Monday, July 11, 2011

[Teraju] Batara R Hutagalung: VOC Itu Jejak Penjajahan

-- Muhammad Subarkah

PENELITI sejarah sekaligus Ketua Umum Komite Nasional Pembela Martabat Bangsa Indonesia (KNPMBI) Batara R Hutagalung menegaskan, sangat tragis bila bangsa Indonesia melupakan keberadaan sejarah VOC. Apalagi, kongsi dagang yang berdiri pada 1602 keberadaannya telah membawa kesengsaraan rakyat selama ratusan tahun.

Terkait soal sosok VOC, Batara pada Maret 2002 sempat menggelar unjuk rasa untuk memprotes sikap Pemerintah Belanda yang saat itu akan merayakan 400 tahun berdirinya VOC secara besar-besaran. Unjuk rasa itu digelar di depan Kedutaan Besar Belanda di Jakarta.

"Sangat ironis apabila peristiwa-peristiwa yang membawa malapetaka bagi bangsa Indonesia dirayakan besar-besaran oleh banga bekas penjajah sebagai zaman keemasan. Lebih ironis lagi, pejabat Indonesia juga banyak yang tak peduli akan sejarah bangsanya," kata Batara.


Menurut Anda, apa yang menjadi tujuan dari dibentuknya VOC itu?
Tujuan pertama dan utamanya memang untuk berdagang. Ini karena VOC didirikan oleh perusahaan-perusahaan dagang di Belanda yang sebelumnya memang berdiri sendiri. Hal ini juga dilakukan sebagai sarana untuk memperkuat diri setelah melihat persaingan perdagangan yang begitu ketat dengan Portugis dan Spanyol. Akibatnya, mereka memandang perlu adanya suatu pemusatan dagang.

Semenjak kapan VOC dari perusahaan dagang bertindak selayaknya negara, seperti membuat perjanjian dan mempunyai tentara?
Ini sejak mereka mendapat hak oktroi pada 20 Maret 1602. Saat itulah, VOC telah dibekali oleh penguasa di Belanda kelengkapan-kelengkapan layaknya negara karena pada waktu itu, situasi perdagangan dunia dilakukan dengan mengandalkan kekerasan. Armada-armada dagang saling merompak di tengah laut.

Sebelum Belanda, memang Portugis dan Spanyol terlebih dahulu menguasai jalur perdagangan di kawasan Asia Tenggara ini. Setelah itu, Belanda, kemudian disusul Inggris dan Prancis. Tetapi, nantinya, Prancis kebanyakan menguasai jalur perdagangan di Afrika. Nah, antararmada dagang Eropa ini memang saling berebut pengaruh, terutama ingin memonopoli perdagangan komoditi rempah-rempah yang saat itu sangat mahal harganya di Eropa.

Apa saja yang dilakukan VOC yang mengindentikkan diri sebagai negara?
Yang jelas, dapat dibaca dari piagam oktroi itu. Di sana, VOC berhak membuat mata uang sendiri, mempunyai angkatan perang, kemudian berhak menyatakan perang dan damai atau membuat perjanjian dengan suatu negara. Hal ini jelas hanya dilakukan oleh suatu negara. Itu sebabnya disebutkan, perusahaan dagang ini bertindak selayaknya sebagai suatu negara.

Sampai VOC bubar pada 31 Desember 1799, piagam hak oktroi yang dimilikinya memang tidak diperpanjang. Namun, secara de facto, pada tahun 1795, VOC memang sudah mati suri karena mengalami kebangkrutan.

Apakah benar VOC bangkrut semata-mata disebabkan faktor korupsi saja? Apa ada faktor lain yang menjadi penyebabnya?
VOC setelah runtuh, dibuat plesetannya menjadi Vergan Under Corruptie atau runtuh karena korupsi. Memang, belakangan setelah meneliti semua arsip-arsip dan ternyata memang yang diwariskan oleh Belanda-antara lain VOC kepada Indonesia-itu adalah situasi KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme). Jadi, inilah warisan dari VOC itu.

Sebagai contoh adalah praktik VOC di dalam menekan para residen untuk menekan pribumi agar memaksa menjual kopi dengan harga sangat rendah kepada mereka. Setelah kopi, kemudian dikumpulkan oleh para residen melalui keluarga atau kerabatnya yang saat itu juga menjadi pegawai VOC. Ketika terkumpul, saat itu, para residen kemudian melakukan mark up atas harga jual kopi. Jadi, praktik penggelembungan harga dan nepotisme di antara pegawai sudah ada semenjak zaman VOC.

