OBJEK di dalam potret berkisah tentang segalanya. Kekuatan potret bahkan tak hilang ketika fotografernya tiada. Apalagi, bila si fotografer ikut memotret sebuah perubahan sosial dalam sebuah negara.
Seorang anak berdiri mengenakan topi berbalut kain khas Meksiko sedang berada di depan pohon kaktus. Seorang pengunjung bisa saja mengira kalau kaktus adalah salah satu tanda untuk sosio-geografi wilayah di Meksiko.
Kita bisa juga mengira kalau anak sebagai simbol yang coba didekatkan dengan kaktus. Namun, makna yang sebenarnya pun diungkapkan,
“Kaktus adalah makanan di Meksiko. Foto ini mengingatkan pada apa yang saya dan keluarga lakukan. Pohon kaktus enak dan bergizi tinggi,” papar Atase Kebudayaan dari Kedutaan Besar Meksiko, Jessy Otero, dalam percakapan beberapa jam menjelang pameran di Italiano di Cultura, Jakarta (18/10).
Duta Besar Meksiko untuk Indonesia H E Melba Pria mengatakan pada pameran ini, setiap orang dapat menemukan Meksiko dari cara pandang artis kelahiran Italia yang memulai lewat perjalanan pribadinya lengkap dengan objek, teknik, dan keterlibatannya di negeri itu.
Tina Modotti adalah warga Italia yang berimigrasi ke Amerika pada usia 17. Ia tinggal di Meksiko selama beberapa tahun dan berkarier sebagai fotografer. Tahun 1920-1930 adalah saat Tina Modotti tinggal sekaligus berpameran dalam nuansa hitam putih, namun ia tetap menampilkan segala bagian penting dalam sejarah Meksiko.
Hal yang paling terlihat adalah ketika pada 1923 dia pindah ke Meksiko, di mana dia memotret masa setelah revolusi Meksiko yang kemudian menjadi sebuah periode perubahan sosial dan budaya.
Karya fotografinya memperlihatkan suasana revolusi dalam snapshots yang tepat. Pameran foto tunggalnya yang pertama kali bertajuk “The First Revolutionary Photography Exhibit” pada 1929 merefleksikan gairah seninya pada masa revolusi. Dia berhubungan dengan para pelukis seperti Diego Rivera, Frida Kahlo, dan banyak pemural lainnya.
Tema Sosial
Suasana sosial dimunculkan oleh Modotti dalam karya-karyanya. Para perempuan pekerja di Juchitecas yang ditampilkan pada foto-foto tahun 1923-1927 memperlihatkan perempuan berjalan dengan barang di kepala atau tangannya.
Dia juga menampilkan suasana para pekerja dengan tangan yang memegang sekop, mencuci, dan memegang tali boneka—sebagai pekerja seni masa itu.
Dia pun memperlihatkan suasana paradoks antara kaya dan miskin melalui orang yang berpenampilan serta berpakaian mewah dengan orang berpakaian sederhana.
Selain itu, ada pula semacam plakat atau billboard bergambar orang yang untuk mengenakan jas pun harus dibantu stafnya, sedangkan di depannya seorang anak muda dengan pakaian seadanya terduduk di pinggir jalan.
Sebagaimana pendapat Duta Besar Italia untuk Indonesia HE Federico Failla, dalam foto Tina kita dapat melihat visinya tentang dunia. Foto Tina tak dapat dipisahkan dengan idealisme serta sensitivitasnya untuk menjadi saksi apa yang terjadi di masa silam hingga ke masa depan.
Di luar sejarah dan perubahan masyarakat di masa itu, selain latar dan fenomena sosial, foto-foto Tina Modotti terasa mengajak kita mendalami makna kemanusiaan. Sebagaimana pameran fotonya yang bertema “Tina Modotti: A New Vision”, pameran ini memberi visi baru tentang sebuah dunia, dunia sesama yang saling peduli dan berbagi.
Sumber: Sinar Harapan, Sabtu, 22 Oktober 2011
No comments:
Post a Comment