Solo, Kompas - Setelah arca batu dan perunggu yang hilang, kini giliran koleksi naskah kuno Museum Radya Pustaka Solo, Jawa Tengah, diduga raib menyusul amburadulnya pengelolaan perpustakaan museum tersebut. Lebih dari 20 naskah kuno yang sebelumnya tercatat di katalog kini tidak jelas keberadaannya. Beberapa di antara naskah tersebut merupakan karya agung (masterpiece).
Hingga Kamis (23/4), pihak pengelola Museum Radya Pustaka masih berharap koleksi naskah kuno tersebut tidak hilang karena ada kemungkinan beberapa naskah dipinjam orang dan belum dikembalikan. Pihak yang meminjam diharapkan segera mengembalikan ke Museum Radya Pustaka.
Naskah kuno kembali mendapat perhatian pascakedatangan Indonesianis (peneliti studi tentang Jawa) dari Universitas Michigan, Amerika Serikat, Nancy K Florida di Solo.
Pada tahun 1982, Nancy menyelesaikan katalog yang berisi daftar buku dan naskah kuno di Museum Radya Pustaka. Dalam kunjungan tersebut, Nancy mengecek koleksi naskah dalam katalog yang disusunnya. Sebelum pulang, Nancy menyampaikan kepada staf perpustakaan museum bahwa ada lebih dari 20 naskah kuno sudah tidak ada, termasuk tiga naskah kuno yang merupakan karya agung, yakni Serat Ong Ilahe’ng, Primbon Mangkuprajan, dan empat jilid Buku Werna-werni Sinjang.
”Kami juga sudah periksa di berbagai tempat, tetapi tidak ada buku-buku kuno itu,” kata staf perpustakaan Museum Radya Pustaka, Kurnia Heniwati.
Ketua Komite Museum Radya Pustaka Winarso Kalinggo menyatakan belum tahu apakah naskah-naskah itu hilang atau dipinjam orang.
”Kami belum melapor ke polisi dan akan melalukan pencarian dulu,” kata Wakil Ketua I Komite Museum Radya Pustaka Sanjata.(EKI/SON)
Sumber: Kompas, Sabtu, 25 April 2009
No comments:
Post a Comment