RANCAGE terus memperluas jangkauan karya sastra berbahasa ibu. Mulai tahun ini, Yayasan Rancage memberikan penghargaan kepada karya sastra berbahasa Lampung. Dengan demikian, Rancage kini menjangkau karya sastra dalam empat bahasa ibu, yakni Sunda, Jawa, Bali, dan Lampung.
Buku kumpulan sajak Mak Dawah Mak Dibingi (Tak Siang tak Malam) menjadi karya sastra berbahasa Lampung yang mendapat penghargaan Rancage pertama kalinya. Zulkarnain Zubairi-lah penyair yang menyusun kumpulan sajak yang diterbitkan BE Press, Tanjungkarang Barat, Lampung, itu lewat nama pena Udo Z Karzi.
Sajak-sajak Udo ini lebih banyak berbicara problem-problem kehidupan masa kini yang dihadapi masyarakat bawah. Dalam sajaknya juga terekam isu-isu lingkungan, pengangguran, korupsi, juga ketuhanan. Dalam sambutannya, Ketua Dewan Pembina Yayasan Rancage, Ajip Rosidi, berharap penghargaan tersebut bisa mendorong sastrawan lain untuk menulis karya sastra dalam bahasa lampung.
Para penerima penghargaan Rancage 2008, telah diumumkan bersamaan dengan peringatan 70 tahun Ajip Rosidi. Selain Udo, sastrawan lain yang juga menerima penghargaan ini adalah Godi Suwarna untuk karyanya Sandekala. Karya Godi ini mengungguli 32 karya berbahasa Sunda yang terbit sepanjang 2007.
Sandekala merupakan roman yang dituturkan dengan kata ganti orang pertama uing (saya) dalam bahasa dialek Ciamis. Roman ini dikisahkan dengan latar belakang krisis multidimensi yang kemudian melahirkan reformasi.
Dengan penghargaan tersebut, Godi tercatat tiga kali menerima anugerah Rancage. Hadiah ini pertama kali diterimanya pada tahun 1993 untuk kumpulan puisinya yang berjudul Blues Kere Lauk. Penghargaan serupa juga diterimanya pada tahun 1996 lewat karyanya berjudul Serat Sarwasatwa yang merupakan kumpulan cerita pendek.
Sedangkan untuk karya sastra berbahasa Jawa, penghargaan Rancage 2008 diraih oleh Bledheg Segara Kidul. Kumpulan sajak karya penyair Turiyo Ragilputra ini mencerminkan sikap dan perhatian penyair terhadap budaya, bangsa, dan rekan-rekannya. Bledheg Segara Kidul ini menyisihkan 24 karya berbahasa Jawa yang terbit sepanjang tahun 2007.
Penganugerahan hadiah sastra Rancage untuk karya sastra berbahasa Bali diserahkan kepada I Nyoman Manda untuk karya romannya Depang Tiang Bajang Kayang-kayang. Roman ini berisi kisah pertautan hati antara gadis Bali dan pria Australia yang terhenti akibat peristiwa bom Bali.
Menurut Ajip, panitia menilai lima judul buku berbahasa Bali yang terbit sepanjang 2007. ''Ini lebih sedikit dari tahun-tahun sebelumnya yang biasanya ada belasan judul,'' tutur Ajip.
Selain Manda, pria Bali yang juga mendapatkan hadiah Rancage tahun ini adalah I Made Suatjana. Dia adalah penemu program penulisan aksara Bali yang disebut Bali Simbar. Program ini bisa diaplikasikan dalam komputer lewat program Microsoft Word.
Untuk semua penerima penghargaan Rancage, panitia memberikan piagam dan uang masing-masing senilai Rp 5 juta. Panitia menjadwalkan penyerahan piagam dan hadiah tersebut pada Mei 2008 mendatang.
Bersamaan dengan diumumkannya penerima penghargaan Rancage, panitia juga menentukan penerima Hadiah Samsudi 2008. Hadiah ini didedikasikan untuk penulis buku bacaan anak-anak berbahasa sunda. Untuk tahun ini penerima hadiah Samsudi adalah Ai Koraliati untuk karyanya Catetan Poean Rere. Ai berhak mendapatkan piagam dan uang senilai Rp 2,5 juta. (irf)
Sumber: Republika, Minggu, 3 Februari 2008
No comments:
Post a Comment