PONTIANAK (Borneonews): BELASAN keraton mengikuti kirab budaya sebagai rangkaian kegiatan Pergelaran Seni Budaya Keraton Nusantara (PSKBN) ke-II di Kota Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar) dari rencana yang akan mengikuti sekitar 23 keraton se-Nusantara.
Koordinator PSKBN ke-II Lisa Wati, di Pontianak, Kamis (15/3), mengatakan, sebenarnya ada 23 keraton yang ingin mengikuti PSKBN ke-II di Kota Pontianak, tetapi karena beberapa hal hanya belasan yang positif ikut.
Para peserta PSKBN ke-II melakukan kirab mulai dari Jalan Rahadi Oesman, atau di depan Kantor Walikota Pontianak, selanjutnya dilanjutkan menuju jalan Pak Kasih, Jalan H. Rais Arrahman, Jalan Merdeka, Jalan Jenderal Urip, Jalan Sudirman, dan kembali finis di Jalan Rahadi Oesman.
Di antara belasan peserta PSKBN ke-II, yaitu dari Keraton Karang Asem (Bali), Keraton Palembang Darussalam, Kesultanan Sumenep, Kesultanan Kutaringin (Kalimantan Tengah), Kesultanan Banten, Keraton Amantubillah (Kabupaten Mempawah) Keraton Surya Negara (Kabupaten Sanggau), keraton Kadariah (Kota Pontianak).
"Setelah melakukan kirab mengelilingi Kota Pontianak, pada 16 Maret 2007, para peserta PSKBN ke-II, kembali akan melakukan festival keraton di Kabupaten Sambas," ujarnya.
Gubernur Kalbar Usman Ja'far, mengatakan, melalui kirab, kita merefleksi ulang sebuah tayangan fakta sejarah masa lalu, yang bertujuan menampilkan prajurit dan budaya keraton yang pernah ada di bumi Nusantara.
"Bangsa yang besar adalah bangsa mau menghormati dan melestarikan kebudayaan nenek-moyang mereka dan menjadikan sejarah masa lalu sebagai nilai-nilai sejarah yang dapat digunakan untuk menambah wawasan untuk pelaksanaan pembangunan masa kini," ujarnya.
Ia mengatakan, melalui kirab prajurit keraton, mengingatkan masyarakat akan jasa dan pengabdian mereka terhadap kerajaan dan keraton di masa lalu.
Tingginya semangat juang dan kepahlawanan para prajurit keraton terdahulu dalam memperjuangkan kemerdekan patut dicontoh dan ditumbuhkan kembali kepada generasi sekarang yang sudah mulai melupakan semangat tersebut.
"Kita perlu menghargai semangat kepahlawanan dan ketulusan hati dalam merebut kemerdekaan dari tangan penjajah, sebagai tanggungjawab moral generasi sekarang kepada generasi terdahulu," kata Usman Ja'far. (Ant/B-3)
Sumber: Borneonews, Jumat, 16 Maret 2007
No comments:
Post a Comment