Sunday, May 13, 2012

Kembali ke Manusia Seutuhnya

-- Reni Permatasari

REFORMASI seperti membongkar semua konsep-konsep pembangunan ala Orde Baru seakan-akan tidak ada lagi hal yang baik bagi keberlanjutan negara-bangsa Indonesia. Alih-alih mengkristalkan nilai baru yang relevan dengan kondisi kekinian, bangsa ini malah kehilangan roh jati dirinya sehingga muncullah gagasan perlunya pendidikan karakter dan sebagainya.

Baiklah, kita mencoba membaca kembali menengok konsep pembangunan ala Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Begini bunyinya: "Pembangunan Nasional dilaksanakan di dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945."

Dalam berbagai referensi lama dikatakan, Pembangunan Nasional Indonesia tidak ditujukan kepada kemajuan lahiriah atau batiniah saja, tetapi keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara keduanya. Dan pembangunan itu harus merata bagi seluruh masyarakat Indonesia, bukan untuk sesuatu golongan atau orang-orang tertentu dan harus benar-benar dirasakan oleh segenap lapisan masyarakat di semua pelosok Indonesia.

Bangsa Indonesia menghendaki kesalarasan hubungan manusia dengan Tuhannya, antara sesama manusia, serta alam sekitarnya, keselarasan hubungan antarbangsa-bangsa dan juga keselarasan antara cita-cita hidup di dunia dan mengejar kebahagian di akhirat kelak.

Untuk mencapai kebahagiaan yang sejati menurut pandangan Islam, harus ada keseimbangan pandangan, baik terhadap keduniaan, maupun untuk kehidupan di akhirat nanti. Islam mengajarkan tentang hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia lainnya dan hubungan manusia dengan alam.

***

Rezim pembangunan Orde Baru mengemukakan tentang partisipasi aktif segenap masyarakat dalam pembangunan yang harus makin luas dan merata, baik dalam memikul beban pembangunan, maupun dalam pertanggungjawaban atas pelaksanaan pembangunan ataupun pula di dalam menerima kembali hasil pembangunan. Untuk itu, perlu diciptakan suasana kemasyarakatan yang mendukung cita-cita pembangunan, serta terwujudnya kreativitas dan autoaktivitas di kalangan rakyat.

Terkait ini, Koentjaranigrat mengemukakan suatu sentralitas pembangunan dalam bukunya Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Menurut Koentjaraningrat, suatu bangsa yang hendak mengintensifkan usaha untuk pembangunan harus berusaha agar banyak dari warganya lebih menilai tinggi orientasi ke masa depan, dan demikian bersifat hasil untuk bisa lebih teliti memperhitungkan hidupnya di masa depan; lebih menilai tinggi hasrat eksplorasi untuk mempertinggi kapasitas berinovasi; lebih menilai tinggi mentalitas berusaha atas kemampuan sendiri, percaya diri sendiri, berdisiplin murni, dan berani bertanggung jawab sendiri.

Kalau melihat kondisi saat ini, maka tidak bisa tidak harus dikatakan bahwa saat ini kita menghadapi persoalan mentalitas bangsa. Kita bisa melihat mengenai melunturnya mentalitas yang berorientasi pada masa depan dan berganti dengan sikap-sikap pragmatis dan berpikir untuk kepentingan jangka pendek saja dari para anak bangsa.

Sikap boros dan hura-hura yang mendominasi gaya hidup kita saat ini juga termasuk mentalitas buruk yang mengerogoti bangsa ini.

Soal mentalitas yang lebih menilai tinggi hasrat eksplorasi untuk mempertinggi kapasitas berinovasi pada bangsa ini pun tergerus. Dengan dianugerahi akal oleh Allah untuk berpikir dan mengamati, serta menyelidiki rahasia-rahasia yang terkandung di dalam alam. Berpikir untuk kemajuan masyarakat, berusaha memanfaatkan apa-apa yang telah diadakan dan diciptakan Allah dengan menghasilkan karya-karya yang berguna bagi masyarakat. Begitu juga dalam soal disiplin dan rasa tanggung jawab, kita mulai kedodoran.

***

Ada lagi konsep kekeluargaan, gotong royong, dan kerja sama yang mulai menghilang berganti dengan individualistik dan egoistik. Ajaran moral Pancasila tidak membenarkan seseorang mementingkan diri sendiri tanpa mau tahu kepentingan masyarakat umum. Justru kepentingan masyarakat itu hendaklah didahulukan dari kepentingan pribadi atau golongan.

Satu hal yang juga cukup penting dari khazanah Orde Pembangunan adalah bagaimana agar orang berperan serta dalam pembangunan dengan inisiatif dan kreativitas. Inisiatif dan kreatif adalah dua hal yang berkaitan erat. Inisiatif merupakan gagasan atau rintisan dalam suatu hal, tanpa menunggu perintah atau anjuran orang lain. Inisiatif timbul karena orang banyak menggunakan pikiran dalam mencapai kemajuan. Inisiatif ini hendaknya segera diwujudkan setelah dipikirkan secara matang sehingga menjadi kreasi baru yang bermanfaat, tidak saja bagi diri sendiri, akan tetapi juga bagi orang lain.

***

Kini saatnya kita kembali memikirkan konsep pembangunan manusia Indonesia yang tepat dan relevan untuk kekinian dan juga masa depan negeri ini kalau kita tidak ingin tenggelam dalau euforia reformasi yang tak berkesudahan dan selalu mider dengan globalisasi. Sudah waktunya kita membangun manusia Indonesia yang mampu menghadapi tantangan zamannya tanpa harus kehilangan jati dirinya. n

Reni Permatasari
, guru Pendidikan Kewarganegaraan, tinggal di Bandar Lampung.

Sumber: Lampung Post, Minggu, 13 Mei 2012

No comments: