Judul: Kreatif Sampai Mati! Penulis: Wahyu Aditya Penerbit: Bentang Pustaka Tebal: 292 halaman |
ANAK-ANAK muda yang bergerak mandiri, melakukan banyak perubahan di
sekeliling mereka tanpa perlu mengundang pejabat untuk menghadiri
peresmian kegiatan atau lembaga yang mereka dirikan, selalu membawa
kabar gembira.
Kiprah mereka merupakan kisah nyata tentang anak-anak muda yang dalam sejarah berjasa untuk membawa gerbong pembaruan. Cerita-cerita itu kemudian mereka rayakan di berbagai gerakan komunitas, kegiatan-kegiatan yang digelar swadaya, dan organisasi-organisasi yang strukturnya sangat lentur. Selebrasi itu terus berlanjut. Melalui rak-rak di toko buku, mereka berbagi.
Untuk mengimbangi jajaran buku-buku motivasi, inspirasi, kisah kesuksesan, dan how to yang kian membosankan, buku-buku ini sudah memikat bahkan dari tampilan luarnya.
Sore itu, di sebuah toko buku di mal di kawasan Serpong, Tangerang, Banten, buku Oh My Goodness, karya Yoris Sebastian, pendiri OMG Consulting yang dikenal sebagai salah satu pembawa angin segar dari dunia kreatif berembus ke pebisnis-pebisnis konvensional sekalipun, tak lagi ditemukan setelah berkali-kali cetak ulang.
Di jajaran buku-buku motivasi dan inspirasi itu, terselip buku bersampul hitam pekat dengan judul berwarna-warni yang terbilang tebal. Ya, inilah buku yang awal tahun ini telah gencar dibicarakan di media sosial.
Wahyu Aditya, pendiri Hellomotion Academy sekaligus penggagas Hello Fest, sang penulis buku ini, memang salah satu pesohor di jagat Twitter.
Kehebohan perbincangan itu ternyata beralasan. Ya, buku ini dari awalnya memang riang. Banyak dijumpai kata-kata motivasi yang beberapa di antaranya mungkin akan kita temukan di buku-buku sejenis yang ditulis teman-teman seperjuangan Wahyu. Kisah-kisah inspirasi itu berasal baik yang dialami penulis maupun dari berbagai peristiwa di belahan dunia lain beserta nukilan proses kerja di dunia kreatif, khususnya yang berbasis digital.
Ya, itu seperti tampilannya yang meriah dan tampak dipersiapkan dengan baik. Juga, lengkap dengan bentuk-bentuk huruf tak biasa, gambar-gambar, dan foto-foto ajaib, ditambah kontennya yang beraneka warna.
Karena itu, bukan cuma penyuka dunia kreatif digital, tempat Wahyu bergiat selama ini, yang patut membaca, melainkan juga anak-anak muda dan manusia-manusia dengan pikiran mapan akan tersenyum saat membacanya. Kemudian, beberapa ide mungkin akan meloncat di kepala, meluncur penuh energi, dan menunggu buat dieksekusi.
Membaca buku Wadit, begitu pria tersebut disapa, membuat Ibu Pertiwi mestinya bisa berhenti merengut dikepung kasus-kasus dan segala pemberitaan tentang muramnya negeri ini.
Senyum itu akan merekah ketika selesai menuntaskan kata-katanya, halaman demi halamannya kembali dibuka. Wadit bahkan mempersiapkan sebuah ilustrasi kecil di pojok kiri halaman.
Pun ketika melihat beberapa bagian buku ini yang merujuk kepada sosok-sosok yang menggunting di ujung, pengusung gerakan cutting edge, yang akrab dalam kehidupan kaum urban. Salah satunya, kisah tentang Ligwina Hananto, sang perencana keuangan yang rajin berkoar-koar di Twitter.
Buku setebal 292 halaman ini menjadi penanda gelombang itu, yang tadinya mungkin masih berupa riak-riak kecil, akan segera datang, sesekali berwujud ombak kecil dan pada waktu tertentu akan datang laksana air bah.
