SLEMAN, KOMPAS - Dari sekitar 7.400 cagar budaya yang tercatat di Indonesia, baru sekitar 1.600 yang terpelihara dengan baik. Sisanya, 5.800 cagar budaya, kurang terawat dan pemerintah terkendala dana untuk perawatannya.
Selain itu, terdapat pula potensi benda-benda cagar budaya yang hilang akibat tidak terjaga dengan baik. ”Keadaan ini merupakan kerugian besar bagi bangsa karena sifat cagar budaya itu tidak bisa diperbarui (nonrenewable resources),” kata Direktur Jenderal Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Hari Untoro Dradjat di Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, Kamis (12/3). Hari menghadiri acara pembekalan tentang konservasi dan pelestarian World Cultural Heritage Candi Borobudur dan Prambanan.
Hari mengatakan, dana pemeliharaan yang dianggarkan tahun 2009 hanya Rp 215 miliar. Jumlah itu dinilai jauh dari cukup untuk bisa merawat seluruh cagar budaya yang ada. ”Setidaknya dibutuhkan dana empat kali lipat untuk pemeliharaan dan pelestarian seluruh cagar budaya itu,” tuturnya.
Karena terbatasnya anggaran tersebut, Hari mengatakan, pihaknya harus menerapkan skala prioritas bagi cagar budaya yang sanggup dirawat untuk tujuan pelestarian.
Secara terpisah, ahli arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, Djoko Dwiyanto, mengatakan, untuk menyiasati terbatasnya anggaran, langkah yang bisa dilakukan pemerintah adalah melibatkan masyarakat dalam pemeliharaan cagar budaya tersebut. ”Setidaknya, pemerintah harus bisa menumbuhkan kesadaran masyarakat yang hidup dekat cagar budaya untuk turut memelihara dan menjaganya,” ujarnya.
Pencurian arca diselidiki
Secara terpisah, berkaitan dengan hilangnya arca di Museum Balaputra Dewa Palembang, tujuh saksi diperiksa Direktorat Reserse Kriminal Kepolisian Daerah Sumatera Selatan. Semua yang diperiksa merupakan pengelola museum, yakni Kepala Museum Syafei Wahid, anggota staf museum, dan satpam.
Direktur Reskrim Polda Sumsel Komisaris Besar Artsianto Darmawan, Kamis, mengatakan, ketujuh orang tersebut masih sebatas dimintai keterangan sebagai saksi.
Secara terpisah, Kepala Bidang Humas Polda Sumsel Komisaris Besar Abdul Gofur menjelaskan, anggota polisi sudah melakukan penyelidikan dan olah tempat kejadian perkara (TKP). Polisi juga menyisir tempat-tempat penjualan barang antik di Palembang dan tempat-tempat yang diduga menjadi tempat persembunyian pelaku.
Dari Kota Solo, Jawa Tengah, dilaporkan, lampu gantung dan arca perunggu di Museum Radya Pustaka yang diduga palsu diperkirakan buatan perajin perunggu di Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Pada November 2008, Pelaksana Tugas Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jatim Aris Soviyani dalam keterangannya kepada penyidik dari Kepolisian Kota Besar Surakarta menyebutkan tujuh benda perunggu yang disimpan di Museum Radya Pustaka buatan baru. Ketujuh benda itu adalah dua arca Avalokitesvara, dua arca Buddha, arca Cunddha, arca Dewi Tara, dan satu lampu gantung. (ENG/WAD/EKI)
Sumber: Kompas, Jumat, 13 Maret 2009
1 comment:
uh... sangat menyedihkan..........
sangat banyak yg seperti ini.......
hihihikkhihkk... sedih.. :((
Post a Comment