Jakarta, Kompas - Pementasan teater di Indonesia jarang menggunakan naskah drama karya sendiri atau naskah asli. Padahal, banyak masalah sosial di Tanah Air yang bisa diangkat dan menjadi kritik sosial yang membangun.
Tokoh teater senior, Putu wijaya, Sabtu (29/12), mengatakan, ada kecenderungan di beberapa kelompok teater untuk menggunakan karya penulis asing karena lebih bergengsi dan berkualitas bagus.
Dalam Festival Teater Jakarta (FTJ) 2007 yang diadakan Di Taman Ismail Marzuki pada 21-31 Desember menjadi bukti. Dari 18 finalis, hanya tiga kelompok yang menggunakan naskah asli.
Menurut Putu, yang juga Ketua Dewan Juri FTJ 2007, ada dua keuntungan yang didapat dari penulisan naskah drama. Pertama, semakin banyak naskah drama yang dibuat akan semakin memacu perkembangan teater. Kedua, naskah drama buatan Indonesia semakin mengenalkan budaya dan realitas bangsa.
Joind Bayu Winanda, sutradara Teater Amoeba, mengangkat ”Macbeth”, sebuah karya klasik William Shakespeare. Namun, di ajang FTJ ini, ia mementaskannya dalam versi modern. Para pemainnya tidak menggunakan jubah dan pedang, tetapi jas dan pistol layaknya mafia.
”Saya harus mengangkat sesuatu yang beda. Apalagi kebanyakan penonton adalah mahasiswa,” kata Joind. Ia juga mengaku terpengaruh film Romeo + Juliet (1996) garapan Baz Luhrmann yang juga ber-setting kota masa kini.
Sementara itu, sutradara Teater Gonjang-Ganjing yang juga finalis FTJ, Rini Threesia, mengatakan, kelompoknya belum memiliki satu naskah sendiri pun. ”Saya belum berpikir untuk menulis naskah karena takut jika nanti tidak bisa mewakili realitas sosial yang ada,” kata sutradara yang mementaskan karya Tennessee Williams.
Ia berencana untuk menulis naskah setelah mementaskan dua cerita lagi. Ia mengaku belum bisa menulis naskah dan sekaligus menjadi sutradara. (A04)
Sumber: Kompas, Senin, 31 Desember 2007
No comments:
Post a Comment