Wednesday, September 10, 2008

Literasi: Sebanyak 253 Manuskrip Diselamatkan dari Kepunahan

Padang, Kompas - Sejumlah 253 manuskrip telah didokumentasikan dalam cakram atau compact disc. Upaya ini dilakukan untuk mengantisipasi kepunahan manuskrip akibat kertas untuk menulis manuskrip sebagian besar sudah rusak parah.

Dokumentasi ini dikerjakan oleh aplikan Zuriati, ko-aplikan M Yusuf, dibantu tim dari Fakultas Sastra Universitas Andalas, Padang. Pendanaan proses ini berasal dari hibah British Library.

Manuskrip yang berhasil diselamatkan tersebut berasal dari lima daerah yang berbeda. Lokasi pertama adalah Surau Bintungan Tinggi di Padang Bintungan, Kecamatan Nan Sabaris, Kabupaten Padang Pariaman. Di lokasi pertama terdapat 36 manuskrip.

Tempat kedua adalah Surau Lubuk Ipuh, Kecamatan Kuraitaji, Kabupaten Padang Pariaman. Manuskrip yang berhasil diselamatkan sejumlah 82 buah. Di Surau Pariangan, Kecamatan Parak Laweh, Kabupaten Tanah Datar, terdapat 33 manuskrip yang diselamatkan.

Di Surau Tanjung yang terletak di Nagari Ampek Koto Hilia, Kecamatan Batang Kapeh, Kabupaten Pesisir Selatan, terdapat 23 manuskrip. Di Surau Malolo terdapat 79 manuskrip yang didokumentasikan secara digital.

Proses dokumentasi dilakukan dengan memotret lembar-lembar manuskrip dan menyimpan foto-foto dokumentasi dalam cakram. Dengan demikian, isi manuskrip tersebut dapat dipakai berulang-ulang tanpa harus khawatir naskah manuskrip menjadi rusak.

”Kami akan menyerahkan salinan cakram ke surau yang memiliki manuskrip itu. Harapannya, mereka bisa mempelajari isi manuskrip,” tutur Yusuf di Padang, Selasa (9/9).

Yusuf memperkirakan ada ribuan naskah yang tersimpan di surau-surau di Sumatera Barat. Sebagian besar naskah berada dalam kondisi rusak.

”Kerusakan naskah terutama akibat ketidakpahaman pemilik manuskrip akan arti penting manuskrip ini,” ujar Yusuf.

Sebagian manuskrip ditemukan sudah berbentuk serpihan dan teronggok di sudut surau atau rumah pemilik. Ada pula manuskrip yang disalahgunakan dengan dijadikan jimat oleh masyarakat setempat. (ART)

Sumber: Kompas, Rabu, 10 September 2008

No comments: