Monday, October 03, 2011

Mempersiapkan Dewantara Muda

-- Haryono Suyono

MAJELIS luhur Taman Siswa yang dipimpin oleh Jenderal TNI (Purn) Tyasno Sudarto bekerja sama dengan Yayasan Damandiri, dalam dua tahun terakhir ini bekerja keras membangkitkan lima perguruan tinggi (PT) Taman Siswa di Yogyakarta, Padang, Palembang, Jakarta dan Banjarnegara. Kerja sama itu dilakukan untuk mendorong penambahan dukungan bantuan dari pemerintah melalui Kemendiknas serta berbagai simpatisan lain di seluruh Indonesia.

Dua PT Taman Siswa yang berkembang pesat adalah Universitas Sarjanawiyata Taman Siswa (UST) di Yogyakarta dan Universitas Taman Siswa di Padang. Kedua perguruan tinggi itu membenahi kemampuan akademis lembaganya dengan mengirim hampir semua dosen yang belum mempunyai gelar akademis S2 untuk menyelesaikan S2 atau S3 mereka.

Para dosen yang sudah mengantongi S2 dianjurkan melanjutkan pendidikannya sampai ke jenjang doktor atau S3. Targetnya sangat ambisius, pada tahun ajaran 2012 nanti tidak ada lagi dosen dengan gelar Sarjana S1, atau semua dosennya akan menyandang gelar minimal S2 atau bahkan S3. Tetapi, para dosen toh mengikuti tugas belajar itu dengan tekun bekerja keras dan cerdas.

Awal minggu ini, pihak terkait kembali membicarakan proses pengembangan itu. Pihak-pihak itu, antara lain Jenderal TNI (Purn) Tyasno Sudarto didampingi Rektor Universitas Taman Siswa Padang Prof Dr Ir M Zulman Harja Utama bersama pembantu rektor, melakukan koordinasi dengan Rektor UST Drs H Pardimin MPd bersama Yayasan Damandiri. Sebagai pimpinan Yayasan Damandiri, saya didampingi Dr Subiakto Tjakrawerdaja dan Dr Moch Soedarmadi selaku Ketua Pelaksana Yayasan.

Dalam pertemuan yang akrab itu disepakati rancangan sampai akhir tahun ini untuk mengembangkan perpustakaan digital minimal di tiga PT Taman Siswa, yaitu di Yogyakarta dan Padang (yang sudah beroperasi) serta di Palembang (yang segera akan ditangani). Di ketiga PT tersebut dianjurkan agar seluruh dosen yang menyandang gelar S1 segera mengikuti kuliah kembali sampai minimal bisa mencapai jenjang S2, atau melanjutkan sampai ke jenjang S3.

Sementara, pada tahun ajaran 2011-2012, ketiga PT tersebut berharap bisa mengundang dosen-dosen senior dari berbagai PT lain untuk memicu peningkatan mutu akademis masing-masing. Selama membimbing mahasiswa di PT Taman Siswa, para dosen senior itu diharapkan bisa didampingi dosen-dosen yang ada. Dengan demikian, kemampuan dosen senior dapat segera ditularkan kepada dosen-dosen muda di kalangan PT Taman Siswa.

Para dosen, di samping didorong melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi, juga dianjurkan ikut magang ke PT-PT lain yang dianggap lebih unggul. Kebijakan ini dilakukan agar kualitas mengajar dan bahan-bahan kuliah yang diberikannya dapat diperkaya dengan mengambil manfaat dari dosen senior yang diikutinya di PT-PT lain tersebut. Proses belajar di antara sesama dosen ini menjadi tugas wajib dari setiap dosen dari ketiga PT Taman Siswa yang kini terus dikembangkan.

Di samping tenaga dosen, ketiga PT itu juga mengharapkan agar tenaga administrasi mereka mendapat peningkatan keterampilan. Mereka pun digembleng dan diikutsertakan dalam program pengembangan budaya perguruan tinggi yang dinamik, nasionalis, mandiri dan maju. Ini sebagaimana dicita-citakan oleh Sang Pendiri Taman Siswa, Ki Hadjar Dewantoro, yang juga Bapak Pendidikan Indonesia.

Oleh karena itu, secara bertahap Majelis Luhur Taman Siswa juga sepakat bahwa perbaikan fasilitas perkuliahan yang sebagian dibantu oleh Kemendiknas diharapkan dapat ditingkatkan dengan membuka diri menerima bantuan dari simpatisan masyarakat luas. Mereka diharapkan ikut serta membantu memperbaiki ruang-ruang kuliah dan laboratorium di berbagai program studi yang banyak memerlukan peralatan modern dan baru.

Disepakati pula untuk segera membangun fasilitas ruang sidang yang memadai agar para dosen dan dosen senior dapat memberi bimbingan seminar dan lokakarya ilmiah bersama khalayak yang lebih luas. Ini dirasakan penting agar kemampuan akademis para mahasiswa dapat dipacu secara cepat hingga mampu memberikan manfaat yang luas, seperti dicita-citakan oleh Ki Hadjar Dewantoro.

Proses membaur dengan masyarakat luas itu dipacu dengan meningkatkan kegiatan kuliah kerja nyata yang lebih intensif, baik sebagai bagian dari kurikulum atau bahkan dengan mengundang para mahasiswa ikut terjun ke lapangan sebagai sukarelawan pembangunan sosial ekonomi. Ini dipadukan sebagai bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yang diwajibkan oleh pemerintah.

Dalam hubungan ini disepakati pula bahwa bagi dosen dan mahasiswa sukarelawan bisa memperebutkan berbagai beasiswa atau keringanan pembayaran SPP yang disediakan oleh pemerintah atau oleh Yayasan Damandiri. Beban SPP yang diisi dengan pendampingan tersebut akan ditawarkan kepada pemerintah daerah di tingkat kabupaten/kota, juga kepada pemerintah tingkat provinsi atau bahkan pada pemerintah desa dan pedukuhan sebagai dukungan untuk pendampingan mahasiswa membangun keluarga di tingkat pedesaan.

Gerakan belajar di desa adalah ciri utama dari pikiran besar Ki Hadjar Dewantoro untuk membangun bersama rakyat dan hidup dengan menyerap aspirasi yang berkembang di antara rakyat banyak. Dalam konteks Tri Dharma Perguruan Tinggi diharapkan pendekatan tersebut akan melahirkan pemahaman penelitian dan pengembangan ilmu berbasis pada tingkat pedesaan. Para dosen pembimbing, mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi, tesis atau bahkan sedang menyelesaikan disertasi dianjurkan menggali kearifan lokal agar bisa mengembangkan ilmu secara orisinal dan sekaligus dapat menyelesaikan masalah nasional, seperti digagas Ki Hadjar Dewantoro.

Haryono Suyono
, mantan Menko Kesra dan Taskin. (Adv)

Sumber: Suara Karya, Senin, 3 Oktober 2011

No comments: