LEKUKAN garis seakan menyerupai pohon yang tumbang. Namun, goresan itu sangat multitafsir, bergantung pada setiap pengunjung yang melihatnya.
Ada unsur paduan warna kuning yang dibiarkan mengental sehingga tampak seperti bunga atau daun yang mengering. Sebuah tafsiran yang penuh kekaguman.
Gambaran itu terlihat jelas dalam karya milik pelukis asal Pagar Alam, Sumatra Selatan, Baron Basuning, 52, Land of Gold (200x300 cm) yang dipamerkan pada pameran tunggal bertajuk Land of Legacy di Galeri Cipta III, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pertengahan pekan ini. Dalam pameran tersebut terdapat belasan karya yang lekat dengan gaya abstrak. Tema yang dia usung berhubungan dengan keindahan Tanah Air sekaligus keprihatinan terhadap kerusakan tatanan sosial budaya hingga ekonomi atas keserakahan. Unsur alam berupa lautan itu tergambar lewat karya Legacy#6. Deburan ombak yang ditampilkan lewat permainan kuas. Namun, secara kasatmata memang sulit untuk dilihat secara estetik karena absurd. Khususnya Legacy, ia membuat seri 1-14. Itu menunjukkan ada sebuah pertautan yang mesti disajikan kepada khalayak umum.
"Saya coba melihat lewat kacamata seni lukis. Ada kecemasan sehingga saya menuangkan lewat karya (abstrak)," ujarnya di sela-sela pameran.
Pameran ini akan berlangsung hingga Selasa (14/5) mendatang. Ini menjadi pameran tunggal kedelapan Baron sepanjang eksistensinya dalam dunia lukis di Tanah Air. Ia menunjukkan diri sebagai salah satu pelukis abstrak yang mulai mencapai taring dalam dunia seni kontemporer ini.
Karya Baron lainnya berjudul Eagle Flew Out of The Night (200x200 cm) menghadirkan unsur kebiruan. Ada seekor elang yang seakan bertengger di antara tiga gerbong. Sang elang seakan sedang terbang menembus malam. Deformasi abstrak begitu kuat sehingga memberikan simbol-simbol penuh makna.
Imajinasi Terlepas dari gaya yang Baron usung dalam pameran tersebut, ada sebuah imajinasi dan pemaknaan terhadap suatu gugusan kepulauan yang ada di Nusantara. Persoalan tambang--minyak bumi dan tambang emas--menjadi kritikan yang seakan Baron hadirkan lewat abstrak. Kendati menghadirkan nuansa abstrak, pada beberapa komposisi Baron tak bisa menghadirkan reaksi-reaksi alam yang coba ia ungkapkan.
Karya Legacy#9, misalnya, tak menghadirkan sesuatu yang penuh kritikan atau sesuatu yang memuat tentang suatu alam tertentu. Dia hanya menghadirkan garis panjang horizontal dengan sebuah objek kuning berbentuk 'Z'. Terlepas dari objek yang seakan minim estetika, sebenarnya ada persoalan mendasar yang mampu Baron suguhkan secara berbobot. "Pelukis abstrak selalu mengawali lukisannya dengan memprovokasi kanvas kosong tanpa adanya suatu ide. Namun, dalam karya di sini (karya Baron) ada dialog batin yang cukup komplikatif antara pelukis dan lukisannya," ujar pengamat seni rupa Chandra Johan. (Iwa/B-1)
Sumber: Media Indonesia, Minggu, 5 Mei 2013
Ada unsur paduan warna kuning yang dibiarkan mengental sehingga tampak seperti bunga atau daun yang mengering. Sebuah tafsiran yang penuh kekaguman.
Gambaran itu terlihat jelas dalam karya milik pelukis asal Pagar Alam, Sumatra Selatan, Baron Basuning, 52, Land of Gold (200x300 cm) yang dipamerkan pada pameran tunggal bertajuk Land of Legacy di Galeri Cipta III, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pertengahan pekan ini. Dalam pameran tersebut terdapat belasan karya yang lekat dengan gaya abstrak. Tema yang dia usung berhubungan dengan keindahan Tanah Air sekaligus keprihatinan terhadap kerusakan tatanan sosial budaya hingga ekonomi atas keserakahan. Unsur alam berupa lautan itu tergambar lewat karya Legacy#6. Deburan ombak yang ditampilkan lewat permainan kuas. Namun, secara kasatmata memang sulit untuk dilihat secara estetik karena absurd. Khususnya Legacy, ia membuat seri 1-14. Itu menunjukkan ada sebuah pertautan yang mesti disajikan kepada khalayak umum.
"Saya coba melihat lewat kacamata seni lukis. Ada kecemasan sehingga saya menuangkan lewat karya (abstrak)," ujarnya di sela-sela pameran.
Pameran ini akan berlangsung hingga Selasa (14/5) mendatang. Ini menjadi pameran tunggal kedelapan Baron sepanjang eksistensinya dalam dunia lukis di Tanah Air. Ia menunjukkan diri sebagai salah satu pelukis abstrak yang mulai mencapai taring dalam dunia seni kontemporer ini.
Karya Baron lainnya berjudul Eagle Flew Out of The Night (200x200 cm) menghadirkan unsur kebiruan. Ada seekor elang yang seakan bertengger di antara tiga gerbong. Sang elang seakan sedang terbang menembus malam. Deformasi abstrak begitu kuat sehingga memberikan simbol-simbol penuh makna.
Imajinasi Terlepas dari gaya yang Baron usung dalam pameran tersebut, ada sebuah imajinasi dan pemaknaan terhadap suatu gugusan kepulauan yang ada di Nusantara. Persoalan tambang--minyak bumi dan tambang emas--menjadi kritikan yang seakan Baron hadirkan lewat abstrak. Kendati menghadirkan nuansa abstrak, pada beberapa komposisi Baron tak bisa menghadirkan reaksi-reaksi alam yang coba ia ungkapkan.
Karya Legacy#9, misalnya, tak menghadirkan sesuatu yang penuh kritikan atau sesuatu yang memuat tentang suatu alam tertentu. Dia hanya menghadirkan garis panjang horizontal dengan sebuah objek kuning berbentuk 'Z'. Terlepas dari objek yang seakan minim estetika, sebenarnya ada persoalan mendasar yang mampu Baron suguhkan secara berbobot. "Pelukis abstrak selalu mengawali lukisannya dengan memprovokasi kanvas kosong tanpa adanya suatu ide. Namun, dalam karya di sini (karya Baron) ada dialog batin yang cukup komplikatif antara pelukis dan lukisannya," ujar pengamat seni rupa Chandra Johan. (Iwa/B-1)
Sumber: Media Indonesia, Minggu, 5 Mei 2013
No comments:
Post a Comment