Monday, July 25, 2011

Jenazah Wartawan Senior Syu'bah Asa Dimakamkan

TEMPO Interaktif, Pekalongan - Jenazah wartawan senior sekaligus aktor Syu'bah Asa dimakamkan di Taman Pemakaman Pringlayu, Pekalongan, Jawa Tengah, Senin 25 Juli 2011, setelah sebelumnya disalatkan di Masjid Asy Syafii, pukul 12.00 WIB.

Syu'bah mengembuskan napas terakhirnya Ahad petang, 24 Juli 2011, di Rumah Sakit Pusat Islam Muhammadiyah, Pekajangan, Pekalongan, Jawa Tengah. Beberapa kali sastrawan ini keluar-masuk rumah sakit akibat penyakit diabetes dan parkinson--bukan stroke seperti yang diberitakan kemarin. Kondisinya memburuk, hingga dilarikan ke ICU pada Kamis pekan lalu.

“Sejak masuk ICU, ia sudah tidak bisa berkomunikasi,” kata Naila Firdausi, 34 tahun, putri Syu'bah. Kondisi aktor pemeran Dipo Nusantara Aidit pada film kolosal Pemberontakan G-30 S PKI ini sempat membaik pada Jumat, sehingga dipindah ke bangsal.

Syu'bah meninggalkan 4 anak: Fitri Dianasari, Atifa Isanti, Naila Firdausi, dan Lazuardi Firdausi.

Lahir di Pekalongan, 21 Desember 1941, sosok Syu'bah dikenal membangun karier kewartawanannya di Majalah Tempo. Meskipun, akhirnya ia memilih berpisah dengan Gunawan Mohammad dan Fikri Jufri pada 1987 dan menjadi Pemimpin Redaksi Editor, lalu ke Panji Masyarakat pada 1988.

Syu'bah juga aktif di Teater Muslim dan Bengkel Teater di Yogyakarta pada 1950-1969. Pada 1970-an, ia pernah menjadi anggota Dewan Kesenian Jakarta.

Syu'bah juga menulis sejumlah novel, di antaranya Cerita di Pagi Cerah pada 1960. Selain itu, ia juga banyak menulis kolom, termasuk puitisasi ayat-ayat Al-Quran dan menerjemahkan karya klasik Arab ke bahasa Indonesia, di antaranya Asraful Anam dan Qasidah Barzanji.

Sebagai seniman, Syu'bah juga pernah menghiasi layar perak saat ia diminta Arifin C. Noer menjadi pemeran tokoh PKI Aidit dalam film kolosal Pengkhianatan G-30 S PKI pada 1982.

Menurut wartawan senior Bambang Bujono, Syu'bah adalah redaktur pelaksana seni selain agama, sejak awal Tempo berdiri sampai mengundurkan diri pada 1987. Ia penyunting naskah yang membuat tulisan menjadi lancar dibaca dan masuk akal.

Syu'bah juga dikenal sebagai penyunting naskah yang bisa membuat tulisan menjadi mengharukan, ”serius”, atau jenaka. Tulisan juga bisa membuat pembaca seolah berhadapan langsung dengan peristiwa. “Misalnya laporan dari Iran, dekat setelah Khomeini berkuasa, 1979,” kata Bambang.

Kerja “seniman” Syu'bah sangat dominan. Skripsinya di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tak selesai, meski ia diberi cuti sebulan lebih oleh Tempo. “Sesungguhnya Syu'bah adalah seniman yang menjadi wartawan,” ucap Bambang yang mantan wartawan Tempo ini. Ketika menjadi Pemimpin Redaksi Editor, Bambang meneruskan sahabatnya itu. Sebenarnya Syu'bah tak ingin meninggalkan Tempo. Tapi, ia ingin “beristirahat” dan “tidak kerja serius”.

WDA | JOBPIE | BERNARDA RURIT

Sumber: Tempo Interaktif, Senin, 25 Juli 2011

No comments: