Friday, May 16, 2008

Sastrawan Taufiq Ismail 55 Tahun Berkarya

SEPANJANG perjalanan penulisan, pada saat ini berjangka 55 tahun sudah, pertanyaan dalam diri saya berulang kali adalah: Apa sebenarnya yang saya inginkan dari seluruh yang dikerjakan selama ini berlelah-lelah? "

Kalimat risau tersebut ditulis Taufiq Ismail dalam kata pengantar buku berjudul Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit. Sebuah pertanyaan dari seorang sastrawan Indonesia yang terus berkarya selama 55 tahun.

Taufiq Ismail terbilang penulis yang produktif. Dia menulis puisi, esai, cerita pendek, drama, lirik lagu hingga laporan jurnalistik dengan tema yang sangat beragam. Dia juga menerjemahkan berbagai karya sastra dari penyair dunia.

Buku Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit yang diluncurkan Rabu (14/5) di Aula Mahkamah Konstitusi, Jakarta mencoba menjawab kerisauan Taufik. "Saya ini tidak lama lagi masuk ke dalam kubur. Sudah lama saya ingin mengumpulkan karya saya yang terserak itu. Ini adalah kewajiban saya, karena saya ingin cucu saya dan teman-temannya bisa membaca karya-karya saya kelak," ucap penyair kelahiran Bukittinggi, 25 Juni 1935 itu usai peluncuran buku yang terdiri dari empat seri tersebut. Peluncuran buku dihadiri Ketua Mahkamah Konsitusi RI Prof Dr Jimly Asshiddiqie, Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan, budayawan Emha Ainun Najib serta kelompok musik Bimbo.

Buku Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit yang pertama berisikan puisi lengkap Taufiq Ismail yang dituliskannya sejak tahun 1953 - 2008. Termasuk yang diambil dari buku Manifestasi (1963), Tirani (1966), Benteng (1968), dari tamu Museum Perjuangan (1969), Langit (1990) dan Malu (Aku ) Jadi Orang Indonesia (1998). Selain itu juga termuat sejumlah puisi yang belum dipublikasikan.

Sumber: Suara Pembaruan, Jumat, 16 Mei 2008

No comments: