-- Sheri Raraswati*
MENGAJAR anak membaca dan menulis, apalagi membuat anak gemar membaca pada dasarnya bukanlah hal yang mudah dilakukan setiap orang tua maupun pendidik. Hal ini bisa saja terjadi karena faktor usia di mana pada usia pra sekolah anak cenderung tidak menyukai hal-hal yang bersifat konkret.
Tidak heran banyak kita menjumpai orang tua yang kebingungan menghadapi anak-anaknya dalam belajar atau sekadar mendampinginya pada saat belajar. Akhirnya, orang tua hanya bisa menyerahkan semua ini kepada orang lain yang dianggap memiliki kompetensi dalam mendukung proses belajar anak.
Namun, kita tidak bisa membiarkan semua ini berlalu begitu saja ada hal-hal yang harus kita lakukan untuk menstimulus kemampuan anak sejak dini. Untuk mencapai ini semua tentulah peran orang tua dan pendidik sangat diperlukan.
Pada dasarnya tidak ada patokan kapan seorang anak dikatakan siap untuk menerima pengajaran. Mulai sejak lahir anak-anak telah memiliki tugas perkembangan di mana tugas-tugas perkembangan tersebut harus dapat mereka lakukan termasuk fase perkembangan manusia yang dimulai dari sejak lahir.
Semiawan dalam bukunya mengatakan anak pra sekolah berada pada fase progresif. Anak cenderung keras kepala asyik dengan dunia fantasinya dan masa ini juga ditandai dengan sifat egosentris.
Senada dengan ini teori perkembangan intelektual Piaget menjelaskan anak pada usia ini berada pada fase praoperasional di mana anak belum dapat melakukan konseptualisasi hal yang abstrak dan membutuhkan situasi fisik yang konkret. Oleh sebab itu, orang tua harus dapat menghadapi anak dengan bijaksana.
Dalam kehidupan masyarakat sering pro dan kontra terdengar terutama menyikapi sikap para pendidik dalam mengajarkan membaca dan menulis bagi anak prasekolah. Alasannya karena anak usia prasekolah dianggap belum siap menerima pengajaran. Hal ini tidaklah sejalan dengan pendapat para ahli, di antaranya Glen Dolman menganjurkan kepada para pendidik untuk mengajarkan anak membaca dan menulis sejak dini bisa dilakukan hal ini sangat baik untuk mendukung kemampuan berpikir anak.
Jika perkembangan berbicara berkembang secara alami tidak demikian dengan kemampuan membaca dan menulis. Maka berikanlah pendekatan kepada anak hal yang bersifat menyenangkan dan harus disadari bahwa belajar membaca dan menulis adalah suatu proses yang timbul karena dukungan lingkungan.
Orang tua dan pendidik dituntut perannya untuk dapat menciptakan lingkungan yang mendukung kesiapan anak. Hal yang tidak dapat terlepas dalam proses belajar membaca dan menulis adalah bagaimana caranya kita menciptakan suasana belajar membaca dan menulis yang disampaikan dalam bentuk yang konkret. Juga terdapat unsur kesenangan dan bermain sehingga pada akhirnya belajar membaca dan menulis bukanlah hal yang menakutkan dan menyeramkan, tapi merupakan hal yang menyenangkan bagi mereka. n
* Sheri Raraswati, Guru TK Tunas Melati Bandar Lampung
Sumber: Lampung Post, Jumat, 22 Februari 2008
No comments:
Post a Comment