DEPOK (Media): Pemerintah Kota (Pemkot) Depok minim perhatian terhadap sejumlah kegiatan kesenian dan kebudayaan yang sebenarnya punya potensi untuk berkembang.
Perkembangan kesenian di Depok jauh tertinggal dibandingkan daerah lain seperti Tangerang dan Bekasi. Demikian persoalan yang mengemuka dalam pertemuan komunitas Saung Budaya di Depok, beberapa waktu lalu.
Komunitas itu didirikan oleh sejumlah seniman yang tinggal di Depok seperti Maman S Mahayana, Asrizal Nur, Sihar Ramses Simatupang, Remy Novaris, dan lainnya.
Pengamat sastra dan sastrawan Maman S Mahayana mengatakan, sejak era Badrul Kamal hingga era Nurmahmudi Ismail, tidak ada niatan Pemkot Depok membangun kota dari aspek budaya. ''Membangun kota tanpa kesadaran berbudaya maka akan melahirkan kota yang amburadul. Jika kota tidak berbudaya, kota itu akan menjadi kota liar.''
Parahnya lagi, lanjut Maman, Dewan Kesenian Depok pun tidak banyak kiprahnya.
Asrizal menambahkan, padahal Depok memiliki sederetan seniman dengan reputasi nasional hingga internasional. Contohnya WS Rendra, Gerson Poyk, Hamsad Rangkuti, almarhum Pramudya Ananta Toer. Ada pula Diah Hadining, Dianing, Rieke Dyah Pitaloka, Jimmy Johansyah, dan lainnya.
Untuk itu para seniman ini menggagas berdirinya saung budaya sebagai embrio dari para seniman Depok. Asrizal Nur sebagai penggagasnya. (Eri/H-3)
Sumber: Media Indonesia, Jumat, 25 Januari 2008
No comments:
Post a Comment