Wednesday, February 27, 2008

Sastra: Menyimak Dunia Sufi dari Syair Goethe

PENYAIR dunia asal Jerman, Goethe, memandang kebudayaan Timur sebagai salah satu gerbang yang dapat menghantarkannya mencapai sebuah kebenaran. Ia menghormati Muhammad dan mengidolakan ajaran sufi Hafiz. Syair-syair Goethe ternyata juga mengungkap budaya Timur.

Penyair, Agus R Sarjono (kiri) bersama pengamat sastra Jerman, Berthold Damshauser tampil membacakan puisi karya Penyair Jerman, Johann Wolfgang von Goethe pada pembacaan puisi dwibamasa di Pusat Kebudayaan Jerman Goethe Hause, Jakarta, Selasa (26/2). (sp/ignatius liliek)

Hal tersebut diungkapkan oleh Agus R Sarjono, penyair sekaligus Ketua Dewan Kesenian Jakarta, yang ditemui saat membacakan puisi karya Goethe, di Goethe Haus Jakarta pada Selasa (26/2) malam. Agus dan Berthold Damshauser, pengamat sastra Jerman ikut membacakan sejumlah puisi Goethe. Sekalipun syair Goethe hidup, gaya membaca Agus dan Damshauser tidak cukup ekspresif.

Agus mengatakan Goethe sebagai seorang penyair besar di zamannya, yang telah memiliki pemikiran sangat maju mengenai kebudayaan dunia termasuk kebudayaan Arab dan Persia. Ia mempelajari agama Islam secara intelektual, yang mungkin tidak dipahami oleh sebagian besar budayawan zaman itu.

Goethe mengagumi kesatuan dan keesaan Tuhan yang dipercaya oleh umat Islam. Dalam puisi Diwan Barat dan Timur, ada pengaruh ajaran Islam sangat tercermin.

Bila makna Islam pada Tuhan berserah diri

Maka dalam Islam semua kita hidup dan mati.

Sastrawan bernama lengkap Johann Wolfgang von Goethe mendapat banyak inspirasi dari puisi kebudayaan Persia, seperti ajaran sufi milik Hafiz yang sangat ia kagumi. Ia bahkan terpesona dengan ragam kekayaan puitis negeri Timur, sehingga merasa dari sanalah tempat puisi itu berasal. Goethe mempelajari bahasa Persia dan Arab. Goethe mempelajari pula Al-Quran dan puisi-puisi klasik Persia.

Dalam satu karya berjudul Selige Sehnsucht (rindu dendam), Goethe memperlihatkan kedekatan dan kekagumannya terhadap ajaran sufisme seperti milik Hafiz yang ia rasakan sangat menyerupai kepercayaan yang ia yakini. Karya tersebut menceritakan sebuah kupu-kupu yang merindukan sebuah kematian dalam kobaran api, seperti manusia yang merindukan cahaya Ilahi.

Pada kesempatan yang sama, Berthold Damshauser yang juga Dosen Sastra Indonesia di Universitas Bonn, Jerman, mengatakan Goethe suka membandingkan ilmu-ilmu teologi yang pernah ia pelajari. Ia merupakan satu-satunya sastrawan besar di zamannya yang sangat terbuka terhadap kebudayaan Timur. Ia merasa beberapa hal dalam ajaran Islam, sesuai dengan kebenaran yang diyakini.

Kagumi Timur

Goethe lahir dan mati sebagai penganut ajaran Kristen Protestan. Walau memiliki kekaguman terhadap agama Timur dan ajaran Islam, ia tidak dapat disebut sebagai penyair yang berkiblat pada kebudayaan Timur. Ia mempelajari semua agama dan kebudayaan di dunia untuk mencari sebuah kebenaran sejati yang akan mendekatkan dia kepada Sang Penciptanya.

Dalam salah satu karya berjudul Diwan Barat-Timur, Goethe juga memberikan kontribusi besar terhadap sastra dunia yang mungkin dilakukan secara tidak ia sadari. Segala pemisahan dunia Barat dan Timur, Islam dan Kristen, tidak berpengaruh bagi Goethe. Ia mempelajari semua agama sebagai pengetahuan yang kasual dan menyerap bagian-bagian yang ia anggap benar. Menurut Goethe, sebuah pencarian akan kebenaran tentang Tuhan, alam dan kesinambungannya tidak dapat dibataskan dengan Timur dan Barat, maupun ajaran-ajaran tertentu.

Lahir pada tahun 1749 di Frankfrut, Jerman, dari orangtua yang berada dan memiliki sebuah perpustakaan besar yang berisi buku-buku kebudayaan, Goethe tumbuh sambil melahap habis seluruh pengetahuan dunia yang ia dapatkan melalui bacaan tersebut.

Sejak kecil, Goethe telah memperlihatkan minat yang besar di bidang sastra, khususnya pembacaan puisi, prosa dan pertunjukan teater. Dan pada usia ke-16 ia telah menerbitkan sebuah buku puisi berjudul Anette. Karya-karya puisinya di usia muda juga sudah mencerminkan perhatiannya terhadap kebudayaan Timur dengan melahirkan sebuah puisi Himne Mahomets Gesang (Dendang Nabi Muhammad) dan membuat sebuah drama yang tidak rampung berjudul, Mahomet. Tidak hanya Islam, ia juga mempelajari kebudayaan-kebudayaan Yunani klasik dan Nasrani yang dicerminkan dalam karya-karya lainnya.

Goethe menciptakan karya-karya besar yang menjadi harta besar untuk kebudayaan Eropa abad ke-18. Salah satu karya terkena Goethe berjudul Erlkonig (Raja Mambang) juga digubah menjadi sebuah simponi oleh komponis besar asal Jerman, Franz Schubert. Puisi tersebut menceritakan tentang makhluk spiritual yang sanggup mencabut nyawa manusia. Puisi ini memperlihatkan Goethe yang juga memiliki ketertarikan terhadap dunia spiritual.

Berthold mengungkapkan Goethe merupakan salah satu contoh pujangga besar Eropa abad ke-18 yang memiliki apresiasi tinggi terhadap budaya Timur. Melalui puisi-puisinya, Goethe ingin menyampaikan pada masyarakat Eropa pada zaman itu, antara budaya Timur dan Barat memiliki banyak persamaan daripada perbedaan.

Melalui sebagian karyanya tersebut, ia ingin membantu saling pengertian masyarakat Eropa saat itu terhadap sebuah kebudayaan yang unik yang juga memiliki banyak makna kehidupan yang baik. Karya Goethe dapat menjadi jembatan antara dunia Barat dan Timur yang selama ini terpisah oleh jurang perbedaan kebudayaan. [CAT/U-5]

Sumber: Suara Pembaruan, Rabu, 27 Februari 2008

No comments: