Friday, April 17, 2009

Melestarikan Budaya Melalui Festival Indonesia

[JAKARTA] Kebudayaan Indonesia yang beragam merupakan aset yang seharusnya dilestarikan. Namun yang terjadi saat ini, kebudayaan justru mengalami keterpurukan karena pengaruh modernitas. Generasi muda, sebagai generasi penerus bangsa, merasa malu untuk memperdalam tradisi dan budaya bangsa mereka sendiri. Mereka cenderung memilih budaya luar yang belum tentu membawa pengaruh positif.

Tarian sakral Bedaya Ketawang dari Keraton Solo merupakan salah satu budaya leluhur bangsa Indonesia. (sp/alex suban)

Seolah prihatin dengan kondisi yang sedang terjadi, kini sejumlah pihak mulai melakukan usaha guna membangkitkan kembali kebudayaan Indonesia. Usaha yang juga bertujuan merangsang kesadaran melestarikan kebudayaan Nusantara ini bermacam-macam, ada yang berupa pementasan wayang, pementasan tari, hingga pameran barang-barang langka yang mencerminkan masa keemasan kebudayaan Indonesia.

Tahun 2009 ini, dicanangkan sebagai Tahun Indonesia Kreatif 2009 oleh Presiden Republik Indonesia. Taman Mini Indonesia Indah (TMII), sebagai small Indonesian heritage, mencoba merespons baik pencanangan yang dinyatakan sejak 22 Desember 2008 lalu ini, dengan menggelar Festival Indonesia (FI) dengan tema Kita Bangkitkan Sadar Budaya untuk Meningkatkan Derajat dan Martabat Bangsa.

Seminar

Kegiatan berupa pameran, pergelaran, lomba, dan hiburan lainnya ini akan digelar selama sepekan, mulai tanggal 18 hingga 26 April. Bertempat di Plaza Arsipel dan Istana Anak-anak Indonesia, TMII, acara ini bertujuan untuk melestarikan kebudayaan bangsa sebagai kunci perekat bangsa. Selain itu, diselenggarakannya acara ini berkenaan dengan hari ulang tahun ke-34 TMII yang.

Bahkan, khusus untuk membahas mengenai kegiatan pelestarian budaya, dilibatkan sejumlah pakar di bidangnya masing-masing dalam sebuah seminar budaya yang akan diadakan pada tanggal 24 April 2009, di tempat yang sama. Kegiatan ini juga dilakukan oleh anjungan daerah, museum, taman, dan unit lainnya yang terdapat di TMII. Kegiatan tersebut akan disajikan dalam suatu rangkaian bak untaian manikam.

Prinsip Bhinneka Tunggal Ika bangsa Indonesia akan ditonjolkan dengan melibatkan peran serta 33 provinsi yang ada di Indonesia. TMII juga berusaha untuk mengukuhkan diri sebagai laboratorium budaya dengan mengangkat seluruh kebudayaan asli Indonesia melalui karnaval budaya, parade busana daerah, dan kuliner Nusantara.

"Kami berusaha menampilkan keunggulan masing-masing provinsi untuk dijual ke pengunjung. Semua barang-barang dari zaman nol sampai dengan modern akan kita tampilkan. Tujuannya agar masyarakat mengerti benar bahwa Indonesia kaya akan budaya, yang tidak dimiliki oleh negara lain," kata Direktur Operasional TMII Ade F Meyliala.

Dia menambahkan, kegiatan yang terdapat dalam FI meliputi Pameran Rainassance Nusantara, Flora Fauna Expo, Pameran Buku, Nusantara Expo, Pergelaran Kesenian Daerah, Pergelaran Dunia Anak-anak, Hiburan, Pesta Kembang Api, Permainan Ular Tangga Raksasa, dan Seminar Budaya. Pengunjung akan dikenakan tiket masuk seharga Rp 5000. Khusus pada tanggal 20 April, tidak dikenakan biaya masuk atau gratis.

Harapannya, kegiatan FI ini dapat menyuguhkan hiburan yang sehat dan mendidik, sekaligus untuk menambah wawasan agar mempererat persatuan dan kesatuan bangsa.

"Festival Indonesia ini juga akan memamerkan kebesaran zaman prasejarah, yakni ditemukannya Chopper (kapak batu) dan Pithecanthropus Erectus oleh Eugene Dubois. Karya-karya pelukis kenamaan Indonesia maupun luar negeri seperti Basuki Abdullah, Affandi, Raden Saleh, dan Antonio Blanco juga akan dipamerkan. Semua maestro pada akhir abad ke-18 hingga awal abad ke-19 akan menghiasi acara yang berlangsung selama delapan pekan ini," ujar Maskum, Ketua Panitia Festival Indonesia. [ISW/F-4]

Sumber: Suara Pembaruan, Jumat, 17 April 2009

No comments: