Saturday, May 05, 2012

Bangun Karakter Bangsa, Siswa Diwajibkan Baca Ikrar

-- Gandang Sajarwo & Lusia Kus Anna

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Untuk membangun karakter bangsa melalui dunia pendidikan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (kemendikbud) berencana untuk wemajibkan para siswa di Indonesia berikrar setiap pagi sebelum pelajaran di sekolah dimulai. Ikrar itu merupakan janji bahwa siswa-siswi Indonesia mengamalkan pancasila dan UUD 45, hormat kepada orang tua dan guru, saling menghargai sesama dan menolak kekerasan, berbudaya jujur disiplin dan peduli, serta giat belajar berkreasi dan berprestasi.

Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bidang Pendidikan, Prof.Musliar Kasim mengatakan, ikrar perlu dilakukan karena semakin mengikisnya rasa cinta tanah air dan nilai-nilai luhur bangsa di kalangan generasi muda saat ini.

"Ikrar ini merupakan bagian dari pendidikan karakter, diharapkan kesadaran generasi muda untuk mencintai bangsa dan negara serta nilai-nilai luhur bangsa bisa tumbuh kembali. Siapa bilang (pembacaan ikrar) jadul, lihat saja AS atau Cina walau sudah menjadi negara maju, mereka tetap mewajibkan para pelajar mereka membaca ikrar setiap pagi, dan generasi muda mereka sangat nasionalis," kata Musliar, Jumat (4/5/2012) di Gedung Pusat UGM dalam 90 Minutes Seminar on Knowledge Partnership dengan tema Pendidikan Karakter.

Terkait pengembangan pendidikan karakter, Musliar menegaskan tidak bisa lepas dari peran keluarga, sekolah, dan masyarakat. Selain melibatkan tiga pihak tersebut penanaman dan pengembangan pendidikan karakter juga memerlukan proses pembiasaan.

Lebih lanjut Musliar menjelaskan kemendibud telah melakukan langkah-langkah dalam pelaksanaan pendidikan karakter. Mulai dari pembentukan tim sosialisasi dari pusat hingga daerah, pemetaan kesiapan pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah hingga rencana penerapan Ikrar Siswa Indonesia tersebut .

Penerapan pendidikan karakter, lanjut Musliar, perlu kreativitas. Pendidikan karakter tetap harus berdasar pada local wisdom (kearifan lokal) di masyarakat, memahami adanya multi kulturalisme, dan berkelanjutan. "Tentu kita tidak akan banyak intervensi terutama di bangku perguruan tinggi sehingga ada kreatifitas dan kebebasan untuk pengembangan pendidikan karakter ini disesuaikan dengan kearifan lokal yang ada di lingkungan masing-masing,"tegasnya.

Sumber: Edukasi, Kompas.com,Sabtu, 5 Mei 2012

No comments: