JAKARTA (Media): Sekolah bisa dikatakan unggul jika memiliki dan mengembangkan nilai-nilai estetika, terutama nilai-nilai tradisi. Di samping itu siswa harus dirangsang untuk mencintai khazanah budaya tradisi agar tidak tergerus dengan kebudayaan asing yang mudah masuk ke Indonesia.
Pendapat itu disampaikan Ketua Harian Komisi Nasional untuk UNESCO Arief Rachman, yang didampingi mantan Dirjen Kebudayaan Edi Sedyawati dan musisi Dwiki Darmawan dalam diskusi kebudayaan di studio RRI Jakarta, kemarin.
Diskusi tersebut dalam rangka persiapan konser karawitan muda Indonesia yang dilaksanakan Mei mendatang di tempat sama.
Arief Rachman mengatakan bahwa dalam pendidikan terdapat tiga unsur, yakni logika, etika, dan estetika. Namun belakangan ini, dua unsur yakni estetika dan etika kurang diperhatikan oleh lembaga pendidikan. Akibatnya pendidikan yang memuat nilai-nilai tradisi kurang diperhatikan bahkan diselamatkan. ''Untuk memulainya lewat anak muda. Mereka yang akan memberikan warna pada bangsa ini, karena memiliki selera sendiri. Namun jangan sampai padam dalam membangun kreativitas untuk menyelamatkan nilai-nilai tradisi.''
Dalam kesempatan sama, pakar kebudayaan Edi Sedyawati menyatakan rasa bangganya karena masih ada anak muda yang berminat pada seni tradisional. Seperti saat melihat anak-anak muda bermain gamelan di studio RRI. ''Mungkin selama ini wadahnya kurang. Semua pihak harus berperan untuk mengembangkan dan mencintai kebudayaan dan seni tradisional Indonesia.''
Untuk mengembangkan cinta kebudayaan Indonesia, Sekolah Musik Farabi milik Dwiki Darmawan mengadakan konser karawitan anak muda pada Mei mendatang. Ide itu, menurut Dwiki, berawal dari banyaknya musik modern yang masuk ke Indonesia dan disukai anak muda. Masih ada anak muda yang tetap mencintai dan menjaga eksistensi kebudayaan Indonesia.(Eri/H-4)
Sumber: Media Indonesia, Rabu, 21 Maret 2007
No comments:
Post a Comment