[BANDUNG] Kepala Pusat Bahasa Dendy Sugono menyatakan pihaknya masih melakukan pemetaan bahasa ibu atau daerah di Indonesia. "Dari sekitar 746 bahasa daerah, baru 442 saja yang selesai dipetakan," jelasnya.
Bahasa daerah yang sudah selesai diteliti itu, kata dia, sudah dimasukkan ke dalam peta bahasa di Indonesia. Dalam peringatan puncak Hari Pendidikan Nasional 2009, Menteri Pendidik an Nasional Bambang Sudibyo menyerahkan peta tersebut ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai dokumen resmi kekayaan bahasa di Indonesia.
Mendiknas pun menilai, peta bahasa Indonesia itu merupakan refleksi dari kekayaan bahasa yang ada di pulau-pulau Indonesia serta wujud pelestarian bahasa. "Salah satu upaya untuk membangun semangat kebangsaan dan jati diri bangsa adalah melalui apresiasi terhadap kekayaan bahasa di Nusantara," ungkap Bambang.
Dendy Sugono menyatakan, menyusun peta bahasa itu bukanlah pekerjaan yang mudah. Pusat Bahasa memerlukan waktu hingga 15 tahun untuk bisa menyelesaikan pemetaan terhadap 442 bahasa daerah.
"Sudah ada beberapa peneliti yang berpulang karena penelitiannya terlalu lama. Saat ini masih ada 21 peneliti yang melakukan pendataan di beberapa daerah seperti Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur," terang Dendy.
Menurut Dendy, bahasa daerah di Indonesia harus tetap dilestarikan. Terlebih, 12 persen dari jenis bahasa yang ada di dunia itu berada di Indonesia.
Direktur Eksekutif First People's Cultural Foundation Simon Robinson, tutur Dendy, pernah memperkirakan 90 persen bahasa-bahasa di dunia ini akan punah pada akhir abad ke-21. Jika, laju kepunahan bahasa itu berlaku juga untuk bahasa-bahasa di Indonesia, 2099 akan tinggal 70-an bahasa saja yang tersisa.
Dalam peringatan puncak Hari Pendidikan Nasional 2009, presiden menyerahkan piagam penghargaan Adi Bahasa Wakil Gubernur Jawa Timur Saefullah Yusuf, Gubernur Sumatera Barat Gamawan Fauzi, dan Gubernur Sulawesi Tenggara Nur Alam, yang dinilai menunjukkan perhatian yang besar terhadap pengembangan bahasa di daerahnya masing-masing. [153]
Sumber: Suara Pembaruan, Rabu, 27 Mei 2009
No comments:
Post a Comment