-- Indra Akuntono & Lusia Kus Anna
JAKARTA, KOMPAS.com — Tingginya angka kegagalan siswa SMA pada mata pelajaran Bahasa Indonesia ditengarai terjadi karena adanya pergeseran nilai di kalangan generasi muda. Bahasa Indonesia kini dianggap sebagai mata pelajaran yang tidak penting dibandingkan bahasa asing.
"Jelas ada pergeseran nilai, dan kini anak-anak yang menjadi korban," kata Abdul Chaer, dosen Bahasa Indonesia dari Universitas Negeri Jakarta.
Ia menilai, saat ini para siswa lebih mementingkan menguasai bahasa Inggris ketimbang bahasa negaranya sendiri. "Entah karena gengsi atau apa, tapi saat ini fenomena itulah yang terjadi," ungkapnya.
Padahal, menurut Abdul, sesulit apa pun, seharusnya seluruh siswa menguasai bahasa resmi negaranya. Karena itu, menanggapi banyaknya siswa yang tidak lulus mata pelajaran Bahasa Indonesia, ia mengatakan, semua pihak ikut bertanggung jawab untuk membangkitkan kembali kecintaan mereka pada bahasa Indonesia.
Selain karena pergeseran nilai, ia menduga angka kelulusan yang rendah itu akibat materi ujian yang sulit. "Bisa jadi karena soalnya yang terlalu sulit karena berbeda dengan apa yang diajarkan. Yang pasti ini harus jadi keprihatinan kita semua," tandasnya.
Data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menyebutkan, mayoritas kegagalan siswa SMA pada ujian nasional tahun ini ada pada ujian Bahasa Indonesia dan Matematika. Ironisnya, mereka adalah para siswa di sekolah-sekolah wilayah perkotaan, seperti ibu kota provinsi atau ibu kota kabupaten/kota.
Dari 1.524.704 siswa peserta UN jenjang SMA, sebanyak 7.579 siswa dinyatakan tidak lulus. Untuk SMK, 2.925 siswa tidak lulus dari 1.039.403 siswa peserta UN. Adapun untuk pengumuman resminya akan diumumkan secara serentak pada Sabtu (26/5/212) besok.
Sumber: Edukasi, Kompas.com, Jumat, 25 Mei 2012
JAKARTA, KOMPAS.com — Tingginya angka kegagalan siswa SMA pada mata pelajaran Bahasa Indonesia ditengarai terjadi karena adanya pergeseran nilai di kalangan generasi muda. Bahasa Indonesia kini dianggap sebagai mata pelajaran yang tidak penting dibandingkan bahasa asing.
"Jelas ada pergeseran nilai, dan kini anak-anak yang menjadi korban," kata Abdul Chaer, dosen Bahasa Indonesia dari Universitas Negeri Jakarta.
Ia menilai, saat ini para siswa lebih mementingkan menguasai bahasa Inggris ketimbang bahasa negaranya sendiri. "Entah karena gengsi atau apa, tapi saat ini fenomena itulah yang terjadi," ungkapnya.
Padahal, menurut Abdul, sesulit apa pun, seharusnya seluruh siswa menguasai bahasa resmi negaranya. Karena itu, menanggapi banyaknya siswa yang tidak lulus mata pelajaran Bahasa Indonesia, ia mengatakan, semua pihak ikut bertanggung jawab untuk membangkitkan kembali kecintaan mereka pada bahasa Indonesia.
Selain karena pergeseran nilai, ia menduga angka kelulusan yang rendah itu akibat materi ujian yang sulit. "Bisa jadi karena soalnya yang terlalu sulit karena berbeda dengan apa yang diajarkan. Yang pasti ini harus jadi keprihatinan kita semua," tandasnya.
Data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menyebutkan, mayoritas kegagalan siswa SMA pada ujian nasional tahun ini ada pada ujian Bahasa Indonesia dan Matematika. Ironisnya, mereka adalah para siswa di sekolah-sekolah wilayah perkotaan, seperti ibu kota provinsi atau ibu kota kabupaten/kota.
Dari 1.524.704 siswa peserta UN jenjang SMA, sebanyak 7.579 siswa dinyatakan tidak lulus. Untuk SMK, 2.925 siswa tidak lulus dari 1.039.403 siswa peserta UN. Adapun untuk pengumuman resminya akan diumumkan secara serentak pada Sabtu (26/5/212) besok.
Sumber: Edukasi, Kompas.com, Jumat, 25 Mei 2012
No comments:
Post a Comment