JAKARTA (MI): Hasil penelitian UNESCO (Organisasi PBB untuk Bidang Pendidikan, Sains, dan Kebudayaan) menyatakan dua bahasa ibu di Papua dan dua bahasa ibu di Sumatra telah hilang. Oleh karena itu, pembinaan bahasa ibu harus dilakukan secara dini.
"Pembinaan bahasa ibu juga harus berkelanjutan di kalangan generasi muda, baik jenjang pendidikan formal maupun pendidikan nonformal," kata Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO Arief Rachman di sela peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional 2008, di Gedung Depdiknas, Jakarta, kemarin.
Lebih lanjut, Arief mengatakan pembinaan bahasa ibu penting dilakukan guna mempertahankan ruh budaya bangsa Indonesia yang sudah mengakar ratusan tahun.
Selain itu, pembinaan akan menjaga kelestarian atas keragaman budaya bangsa Indonesia.
Arief mengemukakan perlunya pembinaan secara dini terhadap bahasa ibu, khususnya bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia. Bahasa ibu bisa diajarkan kepada anak-anak yang sudah masuk jenjang pendidikan sekolah dasar kelas tiga.
"Pada umumnya, mereka (siswa) sudah mulai paham, dan sudah mulai banyak mendengar kosakata bahasa ibu di tengah-tengah masyarakat. Jika hal itu tidak diasah pada pendidikan formal, kosakata yang mereka kuasai dikhawatirkan sedikit pudar, dan dipahami secara bias," ujarnya.
Untuk pendidikan nonformal, lanjut Arief, hal itu bisa diajarkan di sela pengajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi pendidikan. Namun, menurutnya, bahasa daerah tetap diajarkan secara berkelanjutan sehingga muatan bahasa daerah sebagai ibu tetap menjadi perhatian para peserta didik nonformal.
Arief juga meminta kalangan media massa lokal, baik surat kabar maupun televisi, tetap memberikan perhatian kepada pembinaan bahasa daerah sebagai bahasa ibu di kalangan massa, mengingat semakin gencarnya gempuran bahasa-bahasa internasional ke tengah masyarakat.
Sementara itu, Kepala Pusat Bahasa Depdiknas Dandy Sugono menambahkan pembinaan bahasa ibu, dalam hal ini, bahasa daerah, sangat penting dalam proses kemajuan bangsa.
"Apalagi, di era globalisasi saat ini, ketika penggunaan bahasa internasional yang cenderung dominan, dan bisa menimbulkan masalah bagi bahasa-bahasa ibu di daerah," ujar Dendy.
Dendy menilai, dengan adanya globalisasi, ada tiga masalah yang akan dihadapi bahasa ibu, yakni bahasa ibu yang masih banyak digunakan, bahasa ibu yang terancam punah, dan bahasa ibu yang sudah punah.
"Saat ini, bahasa ibu yang terancam punah adalah bahasa ibu yang jumlah penuturnya di bawah 1 juta. Bahkan berdasarkan penelitian oleh UNESCO, ada 50% dari 6.700 bahasa ibu di dunia akan punah dalam 100 tahun," kata Dendy.(Dik/H-2)
Sumber: Media Indonesia, Selasa, 26 Februari 2008
No comments:
Post a Comment