Adanya praktik ini jelas sangat merugikan perusahaan. Keadaan ini semakin sulit karena VOC juga harus membiayai angkatan perang. Nah, praktik ini kan layaknya negara karena VOC saat itu membiayai kekuatan bersenjatanya sendiri. Penyebab kebangkrutan lain, bila perusahaan untung, keuntungannya itu masuk ke dalam kantong para pejabatnya saja. Jadi, situasinya, para pegawai VOC saat ini hidup mewah dan kaya raya, tapi perusahaannya bangkrut. Jadi, situasi ini persis seperti sekarang kan?

Berapa kira-kira penghasilan VOC per tahun yang bisa dibawa ke Belanda pada saat itu?
Dalam kurun waktu beberapa periode, kekayaan bumi kita yang dibawa VOC ke Belanda sangatlah besar. Sebagai ilustrasinya, pada 1996, ada seorang siswi di Belanda melakukan penelitian kekayaan bumi nusantara yang dibawa ke sana sewaktu periode diberlakukannya tanam paksa, yakni periode 1830-1870.

Nah, berdasarkan penelitian dia dan juga para sejarawan sebelumnya, siswi ini kemudian mendapatkan data bahwa dalam kurun waktu tanam paksa itu, kekayaan bersih yang ditransfer ke Belanda sebesar 850 juta gulden. Apabila nilai tersebut dikonversi dengan indeks ekonomi pada 1996, nilainya setara dengan 15 milyar gulden. Bayangkan, ini hanya dalam kurun waktu 1830-1870 saja. Nah, bisa dibayangkan, berapa besar kekayaan yang berhasil dikeruk VOC ke Belanda bila dihitung mulai tahun 1619. Angkanya pasti luar biasa. Fantastis!

Karena itu, sangat masuk akal bila Belanda mengakui kemakmuran negeri mereka itu didapat dari hasil merampok harta dari wilayah jajahan mereka. Dan, perlu juga diketahui, komoditi dagang pada waktu itu bukan hanya perdagangan biasa, melainkan juga melakukan praktik monopoli perdagangan opium dan budak. Ironisnya, meski terbukti berperilaku sangat buruk, Belanda mengagung-agungkan HAM dengan mengkritisi pelaksanaan HAM di Indonesia ini. Padahal, mereka lupa bahwa tangan mereka itu berlumuran darah selama ratusan tahun.

Kalau begitu, benar bila ada pernyataan bahwa kemegahan Belanda itu dibangun dengan kekayaan yang mereka curi dari Indonesia?
Tepat sekali. Dari penelitian di Belanda sendiri selama ratusan tahun-mungkin paling sedikit 200 tahun-pembiayaan negara Belanda itu sepertiganya dari nusantara, termasuk di situ didapat dari perdagangan opium dan budak.

Pada 2002 ada usaha memperingati VOC di Belanda. Menurut Anda, apa tujuannya?
Ya itulah kejadiannya. Ironis sekali dan kami dari Komite Nasional Pembela Martabat Bangsa Indonesia tepat pada perayaan 'hari VOC' itu, yakni pada 20 Maret 2002, kami melakukan demonstrasi di Kedutaan Belanda di Jakarta untuk memprotes perayaan itu. Ini jelas suatu langkah yang sangat tidak bersahabat sebab tidak bisa dibantah lagi VOC adalah awal dari penjajahan, pembantaian dari ratusan ribu jiwa nenek moyang kita, pengurasan kekayaan, dan berbagai tindak kekejaman lainnya.

Untuk Belanda, memang periode zaman VOC adalah era keemasan. Tapi, ironi dan penghinaan besar ketika mereka menikmati masa kejayaan, tapi kita di Indonesia hidup sengsara dan dibantai karena penjajahan. Nah, sepanjang tahun 2002 di Belanda, diadakan perayaan besar-besaran. Mereka juga membuat replika kapal layar VOC yang dilayarkan dari Australia ke Belanda dengan singgah di Jakarta dan Gowa (India).

Namun, yang anehnya, Gubernur Jakarta saat itu, Sutiyoso, mendukungnya. Tetapi, Pemerintah India menolak dengan melarang replika kapal itu menyinggahi pelabuhannya. Jadi, di sini, banyak pemimpin kita buta sejarah, padahal seharusnya itu tak boleh terjadi.Nah, kalau sekarang, banyak orang mengatakan, kondisi negara kita balik lagi ke era VOC, memang demikian keadaannya. Bahkan, di sini yang luar biasa, kebangkrutan VOC karena KKN dari pejabatnya kini marak dilakukan. Situasi mirip sekali. Bila dibiarkan, situasinya negara ini juga akan bangkrut seperti VOC dulu.

Sumber: Republika, Senin, 11 Juli 2011

No comments: