Wednesday, March 14, 2007

Mengenang Koesnadi Hardjasoemantri: "Terusakan yang Telah Saya Kerjakan"

Prof Dr Koesnadi Hardjasoemantri [Dok Pembaruan]


SOSOK pria murah senyum, Prof Dr Koesnadi Hardjasoemantri akhirnya hanya tampil dalam gambar yang disorotkan pada layar putih dalam acara di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, Selasa (13/3) malam. Pria ini tak jadi hadir pada acara yang telah lama dirancang, setelah pesawat Garuda yang ditumpanginya dalam penerbangan dari Jakarta terbakar pada Rabu (7/3) di Yogyakarta. Pak Koes adalah salah satu korban yang meninggal.

Acara ini semula dirancang untuk peluncuran buku "Ekologi, Manusia, dan Kebudayaan" dari kumpulan tulisannya, sekaligus ungkapan syukur pada ulang tahunnya ke-80 (9 Desember). Pak Koes bermaksud menggalang dana untuk pengelolaan Universitas Gunungkidul (UGK), di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta di mana dia menjadi ketua yayasan.

Yayasan Kenekaragaman Hayati (Kehati) dan Indonesian Center for Environmental Law (ICEL) mengubah acara tersebut untuk mengenang almarhum. Hadir pada acara tersebut kawan-kawan dekat dan mereka yang berjuang untuk penataan lingkungan di Indonesia.

Mantan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (KLH), Prof Dr Emil Salim, mengungkapkan bahwa Koesnadi merupakan sosok pendidik yang gigih.

Dia mengorbankan dua tahun kuliahnya untuk mengajar di sebuah SMP di Nusa Tenggara Timur, karena keyakinan bahwa pendidikan bisa mengatasi kemiskinan di sana.

Dua orang di antara muridnya adalah Andrianus Mooy (mantan Gubernur Bank Indonesia), dan Ben Mboy (mantan Gubernur NTT). Setelah menjadi Rektor Universitas Gadjah Mada, Pak Koes bahkan mendirikan pondok pesantren di Sleman, dan UGK.

Bung Koes, begitu Pak Emil memanggilnya, juga terjun dalam masalah lingkungan hidup. Sebagai guru besar hukum lingkungan dan pernah menjadi Sekretaris Menteri KLH yang ketika itu dipimpin Emil, Pak Koes berjasa besar dalam menghasilkan sejumlah undang-undang (UU), yaitu UU tentang Pengelolaan Lingkungan, UU tentang Penataan Ruang, dan UU tentang Kependudukan dan Keluarga Berencana.

Dari UU tersebut lahir peraturan tentang AMDAL (Analisis Menganai Dampak Lingkungan), Rencana Umum Tata Ruang. Dan peraturan tersebut mencantumkan hak masyarakat untuk membentuk lembaga swadaya masyarakat. Itulah yang membuat Pak Koes dekat dengan kalangan LSM lingkungan. "Semua itu hasil otak Bung Koes, meskipun yang dapat nama menterinya," kata Emil mengenang.

Emil yang dekat dengan Koesnadi mengungkapkan bahwa dia menangkap kesan Pak Koes yang tak ingin orang menangis sepeninggal dia, tetapi bertekad dan berkarya meneruskan perjuangannya yang tak pernah berhenti.

Soal sakit dan meninggal dipandang sebagai masalah pribadi, dan dia lebih suka membahas masalah publik. "Move on. Jalan terus. Saya sudah tidak ada, tetapi go on. Teruskan yang telah saya kerjakan," kata Emil yang mencoba merumuskan pesan yang ditinggalkan Pak Koes, sosok yang merasa masih banyak hal yang harus dikerjakan, tetapi waktu terasa kurang. Selamat jalan Pak Koes. [S-22]

Sumber: Suara Pembaruan, Rabu, 14 Maret 2007

No comments: