PENGALAMAN dalam hidup membawa Iwel Sastra menuangkan setiap kegetiran dan harapan lewat sebuah buku. Ada petuah yang ia tuangkan secara jeli, tapi terkadang ada balutan sarkasme dan optimisme sehingga membuat semuanya mengalir bagai gelombang pasang.
Melalui perjalanan dari nol hingga meraih sebuah kesuksesan bukanlah perkara muda. Terkadang Iwel terbelenggu untuk menentukan pilihan meski terkadang sangat sulit. Ia harus memilih sebuah harapan agar semuanya dapat menjadi mimpi atau mati kelak.
Lewat buku Motivaction: Mimpi atau Mati (Noura Books, Jakarta, 2013), ia seakan menuangkan segudang pengalaman man
is. Ia mau agar setiap langkah yang telah menuntunnya meraih sebuah kesuksesan dapat juga dirasakan orang lain.
Pada buku perdana ini, Iwel menghadirkan lima bab dengan bahasa yang mudah dicerna. Kelima bab itu yaitu Action, Memasarkan Diri, Langkah-langkah Ringan, Faktor XYZ, dan Bonus Track.
Jika dilihat dari isi setiap bab, lelaki asal Padang, Sumatra Barat, itu menggabungkan teori dan pengalamannya. Setiap kajian diselingi dengan contoh sehingga membuat pembaca seakan mendapatkan cermin untuk optimistis menghadapi hidup.
Pengalaman tentang kisah sebagai penjual koran hingga menjadi presenter dalam dunia lawakan parodi membuat ia tak jemawa. Bahkan, ia memanfaatkan keberuntungan itu untuk dituangkan dalam buku bersampul kuning itu.
Sebagai entertainer, Iwel mencoba menghadirkan pengalaman dengan cara yang kocak, humoris, dan sederhana. Berbagai sudut pandang tentang kesuksesan ia suguhkan secara terperinci. Tak ayal, buku ini menjadi sebuah pegangan dan motivasi bagi mereka yang ingin meraih kesuksesan.
Teori pemasaran, sosial, hingga psikoanalisis tanpa disadari begitu lekat dalam buku setebal 320 halaman ini. Pada subbagian Semua Berawal dari Kecil (hlm 9), misalnya, Iwel begitu bergumul dalam sebuah peristiwa pada 2011 saat ia mengunjungi Bandung.
Sebuah produk keripik membuat ia dan rombongan memutuskan untuk berbelanja. Yang menarik, penjualan keripik dilakukan dengan sebuah mobil boks dan selalu berpindah-pindah. Itu yang membuat rasa penasaran pun tercuat setelah dijelaskan seorang teman.
Keripik yang cukup pedas itu menjadikan Iwel menganggukkan kepala. Pasalnya, proses pemasaran dilakukan lewat jejaring sosial. Setiap orang yang mau membeli harus melihat status yang telah diperbarui si penjual.
Tak hanya itu. Persoalan pemasaran diri juga menjadi pembahasan di subbab lainnya. Kaya dengan memasarkan diri (hlm 84) juga menjadi sebuah cermin. Iwel pasti melakukan cara itu untuk meraih popularitas.
Ada pengalaman, yaitu saat ayah dua anak itu menulis surat lamaran, tetapi isinya seperti cerpen. Itu membuat ia tersenyum sinis setelah pewawancara membacanya. Kendati demikian, ada hal menarik karena Iwel mencoba untuk membuat sebuah diferensiasi.
Rezeki menulis
Pembahasan mengenai ilmu rezeki (hlm 255) cukup menantang karena sumber rezeki beras dari Sang Khalik. Iwel menuliskan, ‘Jangan melihat siapa yang bicara, tetapi lihatlah apa yang dibicarakan’.
Kalimat petuah itu tentu bukanlah dari mulutnya sendiri. Ia mengutip ucapan seorang kiai yang menjadi tempat menimba ilmu, Khalifah Ali bin Abi Thalib. Tentunya, itu menjadi penguat baginya selain meyakini Tuhan Yang Mahakuasa itu sendiri.
Kendati mampu menghadirkan sejuta pengalaman yang dipadukan dengan teori dan petuah sederet orang-orang yang ia jumpai, buku ini memang masih lemah dalam penggambaran deskriptif dan runut waktu yang masih berlompat-lompat dalam beberapa subpembahasan.
