Sunday, December 30, 2007

Visit Indonesia Year 2008: Pariwisata Harapkan Inisiasi Daerah

BISAKAH Visit Indonesia Year (VIY) 2008 memenuhi target kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) sebesar 7 juta orang? Pertanyaan itu menjadi pemicu keraguan sekaligus optimisme pelaksanaan dan keampuhan VIY 2008.

Dalam jumpa pers akhir tahun, Kamis (27/12), Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Jero Wacik mengakui target 6 juta wisman tahun ini belum bisa tercapai. Wacik memprediksi total jumlah wisman sampai akhir Desember ini sekitar 5,5 juta orang. "Karena belum mencapai target, tentunya kita perlu mengadakan evaluasi," ujarnya.

Meski demikian, nada positif tetap disampaikan Wacik mengingat angka 5,5 juta merupakan rekor baru. Sejak 1998 hingga kini, jumlah wisman terbesar terjadi pada 2004, yakni sekitar 5,3 juta orang. Berkaitan dengan hal itu, Wacik mengatakan rasa optimistisnya pada perkembangan program VIY 2008. "Kita tidak perlu ciut melihat keberhasilan negara tetangga menjaring wisman. Yang terpenting sekarang ialah menanamkan sadar wisata kepada masyarakat di pelosok negeri," tukasnya.

Untuk itu, kerja sama pemerintah pusat dan daerah sangat dibutuhkan. Pemerintah daerah yang memiliki destinasi wisata potensial hendaknya berupaya agar wisatawan yang sudah pernah datang mau berkunjung lagi. Masalah itu, tegasnya, bukan semata tanggung jawab departemen. "Semua tergantung kepada pimpinan daerahnya. Ada pimpinan daerah yang bersemangat menata pariwisata, ada juga yang sampai sekarang belum tergerak."

Itu sebabnya, lanjut Wacik, masih terlihat ketimpangan perkembangan pariwisata antardaerah. Pun ada jurang perbedaan kemajuan pariwisata antara Indonesia bagian barat dan timur. Dalam arti, infrastruktur dan fasilitas wisata yang tersedia di Indonesia bagian barat lebih memadai ketimbang yang ada di Indonesia timur. "Sekali lagi, kondisi itu tergantung pada kebijakan pimpinan daerah. Seharusnya, jika suatu destinasi wisata sudah banyak dikunjungi wisman, pemdanya tergerak untuk mulai mengembangkan lokasi, termasuk mencari investor," tukasnya.

Lebih jauh ia menyebutkan, sampai sekarang geliat pariwisata Indonesia bagian timur masih terbatas pada wisata bahari. Itu pun belum merata. Namun, beberapa pemerintah daerah mulai gencar melakukan promosi dan menarik investor, seperti kawasan Raja Ampat di Papua dan Wakatobi, Sulawesi Tenggara.

Seni budaya


Berkaitan dengan beberapa kasus yang berpotensi memunculkan konflik Indonesia Malaysia, Wacik menegaskan, pihaknya akan segera membuat lembaga antarpemerintah. Tujuannya ialah mengamankan kekayaan budaya tradisional.

Ia menuturkan, lembaga itu mungkin berbentuk dewan pakar yang bisa mengamankan budaya tradisional dari klaim negara lain, juga menghindari berbagai kesalahpahaman terkait dengan perpindahan dan pengaruh seni budaya.

Ia menjabarkan perpindahan suku tertentu dari negara satu ke negara lain mungkin menjadi penyebab munculnya seni budaya yang mirip, bahkan sama persis, misalnya kesenian barongsai yang juga banyak dihadirkan dalam acara-acara budaya di Indonesia. "Ini merupakan seni budaya yang dibawa para pendatang Tiongkok ke Indonesia. Tapi kita tetap menyebutnya barongsai dari Tiongkok. Bukan barongsai Indonesia. Itulah yang harus dilakukan dan ditegaskan," paparnya.

Di bidang perfilman, Wacik menilai produksi film tahun ini mengalami kemajuan cukup pesat, dengan jumlah produksi sekitar 70 film. Menurut dia, itu menggembirakan, apalagi banyak upaya mengangkat daerah sebagai potensi wisata melalui media visual jenis film.

Pada kesempatan itu, heboh slogan VIY 2008 yang berbunyi Celebrating 100 years of Nation's Awakening juga disinggung. Beberapa kalangan mengatakan slogan itu seharusnya berbunyi Celebrating 100 years of National Awakening.

Setelah mengadakan konsultasi dengan beberapa pakar bahasa, Wacik menyatakan tidak ada yang salah dari kedua kalimat tersebut. Tapi karena program VIY ini berkaitan dengan perayaan Kebangkitan Nasional yang ke-100, harusnya kalimat tersebut berbunyi Celebrating 100 years of National Awakening. Nation's awakening menurut Menteri bermakna lebih sempit dengan terjemahan harfiah kebangkitan bangsa. "Padahal yang kita maksud adalah Kebangkitan Nasional. Karena itu, departemen telah menginstruksikan pihak-pihak terkait untuk mengubah slogan tersebut," tegasnya. (Wey/M-1)

Sumber: Media Indonesia, Minggu, 30 Desember 2007

No comments: