JAKARTA, KOMPAS - Kecintaan Petrus Kanisius Ojong atau lebih dikenal PK Ojong, salah seorang perintis pendirian harian Kompas, terhadap karya seni bukan didasarkan nilai komersial atau investasi, tetapi lebih pada menghargai sosok karya seni itu sendiri dan senimannya. Menghargai dan membantu seniman tidak cukup hanya dengan menulis kegiatan mereka, tetapi juga membeli karya seniman tersebut.
Hal itu dikemukakan Wakil Pemimpin Umum Kompas Agung Adiprasetyo ketika membuka Pameran Koleksi Bentara Budaya bertajuk Jejak-jejak PK Ojong di Bentara Budaya Jakarta (BBJ), Jalan Palmerah Selatan, Jakarta, Kamis (14/2) malam. ”PK Ojong bukan hanya sekadar bicara, tetapi juga melakukan sesuatu. Barang seni yang beliau koleksi bukan mewakili sosok komersial, tetapi sosok penghargaan. Menghargai sosok karya itu dan kesenimanan,” ujarnya.
Pengunjung menyaksikan Pameran Foto Pariwisata Sumbar 2008 di Taman Budaya Padang, Kamis (14/2). Sekitar 100 foto yang menampilkan keindahan alam, bangunan budaya, hingga berbagai kegiatan seni di daerah ini dipamerkan pada acara ini. (Kompas/Agnes Rita Sulistyawaty)
Pameran Koleksi Bentara Budaya ini dibuka setiap hari mulai pukul 10.00 sampai pukul 18.00 WIB dan berlangsung hingga 24 Februari mendatang. Pameran menampilkan bermacam karya seni seperti lukisan, keramik, dan barang antik. Khusus tempayan, ada yang berasal dari Dinasti Ming abad ke-16, Dinasti Sung abad ke-10, Dinasti Ching abad ke-18 dan abad ke-18.
Lukisan karya para empu seperti Sudjojono dan Hendra Gunawan, Popo Iskandar, serta karya-karya puncak para the old master pelukis Bali juga dikoleksinya.
Agung menjelaskan, kepedulian PK Ojong tidak hanya dengan seniman, tetapi juga dengan nasib rakyat biasa.
Menghormati rasa seni
Direktur Eksekutif Bentara Budaya Efix Mulyadi mengatakan, pameran dirancang untuk menghormati rasa cinta terhadap benda seni dan barang antik yang ditumbuhkan dan diwujudkan PK Ojong ketika mengawali koleksi sejak tahun 1970-an.
”Hasil perintisan tersebut telah berkembang dalam jenis dan jumlah. Sampai Februari 2008 ini terkumpul 731 buah keramik berbagai bentuk dan ukuran, daerah asal, dan zaman pembuatan. Lukisan yang terkoleksi sebanyak 586 buah, patung kayu 463 buah, dan patung batu 30 buah. Masih ada berbagai jenis karya seni lain maupun barang antik, serta benda yang bersifat etnigrafis,” katanya.
Dari sekian banyak karya itu, lanjut Efix, yang ditampilkan adalah serba sedikit, namun yang dianggap mewakilinya, termasuk karya empu dari Bali yang menggetarkan. Pameran koleksi karya seni akan menjadi acara tahunan Bentara Budaya.
”Dengan itu kami juga memenuhi harapan bahwa karya seni mestinya bersifat sosial: mereka tidak hanya disekap di ruang-ruang pribadi atau komunitas terbatas, tetapi bisa dinikmati oleh umum,” ujarnya. (NAL)
Sumber: Kompas, Jumat, 15 Februari 2008
No comments:
Post a Comment