Sunday, January 27, 2008

Horison: Sajak-sajak Mengalir di Tengah Ribuan Buruh Pabrik

RIBUAN buruh pabrik rokok itu bersorak ketika pentas baca puisi yang dipandu oleh penyair Kudus, Jumari HS, dimulai. Satu demi satu penyair nasional pun naik ke atas panggung untuk membacakan sajak-sajak mereka. Dan, dinding-dinding pabrik seperti tergetar ketika baris-baris sajak meluncur nyaring melalui pengeras suara.

Suasana makin heboh ketika penyair Diah Hadaning dan Chavcay Syaefullah turun panggung dan membaca sajak sambil berjalan menyusuri 'lorong' di antara deretan para buruh - hampir semuanya perempuan - yang sedang menggiling rokok. Seperti tak mau kalah, Fikar W Eda dan Davie's Sanggar Matahari mendekati para buruh, dan mengajak mereka menyanyi, ''Tak lelo, lelo lelo ledong....''

Suasana makin gempita ketika 'bintang tamu' yang ditunggu-tunggu, Sujiwo Tejo, naik panggung dan mengajak para buruh pabrik rokok Djarum Kudus itu bernyanyi bersama, '' Kalau aku jadi presiden di sini, yaiyo yaiyo....'' ''Ini pengalaman yang sangat mengesankan, dan takkan terlupakan,'' kata dosen Tokyo University of Foreign Studies, Shiho Sawai, yang menyertai kunjungan para sastrawan ke pabrik rokok yang terletak di Megawon, Kudus, Jawa Tengah, itu.

Menurut Jumari, yang juga karyawan perusahaan rokok tersebut, ada sekitar 2.500 buruh giling di pabrik yang dipakai untuk pertunjukan baca puisi tersebut. Secara keseluruhan, di Segawon, ada sekitar 14.000 buruh giling, dan sebagian besar perempuan. Saat baca puisi berlangsung, mereka tetap bekerja seperti biasa. Mereka bersorak, bertepuk, dan bernyanyi sambil tetap bekerja. ''Baru kali ini diadakan pentas baca puisi di tengah-tengah mereka. Karena itu, mereka sangat surprise,'' katanya.

Pentas baca puisi di tengah-tengah para buruh pabrik rokok itu menjadi agenda yang paling mengesankan dari wisata budaya yang 'menutup' Seminar Nasional dan Kongres Komunitas Sastra Indonesia (KSI) di Kudus, yang berlangsung pada 19-21 Januari 2008. Selain ke pabrik rokok, mereka juga mengunjungi Menara Kudus, Museum Kretek, dan pabrik jenang dodol Kudus, Mubarok.

Di pabrik rokok, rombongan diterima oleh Direktur Produksi PT Djarum Kudus Thomas Budi Santosa dan Yudi Eko Wicaksono dari Djarum Corporate Communication, manajer SKT Oi Riwayat Slamet, beserta sejumlah staf. Sedangkan di pabrik jenang dodol diterima oleh Direktur Utama PT Mubarok Food Cipta Delicia, Muhammad Hilmy SE. Para sastrawan sempat menyaksikan proses pengadukan jenang yang sudah serba mesin, serta proses pemotongan dan pembungkusan dodol yang masih manual.

Hampir semua penyair dari berbagai penjuru Tanah Air yang mengikuti wisata budaya ikut membacakan sajak-sajak mereka di tengah buruh pabrik. Mereka, antara lain Fatin Hamama, Mustafa Ismail, Mustafa W Hasyim, Ibnu PS Megananda, Dinullah Rayes, Irmansyah, Saut Situmorang, Bambang Widiatmoko, dan Yant Mudjianto.

Semua penyair berusaha menarik perhatian dengan sajak-sajak yang ringan dan akrab di telinga para buruh pabrik. Dan, sekitar satu jam, kata-kata puitis, sajak-sajak kepedulian sosial, mengalir di tengah pabrik rokok, mengajak ribuan buruh bergembira sesaat, di tengah rutinitas mereka menggiling rokok.

Pertunjukan baca puisi dan seni tradisi yang berlangsung dua malam berturut-turun di Gedung DPRD Kudus - tempat berlangsungnya Kongres KSI I 2008 -- juga tidak kalah menariknya. Begitu juga talk show yang disiarkan langsung oleh RRI secara nasional, serta perayaan komunitas dan Seminar Nasional Komunitas Sastra, yang berlangsung sehari suntuk dan membahas berbagai masalah komunitas sastra.

Perhelatan tiga hari yang didukung penuh oleh Djarum Bakti Pendidikan ini diawali dengan Kongres KSI yang menghasilkan pengurus baru periode 2008-2010, program kerja dan rekomendasi - Ahmadun Yosi Herfanda terpilih sebagai ketua umum menggantikan Iwan Gunadi.

Baru malamnya digelar acara pembukaan yang didahului talk show yang disiarkan langsung oleh RRI. Talk show menampilkan Dirut LPP RRI Parni Hadi, Direktur Kesenian Depbudpar Surya Yoga, Head of Corporate Affairs PT Djarum Kudus Suwarno M Serad, Adi Suyatno (Lemhanas), presiden penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri, dan kritikus sastra Maman S Mahayana.

Sutardji menutup talk show dengan membaca puisi Tanah Air Mata. Surya Yuga lantas membuka kongres secara resmi dengan menabuh rampak bedug, dan keesokan malamnya kongres ditutup oleh Ketua Dewan Kesenian Kudus Ngatmin Alimanda. Puluhan penyair meramaikan malam baca puisi di Gedung DPRD Kudus, sejak penyair lokal sampai penyair nasional, seperti KHA Mustofa Bisri, Jose Rizal Manua, Thomas Budi Santosa, Mukti Sutarman SP, Anis Saleh Bahasin, Viddy AD Daery, Fatin Hamama, Diah Hadaning, Mustafa Ismail, Chavchay Saefullah, Sihar Ramses Simatupang, Jumari HS, Nuzumul Laily, Bambang Supriadi, Bambang Widiatmoko, dan Rohadi Noor, dengan bintang tamu Sujiwo Tejo. Pada malam penutupan, panggung juga dimeriahkan Tari Kretek karya koreografer Liliani, dramatisasi puisi bersama Teater Djarum, dan pertunjukan wayang klitik sampai pagi.

Berbagai topik penting didiskusikan dalam seminar dan perayaan komunitas, dengan pembicara Kepala Pusat Bahasa Depdiknas Dendy Sugono, Korrie Layun Rampan, Maman S Mahayana, Habiburrachman El-Shirazy, Shiho Sawai, Saut Situmorang, Ahmadun, Micky Hidayat, Mukti Sutarman SP, Idris Pasaribu. Seminar dimoderatori oleh Kurnia Effendi, Viddy AD Daery, Jimat Kalimasodo, dan Suprapto. ayeha

Sumber: Republika, Minggu, 27 Januari 2008

No comments: