Monday, March 30, 2009

Enam Presiden RI dan Film

-- Yan Widjaya*

APAKAH mereka yang pernah menjadi orang-orang nomor satu di republik ini juga penggemar film seperti kita? Inilah catatan yang hendak saya laporkan kepada Anda.

Soekarno

Kepala Negara pertama Republik Indonesia, dari 1945 sampai dengan 1966.

Tahun 1957, ketika Bung Karno berkunjung ke AS, beliau disambut hangat Presiden John F Kennedy dan banyak bintang top. Bahkan, putra sulungnya, Guntur, dihadiahi oleh koboi legendaris Roy Rogers, satu setel busana koboi komplet dengan sepatu larsnya.

Sebelum menjadi proklamator, ketika dibuang pemerintah kolonial ke luar Jawa, ke Benkoelen (sekarang: Bengkulu), Bung Karno sempat menyalurkan bakat menyutradarai. Beliau membentuk perkumpulan sandiwara dengan sejumlah muda-mudi, menulis cerita skenario dan mengarahkan sendiri beberapa pergelaran. Yang paling terkenal, Dr Satan.

Bung Karno, pada dasarnya mencintai kebudayaan. Berkawan baik dengan tokoh film Usmar Ismail. Antara lain beliau merestui pembuatan film dakwah, Tauhid (1954) arahan Asrul Sani.

Darah seni Bung Karno menurun ke putranya, Guruh, yang memimpin koreografer tari, menggubah lagu, menggelar pertunjukan musikal, bahkan main film Untukmu Indonesia dan Wali Songo.

Bung Karno ditampilkan dalam;

- Pengkhianatan G.30.S PKI (1982),

- Djakarta '66 (1983/tetap diperankan Umar Khayam),

- film Australia, The Year of Living Dangerously (1983), yang dibintangi Mel Gibson sebagai wartawan (Bung Karno sekelebat diperankan pemain Filipina, lokasi syuting di Manila),

- film kerja sama Indonesia-Tiongkok, Chow En-lai in Bandung/2003 (Bung Karno diperankan Soultan Saladin), dan

- Gie (2004), karya Riri Riza, ada adegan Soe Hok Gie diterima Bung Karno di Istana Negara (juga diperankan Saladin).

Soeharto

Presiden kedua ini berkuasa lebih awet, 32 tahun (1966-1998). Mungkin belum banyak yang tahu, kalau Bapak Pembangunan kita ini sangat menyukai film silat Hong Kong.

Pada 1976, saya membantu Tobali Indah Film yang mengimpor film Mandarin. Yang tersukses, Killer Clans, arahan Chu Yuan, dibintangi Ku Feng, Yueh Hua, Tsung Hua, Ching Li, dan all stars cast. Skenarionya diangkat dari cersilnya Ku Lung, Liu Sing Hu Tie Jien. Saya membuat buklet 32 halaman yang penuh foto dan cerita di balik layar. Buku itu sampai juga ke tangan beliau. Sampai dua kali Pak Harto meminjam filmnya untuk ditonton di rumahnya, Jl. Cendana, Menteng, Jakarta Pusat.

Ingin tahu inti ceritanya? Tentang ketua persilatan bergelar Lao-Pek. Ia dikhianati murid kepercayaannya sendiri. Markasnya porakporanda, namun Lao-Pek yang waskita lolos karena telah menyiapkan sarana bila terjadi sesuatu. Rupanya, filsafat yang diterapkan Lao-Pek sangat berkesan bagi beliau yang mewaspadai munculnya tokoh serupa Brutus di sekelilingnya.

Pak Harto ditampilkan dalam film-film yang direstuinya:

- Janur Kuning (1979), arahan Alam Surawidjaya, diperankan Kaharuddin Syah,

- Pengkhianatan G.30.S PKI (1982), arahan Arifin C. Noer, diperankan Amoroso Katamsi,

- Djakarta '66 (1983), arahan sutradara dan pemain yang sama,

- Nyoman dan Merah Putih (1989), dalam adegan klimaks ketika Pak Harto turun dari mobil untuk memasuki gedung pertemuan.

BJ Habibie

Presiden ketiga ini bukan saja tertarik pada teknologi pesawat dan membeli kapal tanker dari Jerman, tapi juga secara berterang menyatakan sangat menyukai sinetron Cinta Fitri yang ditayangkan stripping setiap malam di SCTV sejak tahun 2007.

Kalau ada episode terlompat, toh Manoj Punjabi, produser MD, pasti mengirimkan kaset lengkap Cinta Fitri dari tayangan pertama sampai ketiga.

Abdurrahman Wahid

Lebih ngetop dipanggil Gus Dur, sang Kyai nyleneh. Pengetahuannya tentang film tak kalah dibanding wartawan kawakan seperti misalnya xjb (JB Kristanto).

Itu sebabnya beberapa tahun silam, Gus Dur menjadi Ketua Dewan Juri FFI. Dan, yang dimenangkannya sebagai Film Terbaik adalah arahan Slamet Rahardjo, Kembang Kertas (1984).

Megawati Soekarnoputri

Nah, satu-satunya perempuan yang pernah menjadi orang nomor satu di republik ini, ternyata menggemari film India.

Favoritnya tentu Kuch Kuch Hota Hai (1998). Itu sebabnya, Raam Punjabi mengundangnya untuk menonton Kabhi Kushi Kabhie Gam (2001) yang juga dibintangi Shah Rukh Khan, Kajol, dan Amitabh Bachchan, di Hollywood KC 21.

Susilo Bambang Yudhoyono

Bersama presiden keenam ini, saya sempat beberapa kali nonton bareng. Dari Serambi, karya Garin Nugroho dkk, berlatar Aceh pasca-tsunami. Kami menonton setelah pukul 21.00 WIB di Studio XXI, Thamrin, Jakarta Pusat. Beliau beruntun menonton Nagabonar Jadi 2, Ayat-Ayat Cinta, dan Laskar Pelangi.

Itulah catatan tentang enam presiden kita. Bagaimana dengan presiden ketujuh? Kita tunggu sampai akhir Pemilu 2009 ya?

* Yan Widjaya, pengamat film

Sumber: Suara Pembaruan, Senin, 30 Maret 2009

No comments: