JAKARTA, KOMPAS - Pengembangan bahasa asing tidak boleh memusnahkan budaya dan bahasa daerah yang merupakan identitas bangsa. Hal tersebut menjadi dasar pemikiran menggunakan sastra daerah yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai alat bantu mengajar.
"Permasalahan pengajar Bahasa Inggris adalah bagaimana menggunakan materi daerah untuk mengajar secara efektif dan memperkuat identitas bangsa tanpa membuat siswa terkungkung dalam kedaerahannya," kata Suwarsih Madya, presiden organisasi pengajar Bahasa Inggris Indonesia atau Teaching English as a Foreign Languange Indonesia (Teflin), dalam acara peluncuran Konferensi Internasional Pengajar Bahasa Inggris Seluruh Asia tahun 2008, Senin (3/12), di Jakarta.
Menggunakan terjemahan sastra daerah dalam pengajaran Bahasa Inggris akan menjadi salah satu yang akan dibicarakan dalam konferensi yang akan diselenggarakan di Sanur, Bali, Agustus 2008.
Menurut Suwarsih, kendala yang dihadapi adalah kurangnya tenaga ahli dalam proses penerjemahan. "Penerjemahan harus hati-hati. Bila tidak, keindahan dan muatan budaya dari sastra daerah itu akan hilang," ujar Suwarsih.
Selama ini pelajaran Bahasa Inggris lebih banyak disajikan dengan cerita asing, yang tentu saja memiliki konteks dan latar belakang budaya yang berbeda.
Deputi Bidang Pendidikan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Fuad Abdul Hamid mengatakan, bangsa Indonesia harus bisa membawa budaya lokal ke tingkat internasional, tanpa kehilangan identitas.
Pengamat dan praktisi pendidikan Arief Rachman mengatakan, dalam mengajarkan Bahasa Inggris, seorang pengajar harus mengarahkan anak didiknya pada pengertian lintas budaya. Menurut dia, pelajaran satu bahasa yang dipahami seluruh dunia adalah untuk mewujudkan perdamaian antarumat manusia walaupun berbeda bangsa. (A-10)
Sumber: Kompas, Selasa, 04 Desember 2007
No comments:
Post a Comment