-- Erdy Nasrul
KH Zainuddin MZ tak hanya dikenal di Tanah Air. Di beberapa negara tetangga di kawasan Asia Tenggara, nama putra asli Betawi itu juga tersohor. Dakwah yang disampaikan kiai bisa didengar luas melintasi batas-batas negara berkat album rekaman.
Itu berawal pada dekade 1980-an. Zainuddin berteman dekat dengan qari internasional Muammar ZA. Mereka kerap tampil bersama di berbagai majelis taklim. Muammar menjadi qari dan Zainuddin sebagai penceramahnya. Muammar menilai dai yang memiliki nama kecil Udin ini bukan mubalig biasa.
Ceramahnya begitu memikat banyak orang. Muammar berpikir ceramah Zainuddin akan semakin banyak didengar orang jika dijadikan album. Hingga suatu ketika, Muammar berbicara kepada produser dapur rekaman Virgo Ramayana Record, H Julius.
''Ini teman saya pintar berceramah, mungkin bisa dibuatkan album,'' kata Muammar menceritakan masa lalunya kepada Republika, Kamis (7/7). Tawaran Muammar ternyata disambut dengan baik.
Zainuddin mulai merekam ceramahnya yang pada masa itu masih berbentuk pita kaset. Bahkan dia rekaman hingga lima album. Rupanya, sambutan masyarakat begitu antusias. Album rekaman itu laku terjual yang kemudian membuat namanya kian terkenal di berbagai daerah.
Muammar menceritakan, sejak itu kesempatan berceramah Zainuddin semakin banyak. ''Dia menjadi dai terbang,'' jelas Muammar. Itu karena Zainuddin sering berceramah ke luar Jakarta. Bahkan, undangan dari luar negeri pun mulai datang.
Sebelum membuat rekaman, Lutfhi Manfaluti, anak kedua almarhum, menjelaskan, ayahnya hanya berceramah di dua hingga tiga tempat sekitar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Namun, setelah rekaman Zainuddin menjadi sering keluar kota atau keluar Pulau Jawa.
Dia tidak hanya menggunakan mobil, tapi juga kapal laut dan pesawat terbang untuk berceramah di Surabaya, Kalimantan, bahkan luar negeri. ''Ayah berangkat dulu, berdakwah,'' ujar Lutfhi mengenang perkataan ayahnya setiap kali hendak berdakwah di luar kota.
Tidak kurang dari 70 album kaset telah dibuat. Terakhir, dai kelahiran 2 Maret 1952 ini membuat rekaman dalam bentuk compact disk (CD), sekitar sembilan tahun lalu.
Lutfhi mengatakan, ayahnya tidak berniat mencari ketenaran melalui album rekaman. Yang tebersit di hatinya hanyalah keinginan menyebarluaskan dakwah Islam. Ayahnya ingin agar Muslim mengetahui ajaran agamanya yang mudah dipahami dan diamalkan.
Di era Orde Baru sempat muncul program seribu dai masuk pelosok untuk memperluas dakwah. Zainuddin ikut berpartisipasi dengan membuat rekaman.
Luthfi menganggap penyebaran dakwah melalui kaset merupakan tindakan yang tepat. Dengan cara itu, kaset bisa cepat menjangkau ke berbagai daerah tempat penggemar ayahnya berada.
Ratusan ribu kaset telah terjual. Salah satu albumnya yang paling terkenal adalah tentang tuntunan hidup berumah tangga. Ini diketahui Luthfi dari komentar penggemar yang ditemui ketika mendampingi ayahnya berceramah.
Masalah rumah tangga dalam Islam disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami. ''Di zaman itu belum ada kaset ceramah yang membahas masalah berumah tangga,'' ujar Luthfi.
Kisah Zainuddin membuat rekaman juga masih diingat betul oleh Luthfi. ''Ayah pergi dulu ke Puncak,'' kata Zainuddin waktu itu, seperti dituturkan Luthfi. Keluarga sudah paham kata-kata itu merupakan isyarat ayahnya hendak mempersiapkan diri untuk rekaman.
Zainuddin menyewa vila temannya di Puncak, Bogor, Jawa Barat. Di sana dia membaca buku, menulis kerangka pidato, dan latihan berorasi di tengah hamparan kebun teh. Setelah itu, rekaman diambil di studio di sekitar Glodok, Jakarta Barat. Kala itu Luthfi masih berumur 10 tahun.
Rekaman berjalan alamiah dengan disaksikan langsung puluhan orang yang berasal dari sekitar rumahnya di Jalan Haji Aom, Gandaria, Jakarta Selatan. Dai berceramah seperti biasa, di hadapan majelis taklim atau jamaah lebih dari satu jam. Tawa penonton di studio dibiarkan ikut terekam mengikuti isi ceramah.
Dilirik negeri jiran
Kesuksesannya membuat rekaman di Indonesia dilirik Muslim Singapura. Teman Zainuddin, Mas'ud, meminta izin kepada istri Zainuddin, Siti Khalilah, untuk membawa sang dai ke Singapura untuk membuat rekaman. Hingga kemudian beberapa album ceramah terwujud.
Dari sinilah dakwah Zainuddin menyebar hingga ke Malaysia dan Brunei Darussalam. Undangan berceramah pun berdatangan dari negeri jiran. Dia juga mendapat kehormatan gelar doktor honoris causa dari Universitas Kebangsaan Malaysia karena aktivitas dakwahnya yang menyentuh masyarakat dari berbagai kalangan. ed: budi raharjo
Sumber: Republika, Jumat, 8 Juli 2011
No comments:
Post a Comment