Saturday, March 07, 2009

Hong Kong Masih Menjadi Pusat Seni Asia

Jakarta – Balai Lelang Sotheby’s akan menggelar lelang benda-benda seni bertajuk “Hong Kong Spring Sales 2009” pada April mendatang.

Hong Kong dipilih karena Sotheby’s menilai kota tersebut masih menjadi pusat seni untuk kawasan Asia. Hong Kong dapat disejajarkan dengan New York dan London, yang menjadi pusat seni untuk kawasan barat (western).

Hong Kong Spring Sales ini adalah bagian dari lelang rutin yang diselenggarakan Sotheby’s setiap dua tahun sekali. Kali ini, Sotheby’s mengunggulkan South East Asian Pictures yang akan dilelangnya. Lukisan-lukisan modern dan kontemporer dari negara-negara seperti Indonesia, Filipina, Thailand, Malaysia, dan Singapura ikut ambil bagian di sini. “Lukisan kontemporer memang sedang ramai diminati saat ini. Trennya sedang mengarah kepada lukisan yang romantis dan minimalis,” kata Perwakilan Sotheby’s di Indonesia, Deborah C Iskandar.

Dari Indonesia, nama-nama seperti I Nyoman Masriadi dan Handiwiman Saputra merupakan pelukis-pelukis kontemporer yang lukisannya sudah sering dilelang dalam event ini. Mereka adalah pelukis-pelukis yang banyak dikenal sejak dekade 2000-an ini.
Selain itu, ada juga Thailand yang sudah dikenal luas dengan Thai Contemporary Art-nya. “Banyak kolektor dari Eropa, Taiwan, dan Hong Kong yang ingin mengkoleksi lukisan-lukisan dari Indonesia dan Asia Tenggara ini,” kata Deborah.

Namun, Deborah juga mengakui bahwa memang lukisan kontemporer Asia Tenggara ini masih belum setara kualitasnya dengan lukisan kontemporer dari China atau India. Dari segi harga pun, harga lukisan asal China maupun India masih jauh lebih tinggi. “Bahkan, lukisan China lebih luas dikenal bila dibandingkan dengan lukisan Barat, sedangkan lukisan Indonesia belum banyak dikenal di Barat,” kata Deborah.

Kolektor memang lebih banyak membeli lukisannya berdasarkan prinsip buy what you like. Meskipun demikian, mereka juga tetap memperhatikan kualitas lukisan, cita rasanya, dan estimasi harga yang ditawarkan.

Lukisan-lukisan yang dilelang semuanya adalah hasil pencarian yang dilakukan oleh Sotheby’s. Umumnya mereka mendapatkannya dari kolektor maupun galeri-galeri. “Pelukis memang bisa menawarkan karyanya untuk ikut dilelang, tetapi masih akan kita lakukan penilaian lagi,” kata Deborah. Pelukis bisa mengirimkan foto lukisannya, yang selanjutnya akan diseleksi oleh tim kurator Sotheby’s yang berkantor di Singapura.

Usia lukisan juga masih berpengaruh terhadap tinggi rendahnya harga estimasi suatu lukisan. Lukisan Affandi yang dibuat pada tahun 1960-an misalnya, tentu akan dihargai lebih tinggi bila dibandingkan dengan lukisan Masriadi yang dibuat tahun 2000-an ini. Lebih jauh lagi, Deborah juga optimistis bahwa lukisan Indonesia bisa mengejar ketinggalan dari China atau India bila intensitas berpameran di luar negerinya diperbanyak.

Harta Dinasti Ming

Benda-benda purbakala juga turut dalam lelang kali ini, termasuk di dalamnya benda-benda pusaka peninggalan masa Kekaisaran Tiongkok dahulu. Sebut saja barang-barang perabotan rumah tangga peninggalan Dinasti Ming yang dikenal banyak menggunakan tatah emas atau barang-barang keramik dari masa-masa Dinasti Qing atau Yongzheng.

Selain lukisan dari Asia Tenggara, akan dilelang pula lukisan-lukisan China, baik yang master maupun kontemporer, dan juga lukisan kontemporer dari negara-negara Asia Tenggara yang lainnya, termasuk Korea, Jepang, dan Asia Utara.

Ada juga lelang jam-jam antik dan berlian. Untuk seni rupa, selain lukisan juga akan dilelang beragam jenis patung. Dari Indonesia ada Rudi Mantovani dan Hendry Weirman yang turut serta melelang karya patungnya April nanti. “Para kolektor dari seluruh dunia akan datang ke Hong Kong untuk mengikuti lelang ini,” kata Deborah. Sebelumnya, sudah digelar juga pameran untuk perkenalan (preview) kepada calon pembeli di beberapa negara Asia. Pameran preview di Jakarta berlangsung pada 27-28 Februari lalu.

Dewasa ini, para kolektor muda memang cenderung mendominasi acara-acara lelang yang diselenggarakan Sotheby’s. Dari kisaran usia antara 45-65 tahunan, kebanyakan kolektor umumnya berusia 30 tahunan. Antara kolektor berpengalaman dengan yang baru mengoleksi pun tidak ada perbedaan yang bisa memengaruhi penawaran harga. Para kolektor baru umumnya sudah memiliki wawasan yang luas tentang lukisan sebelum mereka berani mengikuti lelang. Dari segi harga pun, banyak juga lukisan yang memang masih dapat dijangkau oleh kolektor pemula.

Berdasarkan pengalaman, dari keseluruhan lukisan yang dilelang, yang terjual akan bisa mencapai jumlah 80 persennya. Menurut Deborah, ada banyak hal yang memengaruhinya yang pada akhirnya akan dikembalikan kepada kolektor itu. (dwin gideon)

Sumber: Sinar Harapan, Sabtu, 7 Maret 2009

No comments: