[JAKARTA ] Sebanyak 129 anak menjalani tradisi akikah massal di Masjid At Tien, Taman Mini, Jakarta Timur, Sabtu (13/9). Prosesi dengan peserta terbanyak itu juga mendapatkan piagam dari Museum Rekor-Dunia Indonesia (Muri). Tradisi akikah mengandung banyak hal positif yang patut dilestarikan.
Ustad Yaser Arafat memotong rambut bayi peserta aqiqah massal di Masjid At-Tien, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, Sabtu (13/9). Acara yang diselenggarakan PT Eagle Indo Pharma Telon Cap Lang ini diikuti oleh 125 peserta dan sebagai bentuk kegiatan ritual umat muslim bagi kelahiran seorang anak dari masyarakat kurang mampu. (Abimanyu)
Acara akikah massal itu diselenggarakan oleh PT Eagle Indo Pharma, produsen minyak Telon Cap Lang. Kegiatan sosial itu bertujuan membantu masyarakat kurang mampu di wilayah Jabotabek yang belum bisa melaksanakan akikah bagi putra dan putrinya. Sebelumnya, kegiatan pemotongan 200 kambing kurban dalam prosesi akikah, sudah dilakukan di Balaraja, Tangerang, pada Jumat (12/9). Sebagian dibagikan kepada para peserta dan sebagian lagi disumbangkan ke panti asuhan.
"Akikah hukumnya adalah sunnah muakkad, yaitu sunnah yang amat dipentingkan. Akikah merupakan wujud kasih sayang, harapan, dan doa dari orangtua terhadap anaknya, agar menjadi anak yang saleh dan tentu saja selamat di dunia maupun di akhirat," ujar Ustadz Othman Shihab, Sabtu siang itu.
Akikah, ia menambahkan, merupakan tradisi penyembelihan binatang pada hari mencukur rambut bayi. Biasanya, setiap anak yang baru lahir disembelihkan kambing pada hari ketujuh (dari hari kelahirannya), dicukur, dan diberi nama. Tradisi akikah cukup positif sehingga perlu dilestarikan.
"Biaya akikah menelan biaya yang cukup tinggi. Padahal, akikah itu sebaiknya dilakukan sekali seumur hidup si anak. Maka dari itu, Ramadan tahun ini, kami melakukan kegiatan sosial Akikah Massal bagi orang yang tidak mampu melakukan akikah, karena faktor ekonomi," papar Marketing Manager PT Eagle Indo Pharma, Susilo Gunadi.
Ketua Panitia Akikah Massal, Erlan Gantira mengatakan, sebagian peserta akikah adalah anak-anak panti asuhan di Cipayung. Seperti peserta lain, mereka juga dibebaskan memberikan mahar berapa pun secara sukarela. Mahar itu selanjutnya akan disedekahkan ke Masjid At Tien.
"Pada awal pendaftaran, ada 300 orang yang mendaftar, tapi kemudian susut hingga 129. Kami persyaratkan bayi peserta yang masih di bawah dua tahun dengan keterangan lahir apa pun, seperti akte kelahiran, surat bidan, hingga keterangan RT," ujarnya.
Sementara itu, pasangan suami istri Supriono dan Rosida mengaku senang dengan penyelenggaraan akikah massal itu. Mereka mengikutsertakan Zahara Alisa Putri, putri pertamanya, yang masih berusia delapan bulan. Warga Penggilingan, Jakarta Utara itu, merasa beruntung bisa terpilih ikut serta dalam kegiatan ini.
"Harapan kami, anak saya ini, Zahro Rosita, kelak bisa menjadi anak sehat, panjang umur, dan berbakti kepada orangtua. Dia anak keempat, kakak-kakaknya dulu tidak ikut akikah, tidak ada biaya. Saya bersyukur bisa ikut, soalnya selama ini, tidak pernah ada acara begini," tutur Mariani, warga yang tinggal di kawasan Taman Mini, didampingi Supendi, suaminya. [U-5]
Sumber: Suara Pembaruan, Senin, 15 September 2008
No comments:
Post a Comment