan karakteristik yang membantunya bertahan ke keturunannya.

Darwin mengerjakan teorinya itu selama 20 tahun. Di tengah jalan ia mendapat informasi bahwa naturalis Inggris lainnya, Alfred Russel Wallace, juga sampai pada ide yang sama. Kedua ilmuwan Inggris itu pun lalu menggelar pengumuman bersama mengenai penemuan mereka pada tahun 1858. Darwin sendiri, pada tahun 1859, menerbitkan mahakaryanya yang sangat masyhur, On the Origin of Species by Means of Natural Selection (Tentang Asal-usul Spesies Melalui Seleksi Alam).

Dari studinya, Darwin menyimpulkan bahwa 1) evolusi terjadi di alam; 2) perubahan evolusioner terjadi secara perlahan-lahan (gradual) dalam tempo ribuan sampai jutaan tahun; 3) mekanisme utama dalam terjadinya evolusi adalah satu proses yang disebut seleksi alam; dan 4) jutaan spesies yang hidup dewasa ini berasal dari satu bentuk kehidupan asli tunggal melalui proses pencabangan yang dikenal dengan nama spesiasi (speciation) (Lucidcafe Library).

Buku itu di satu sisi demikian masyhur, tapi pada sisi lain juga menjadi sangat kontroversial. Ini karena kelanjutan logis Teori Darwin adalah bahwa manusia (Homo sapiens) hanyalah wujud lain hewan. Melalui teori itu lalu jadi tidak mustahil bahwa manusia telah mengalami evolusi–mungkin dari kera–dan dengan itu menghancurkan keyakinan yang diajarkan agama tentang asal-usul penciptaan. Darwin diserang dengan dahsyat.

Namun, apa yang dicetuskan Darwin tak lama kemudian juga mendapat banyak dukungan dan malah kemudian menjadi ortodoksi baru.

Darwin wafat tanggal 19 April 1882 dan dimakamkan di Westminster Abbey, London, bersama dengan ilmuwan Inggris terkemuka lain, seperti Sir Isaac Newton.

Perkembangan mutakhir

Seiring dengan peringatan dua abad Darwin, diakui bahwa teori evolusi sendiri sudah bertahan selama 150 tahun di tengah berbagai kritik dan kecaman. Pada sisi lain, wacana tentang evolusi sendiri kini telah jauh melebar dan berubah seiring dengan makin luasnya campur tangan ilmu genetika. Adapun ilmu biologi evolusi sendiri hingga kini masih harus bergulat menjawab pertanyaan yang dulu juga sudah menyibukkan Darwin: Jadi, apa sebenarnya yang dimaksud dengan spesies?

Kini, para ahli biologi juga sedang mencari hasil eksperimen yang bisa menjelaskan bagaimana seleksi alam berlangsung pada level molekuler–dan bagaimana hal itu memengaruhi perkembangan spesies-spesies baru (Scientific American, 12/2008).

Pada sisi lain, biolog evolusioner seperti Peter Grant dan Rosemary Grant dari Universitas Princeton yang mempelajari 20.000 burung kutilang di Galapagos menemukan bahwa sekali waktu, evolusi juga bisa berlangsung bak letupan, dengan jangka waktu beberapa tahun saja, tidak ribuan atau jutaan tahun. Ini bertentangan dengan pemahaman Darwin mengenai evolusi yang berlangsung secara lambat. Pasangan Grant yang beruntung bisa menyaksikan evolusi ”in action” juga berhasil menuturkan secara runut waktu (chronicle) apa yang diduga merupakan spesies baru yang sedang dalam proses muncul, seperti yang tampak dari pengamatan katak Eleutherodactylus dari Amerika Tengah dan Selatan serta Karibia.

Diakui bahwa pemikiran awal mengenai evolusi–bahkan ide bahwa hanya yang paling tangguh yang akan bertahan–sudah ada sejak zaman kuno, lebih awal dari Socrates. Spekulasi mengenai bagaimana kehidupan berevolusi juga bermunculan pada abad ke-18. Namun, apa yang dicetuskan Darwin-lah yang bisa bertahan dari ujian ilmiah pada abad ke-19 dan sesudahnya.

Kini, penyelidik modern yang dilengkapi dengan kamera canggih, komputer, dan alat pemeriksa DNA menghasilkan temuan yang tetap mendukung karya Darwin. Karya Darwin dipandang tetap memiliki relevansi dengan sains dasar dan tujuan praktis–mulai dari bioteknologi hingga ilmu forensik–dan karena itu pula hari lahir Sang Naturalis besar ini, yang bertepatan dengan 150 tahun kelahiran karya agungnya, lalu dirayakan di seluruh dunia.

Teori Darwin dewasa ini menjadi satu pilar dasar sains modern, berjajar di samping relativitas dan mekanika kuantum. Seperti halnya Copernicus yang menggeser Bumi dari pusat semesta, semesta Darwin menggeser manusia sebagai episenter jagat alam. Seleksi alam bertanggung jawab atas lahirnya apa yang disebut Ayala ”desain tanpa desainer”, istilah yang mematahkan upaya keras yang kini masih dilakukan oleh sejumlah teolog untuk menjatuhkan teori evolusi.

Sumber: Kompas, Rabu, 11 Februari 2009

No comments: