Sunday, May 13, 2012

[Jejak] Chairil Anwar, Pelopor Puisi Modern Indonesia

CHAIRIL Anwar, lahir di Kota Medan, Sumatera Utara pada 26 Juli 1922 dan wafat di Jakarta, 28 April 1949 pada usia 26 tahun. Penyair yang dikenal sebagai "Si Binatang Jalang" (dari karyanya yang berjudul Aku adalah penyair terkemuka Indonesia. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh HB Jassin sebagai pelopor Angkatan 45 dan puisi modern Indonesia.

Chairil Anwar merupakan anak tunggal. Ayahnya bernama Toeloes, mantan bupati Kabupaten Indragiri Riau, berasal dari Taeh Baruah, Limapuluh Kota, Sumatera Barat. Sedang ibunya Saleha, berasal dari Situjuh, Limapuluh Kota. Dia masih punya pertalian keluarga dengan Sutan Sjahrir, perdana menteri pertama Indonesia.

Chairil masuk sekolah Hollandsch-Inlandsche School (HIS), sekolah dasar untuk orang-orang pribumi waktu masa penjajahan Belanda. Dia kemudian meneruskan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), sekolah menengah pertama Hindia Belanda, tapi keluar sebelum lulus. Dia mulai menulis sebagai seorang remaja tapi tak satupun puisi awalnya yang ditemukan.

Pada usia 19 tahun, setelah perceraian orangtuanya, Chairil pindah dengan ibunya ke Jakarta di mana dia berkenalan dengan dunia sastra. Meski pendidikannya tak selesai, Chairil menguasai bahasa Inggris, Belanda dan Jerman dan mengisi waktunya dengan membaca karya-karya pengarang internasional ternama, seperti Rainer M Rilke, WH Auden, Archibald MacLeish, H Marsman, J Slaurhoff dan Edgar du Perron. Para penulis ini sangat memengaruhi tulisannya dan secara tak langsung memengaruhi puisi tatanan kesusasteraan Indonesia.

Nama Chairil mulai terkenal dalam dunia sastra setelah pemuatan tulisannya di Majalah Nisan pada 1942. Saat itu dia baru berusia 20 tahun. Hampir semua puisi yang dia tulis merujuk pada kematian. Chairil ketika jadi penyiar radio Jepang di Jakarta jatuh cinta pada Sri Ayati tapi hingga akhir hayatnya Chairil tak memiliki keberanian untuk mengungkapkannya. Puisi-puisinya beredar di atas kertas murah selama masa pendudukan Jepang di Indonesia dan tak diterbitkan hingga 1945.

Semua tulisannya yang asli, modifikasi atau yang diduga dijiplak dikompilasi dalam tiga buku, Deru Campur Debu (1949), Kerikil Tajam Yang Terampas dan Yang Putus (1949) dan Tiga Menguak Takdir (1950, kumpulan puisi dengan Asrul Sani dan Rivai Apin).

Vitalitas puitis Chairil tak pernah diimbangi kondisi fisiknya yang bertambah lemah akibat gaya hidupnya yang semrawut. Sebelum dia bisa menginjak usia 27 tahun, dia sudah kena sejumlah penyakit. Chairil meninggal dalam usia muda karena penyakit TBC. Dia dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta. Makamnya diziarahi ribuan pengagumnya dari zaman ke zaman. Hari meninggalnya juga selalu diperingati sebagai Hari Chairil Anwar.(fed)

Sumber: Riau Pos, Minggu, 13 Mei 2012

No comments: