Thursday, May 31, 2012

Pendidikan Hindarkan Konflik Antarperadaban

-- Lusia Kus Anna

London, Kompas - Pendidikan merupakan alat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan ekonomi dan sosial. Lebih dari itu, pendidikan juga bisa berperan untuk menghindari benturan antarperadaban dan membangun peradaban baru.

”Sistem pendidikan yang saling terhubung dengan dunia dapat dimanfaatkan untuk menumbuhkan pemahaman antarbudaya,” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh. Ia mengatakan hal itu seusai penandatanganan memorandum saling pengertian untuk kerja sama bidang pendidikan antara Indonesia dan Inggris di London, Senin (28/5) siang, seperti dilaporkan wartawan Kompas, Zaid Wahyudi.

Kerja sama bilateral ini akan mendasari pertukaran sumber daya manusia pendidikan, baik dosen maupun mahasiswa. Ini tidak hanya membuat terjadinya pertukaran pengetahuan, tetapi juga sarana pengembangan pendidikan multikultur kedua negara yang dapat memicu perubahan sosial, budaya, dan nilai.

Menteri Negara untuk Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan, yang mewakili Departemen Bisnis, Inovasi dan Keterampilan Inggris, David Willetts sepakat dengan hal itu. Pengalaman mahasiswa ataupun dosen Indonesia selama belajar dan bekerja di Inggris diharapkan dapat menumbuhkan saling pemahaman antarbudaya.

Lebih sedikit

Saat ini ada 1.355 mahasiswa serta 34 dosen dan peneliti Indonesia yang sedang belajar dan bekerja di Inggris. Jumlah itu jauh lebih sedikit dibandingkan mahasiswa Indonesia yang belajar di negara-negara lain, seperti Jepang dan Australia. Demikian pula jika dibandingkan dengan mahasiswa-mahasiswa negara lain yang ada di Inggris.

Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemdikbud Harris Iskandar dalam joint working group antara delegasi Indonesia dan Inggris mengatakan, pemerintah akan memperluas akses pendidikan tinggi bagi seluruh rakyat, khususnya bagi mereka yang tidak mampu.

Selain melalui program beasiswa, upaya itu juga dilakukan dengan peningkatan kapasitas politeknik dan universitas/institut negeri masing-masing yang diharapkan mampu menampung 90.000 mahasiswa pada tahun 2015. Karena itu, pemerimtah membangun 14 politeknik baru dan 14 universitas/institut baru pada 2010-2015. Dalam kurun waktu sama, jumlah dosen diharapkan mencapai 54.000 orang dan 15 persen di antaranya berpendidikan doktor.

Sumber: Kompas, Kamis, 31 Mei 2012

No comments: