JAKARTA (Media): Kelumpuhan imajinasi sosial menghambat perubahan yang positif di Indonesia. Imajinasi adalah kunci untuk memahami kekuatan kreatif yang menciptakan masyarakat.
Hilmar Farid, pengajar Fakultas Sastra Universitas Indonesia, mengatakan hal itu pada diskusi buku The Imaginary Institution of Society karya Cornelius Castoriadis di kantor Perhimpunan Pendidikan Demokrasi (P2D), Jakarta, Senin (25/2). "Imajinasi sosial itu memberi arah pada institusi sosial, memotivasi tindakan, menggerakkan tradisi, dan lain-lain," katanya.
Buku yang pertama kali terbit pada 1975 itu merupakan karya yang paling dikenal dari Castoriadis. Dalam buku tersebut, filsuf Prancis itu menawarkan analisis yang berbeda terhadap kerangka kehidupan sosial. Castoriadis menempatkan imajinasi sebagai kerangka sosial, bukan hanya sebagai aktivitas individual seseorang.
Hilmar menerangkan bahwa selama ini terjadi kemandekan dalam pemikiran imajinatif, di mana kreasi terhambat karena masyarakat dibatasi aturan-aturan yang ada dalam pemikiran mereka. "Bagaimana mau menjalankan perubahan bila pemikiran mengenai perubahan tersebut tidak ada. Orang malas dengan perubahan dan hanya menginginkan kepastian," tambah Hilmar.
Saat ditanya mengenai implementasi pemikiran Castoriadis untuk perubahan nyata di Indonesia, Hilmar menjelaskan, imajinasi Castoriadis dapat diterapkan sebagai cara untuk memikirkan perubahan. "Jadi ini merupakan cara berpikir tentang konsep, dapat dipahami sebagai pemikiran sebelum merumuskan konsep."
Sedangkan Arif Susanto menyatakan perlunya kemapanan pada kerangka tertentu. "Masyarakat perlu sistem yang pasti sebagai sebuah sandaran," ujar dosen politik Universitas Paramadina tersebut.
Menanggapi kemiskinan imajinasi masyarakat yang diutarakan Hilmar, Ahmad Salman menyatakan sebaliknya. "Imajinasi masyarakat tidak dalam krisis. Saat saya ke Papua, sebagian besar penduduknya optimistis memandang bangsa. Saya melihat kukuhnya imajinasi positif ini," papar peserta diskusi P2D ini. (*/H-1)
Sumber: Media Indonesia, Rabu, 27 Februari 2008
No comments:
Post a Comment