Thursday, May 01, 2008

Festival Pantun Serumpun: Kota Tanjungpinang sebagai Negeri Pantun

[JAKARTA] Festival Pantun Serumpun se-Asia Tenggara diselenggarakan untuk melestarikan, mengembangkan, dan memasyarakatkan tradisi berpantun rumpun Melayu, khususnya di Indonesia. Pantun secara turun temurun mendapatkan apresiasi positif dari masyarakat, maka sebagai jati diri bangsa keberadaannya harus dipertahankan. Kota Tanjungpinang dikukuhkan sebagai Negeri Pantun.

Sejumlah pemain berpentas pada Festival Pantun Serumpun di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Selasa (29/4). Acara tersebut terselenggara atas kerja sama Yayasan Panggung Melayu dengan Pemerintah Kota Tanjungpinang. (SP/Abimanyu)

Ketua Penyelenggara Festival Pantun Serumpun se-Asia Tenggara Asrizal Nur, Selasa (29/4) malam di Jakarta mengatakan, dalam kesusastraan Indonesia keberadaan pantun harus diakui sebagai roh kebudayaan dan tonggak kesusastraan yang lahir dan mengakar di ranah Melayu, dan menyebar menjadi milik penduduk di Nusantara. Festival pantun yang dihadiri peserta dari Brunei Darussalam dan Malaysia, merupakan tonggak sejarah dalam kesusastraan di wilayah rumpun Melayu yang dikukuhkan dalam prasasti kebudayaan.

Pada prasasti kebudayaan itu dicatat rekor berbalas pantun terlama, pemberian gelar Bapak Pantun Melayu kepada Tenas Effendi yang sedang sakit, dan mengukuhkan kota Tanjungpinang sebagai Negeri Pantun. Selain itu, juga dilaksanakan Opera Pantun, Orasi Pantun, peluncuran buku, dan situs Negeri Pantun.

Pada acara itu, Wali Kota Tanjungpinang Suryatati A Manan menyebut, pantun adalah tradisi sastra lisan yang terus dipelihara, dikembangkan, dan digiatkan untuk digunakan, tidak hanya untuk kepentingan seremonial budaya, tetapi telah mengakar dan tidak terpisahkan dari masyarakat Tanjungpinang. Menurutnya, untuk memfasilitasi aspirasi masyarakat, Pemerintah Kota Tanjungpinang ikut memelihara dan menggiatkan penggunaan pantun lewat berbagai kegiatan untuk mengembangkan pantun, seperti Peraduan Pantun, Cerdas Cermat Pantun, Penulisan Pantun, dan Pergelaran Pantun dari tingkat terendah hingga regional seperti Festival Pantun Serumpun.

"Ibarat irama dan lagu, pantun tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Tanjungpinang," katanya.

Festival Pantun Serumpun se-Asia, ujar Suryatati, memacu kreativitas berpantun, bahkan terbentuk komunitas pantun di kampung atau desa, sekolah, sanggar, dan kedai minum. Dengan kata lain, pantun telah menembus berbagai strata kehidupan di tengah masyarakat.

Suryatati mengatakan, tradisi berpantun oleh generasi muda jika ditulis dan dibukukan, akan menghasilkan ribuan karya pantun. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Tanjungpinang bekerja sama dengan budayawan pantun mengemas pantun-pantun spontan tersebut ke dalam berbagai buku. [RRS/N-4]

Sumber: Suara Pembaruan, Rabu, 30 April 2008

1 comment:

BeLLy Blog's said...

Great Blog..!!!! Keep Blogging.... :)

Tetap Berkarya dengan Postingan yang hebat