Ketidakjelasan penggambaran runut waktu itulah yang membuat pembaca cepat bosan dan mudah untuk tak melanjutkan ke bab-bab berikutnya. Meski begitu, sebuah buku motivasi konstruktif dapat menjadi pilihan bagi Anda untuk mengembangkan karier, melihat pengalaman orang lain, dan mendapatkan ilmu lewat buku ini. (Iwa/M-2)
Sumber: Media Indonesia, Minggu, 23 Juni 2013
Melalui perjalanan dari nol hingga meraih sebuah kesuksesan bukanlah perkara muda. Terkadang Iwel terbelenggu untuk menentukan pilihan meski terkadang sangat sulit. Ia harus memilih sebuah harapan agar semuanya dapat menjadi mimpi atau mati kelak.
Lewat buku Motivaction: Mimpi atau Mati (Noura Books, Jakarta, 2013), ia seakan menuangkan segudang pengalaman man
Pada buku perdana ini, Iwel menghadirkan lima bab dengan bahasa yang mudah dicerna. Kelima bab itu yaitu Action, Memasarkan Diri, Langkah-langkah Ringan, Faktor XYZ, dan Bonus Track.
Jika dilihat dari isi setiap bab, lelaki asal Padang, Sumatra Barat, itu menggabungkan teori dan pengalamannya. Setiap kajian diselingi dengan contoh sehingga membuat pembaca seakan mendapatkan cermin untuk optimistis menghadapi hidup.
Pengalaman tentang kisah sebagai penjual koran hingga menjadi presenter dalam dunia lawakan parodi membuat ia tak jemawa. Bahkan, ia memanfaatkan keberuntungan itu untuk dituangkan dalam buku bersampul kuning itu.
Sebagai entertainer, Iwel mencoba menghadirkan pengalaman dengan cara yang kocak, humoris, dan sederhana. Berbagai sudut pandang tentang kesuksesan ia suguhkan secara terperinci. Tak ayal, buku ini menjadi sebuah pegangan dan motivasi bagi mereka yang ingin meraih kesuksesan.
Teori pemasaran, sosial, hingga psikoanalisis tanpa disadari begitu lekat dalam buku setebal 320 halaman ini. Pada subbagian Semua Berawal dari Kecil (hlm 9), misalnya, Iwel begitu bergumul dalam sebuah peristiwa pada 2011 saat ia mengunjungi Bandung.
Sebuah produk keripik membuat ia dan rombongan memutuskan untuk berbelanja. Yang menarik, penjualan keripik dilakukan dengan sebuah mobil boks dan selalu berpindah-pindah. Itu yang membuat rasa penasaran pun tercuat setelah dijelaskan seorang teman.
Keripik yang cukup pedas itu menjadikan Iwel menganggukkan kepala. Pasalnya, proses pemasaran dilakukan lewat jejaring sosial. Setiap orang yang mau membeli harus melihat status yang telah diperbarui si penjual.
Tak hanya itu. Persoalan pemasaran diri juga menjadi pembahasan di subbab lainnya. Kaya dengan memasarkan diri (hlm 84) juga menjadi sebuah cermin. Iwel pasti melakukan cara itu untuk meraih popularitas.
Ada pengalaman, yaitu saat ayah dua anak itu menulis surat lamaran, tetapi isinya seperti cerpen. Itu membuat ia tersenyum sinis setelah pewawancara membacanya. Kendati demikian, ada hal menarik karena Iwel mencoba untuk membuat sebuah diferensiasi.
Rezeki menulis
Pembahasan mengenai ilmu rezeki (hlm 255) cukup menantang karena sumber rezeki beras dari Sang Khalik. Iwel menuliskan, ‘Jangan melihat siapa yang bicara, tetapi lihatlah apa yang dibicarakan’.
Kalimat petuah itu tentu bukanlah dari mulutnya sendiri. Ia mengutip ucapan seorang kiai yang menjadi tempat menimba ilmu, Khalifah Ali bin Abi Thalib. Tentunya, itu menjadi penguat baginya selain meyakini Tuhan Yang Mahakuasa itu sendiri.
Kendati mampu menghadirkan sejuta pengalaman yang dipadukan dengan teori dan petuah sederet orang-orang yang ia jumpai, buku ini memang masih lemah dalam penggambaran deskriptif dan runut waktu yang masih berlompat-lompat dalam beberapa subpembahasan.
Ketidakjelasan penggambaran runut waktu itulah yang membuat pembaca cepat bosan dan mudah untuk tak melanjutkan ke bab-bab berikutnya. Meski begitu, sebuah buku motivasi konstruktif dapat menjadi pilihan bagi Anda untuk mengembangkan karier, melihat pengalaman orang lain, dan mendapatkan ilmu lewat buku ini. (Iwa/M-2)
Sumber: Media Indonesia, Minggu, 23 Juni 2013
No comments:
Post a Comment