Jakarta, Kompas - Kasus lagu Rasa Sayange dan reog ponorogo yang diklaim menjadi milik Malaysia menyadarkan Indonesia untuk peduli pada harta karun budaya yang indah dan beragam. Untuk memupuk rasa cinta budaya, digelar budaya nusantara bertajuk Festival Pantun Nusantara 2007. Program Ditjen Nilai Budaya Seni dan Film Departemen Kebudayaan dan Pariwisata ini terselenggara berkat kerja sama dengan Asosiasi Tradisi Lisan (ATL), Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB-UI), Pusat Kajian Bahasa dan Budaya (PKBB) Unika Atma Jaya, Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), 13 pemerintah daerah, dan sejumlah komunitas adat.
Wujud acara ini berupa pertunjukan, berinti tentang ritual kehidupan dalam lantunan pantun yang dikemas dalam jalinan suara, nyanyian, musik, dan tari. Para seniman yang terlibat antara lain dari Melayu-Riau, Gayo, Palembang, Minang, Bugis, Kutai, Papua, Ambon, Bali, Jawa, dan Betawi. Ikut mengemas acara ini di antaranya Nano Riantiarno, Deddy Lutan, Christ Pattikawa, dan Pudentia MPSS.
Festival Pantun Nusantara 2007 akan digelar di tiga lokasi, yakni di FIB-UI, Depok (Jumat, 7/12, pukul 14.00); Auditorium Rektorat Unika Atma Jaya Jakarta (Sabtu, 8/12); dan pertunjukan puncak pada Minggu (9/12) malam di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ).
Pentas pantun di dua kampus tersebut berupa nukilan pertunjukan lengkap di GKJ, diikuti diskusi yang akan melibatkan mahasiswa dan siswa SLTA. Sementara pertunjukan lengkap di GKJ mengusung tema Kearifan dalam Bertutur untuk Perdamaian, diawali ritual tentang kematian, kelahiran, akil balik, pertunangan, perkawinan, serta pertikaian dan perdamaian. (ton)
Sumber: Kompas, Rabu, 5 Desember 2007
No comments:
Post a Comment