Ya, kekuatan sipil, jaringan yang mereka bentuk, pembagian tugas yang mereka lakukan secara otomatis, tanpa perlu rapat-rapat, acara pidato dan gunting pita itu terus bergerak. Basisnya, kreativitas dan ide-ide segar nan muda. Ketika buku ini dalam dua bulan telah cetak ulang, gelombang itu kian kasatmata! (Zat/M-2 )
Sumber: Media Indonesia, Minggu, 26 Mei 2013
Kiprah mereka merupakan kisah nyata tentang anak-anak muda yang dalam sejarah berjasa untuk membawa gerbong pembaruan. Cerita-cerita itu kemudian mereka rayakan di berbagai gerakan komunitas, kegiatan-kegiatan yang digelar swadaya, dan organisasi-organisasi yang strukturnya sangat lentur. Selebrasi itu terus berlanjut. Melalui rak-rak di toko buku, mereka berbagi.
Untuk mengimbangi jajaran buku-buku motivasi, inspirasi, kisah kesuksesan, dan how to yang kian membosankan, buku-buku ini sudah memikat bahkan dari tampilan luarnya.
Sore itu, di sebuah toko buku di mal di kawasan Serpong, Tangerang, Banten, buku Oh My Goodness, karya Yoris Sebastian, pendiri OMG Consulting yang dikenal sebagai salah satu pembawa angin segar dari dunia kreatif berembus ke pebisnis-pebisnis konvensional sekalipun, tak lagi ditemukan setelah berkali-kali cetak ulang.
Di jajaran buku-buku motivasi dan inspirasi itu, terselip buku bersampul hitam pekat dengan judul berwarna-warni yang terbilang tebal. Ya, inilah buku yang awal tahun ini telah gencar dibicarakan di media sosial.
Wahyu Aditya, pendiri Hellomotion Academy sekaligus penggagas Hello Fest, sang penulis buku ini, memang salah satu pesohor di jagat Twitter.
Kehebohan perbincangan itu ternyata beralasan. Ya, buku ini dari awalnya memang riang. Banyak dijumpai kata-kata motivasi yang beberapa di antaranya mungkin akan kita temukan di buku-buku sejenis yang ditulis teman-teman seperjuangan Wahyu. Kisah-kisah inspirasi itu berasal baik yang dialami penulis maupun dari berbagai peristiwa di belahan dunia lain beserta nukilan proses kerja di dunia kreatif, khususnya yang berbasis digital.
Ya, itu seperti tampilannya yang meriah dan tampak dipersiapkan dengan baik. Juga, lengkap dengan bentuk-bentuk huruf tak biasa, gambar-gambar, dan foto-foto ajaib, ditambah kontennya yang beraneka warna.
Karena itu, bukan cuma penyuka dunia kreatif digital, tempat Wahyu bergiat selama ini, yang patut membaca, melainkan juga anak-anak muda dan manusia-manusia dengan pikiran mapan akan tersenyum saat membacanya. Kemudian, beberapa ide mungkin akan meloncat di kepala, meluncur penuh energi, dan menunggu buat dieksekusi.
Membaca buku Wadit, begitu pria tersebut disapa, membuat Ibu Pertiwi mestinya bisa berhenti merengut dikepung kasus-kasus dan segala pemberitaan tentang muramnya negeri ini.
Senyum itu akan merekah ketika selesai menuntaskan kata-katanya, halaman demi halamannya kembali dibuka. Wadit bahkan mempersiapkan sebuah ilustrasi kecil di pojok kiri halaman.
Pun ketika melihat beberapa bagian buku ini yang merujuk kepada sosok-sosok yang menggunting di ujung, pengusung gerakan cutting edge, yang akrab dalam kehidupan kaum urban. Salah satunya, kisah tentang Ligwina Hananto, sang perencana keuangan yang rajin berkoar-koar di Twitter.
Buku setebal 292 halaman ini menjadi penanda gelombang itu, yang tadinya mungkin masih berupa riak-riak kecil, akan segera datang, sesekali berwujud ombak kecil dan pada waktu tertentu akan datang laksana air bah.
Ya, kekuatan sipil, jaringan yang mereka bentuk, pembagian tugas yang mereka lakukan secara otomatis, tanpa perlu rapat-rapat, acara pidato dan gunting pita itu terus bergerak. Basisnya, kreativitas dan ide-ide segar nan muda. Ketika buku ini dalam dua bulan telah cetak ulang, gelombang itu kian kasatmata! (Zat/M-2 )
Sumber: Media Indonesia, Minggu, 26 Mei 2013
No comments:
Post a Comment