Sunday, May 29, 2011

[Buku] Egosentris yang Tumbuh di Kota Urban Jakarta

Judul : Ego.Centris: embrio

Penulis : Novanka Raja

Penerbit : Genta Pustaka, 2011

Tebal : xii + 216 Halaman


JIKA cinta adalah permainan, maka aku pemain yang hebat...

Buku ego.centris merupakan kumpulan cerita pendek karya Novanka Raja yang memuat 45 judul cerita. Membaca ego.centris ini, saya seperti menyimak dan merenungi kisah cinta dengan segala macam problematika yang diserta dengan kesimpulan-kesimpulan sementaranya si penulisnya.

Buku setebal 216 halaman ini membawa pembacanya ke dalam sebuah dunia yang penuh dengan pertanyaan, pertanyaan tentang hubungan yang terjalin antara laki-laki dan perempuan. Benarkah setiap orang mampu setia berada di jalannya, akankah orang yang setia di samping kita akan terus menemani kita menempuh perjalanan yang tak kunjung sampai ini.

Harus kita akui bahwa Jakarta adalah sebuah kota yang sibuk dengan segala macam problematikanya, demikian sibuknya sehingga untuk merasakan ruang sunyi pun amatlah sulit, di sela-sela itulah Novanka mencoba menawarkan sesuatu yang berbeda melalui ego.centris ini, hadir di sela-sela kesibukan dan mencoba menghadirkan ruang sunyi bagi segelintir orang yang pasti pernah mengalami kegagalan dalam menjalin hubungan asmara.

Kehendak membangun dunia baru dalam kumpulan kisah ego.centris ini tampaknya masih membutuhkan ketelitian yang serius sebab pergulatan melahirkan karya sastra mestinya tak melulu menghadirkan realitas yang sudah ada, tetapi mencoba menciptakan realitas baru yang barangkali saja melampaui realitas yang sudah ada/umum.

Meskipun terobosan yang dihadirkan Novanka Raja bukanlah sesuatu yang baru dalam tradisi sastra (populer) di negeri ini, dalam kumpulan cerita ini Novanka mencoba membangun kegamangan dan realitas yang pahit dari sudut pandang yang samar.

Seperti dalam kisah Atap Malam Jakarta, kegamangannya adalah saat si tokoh berada di atap sebuah gedung, menyaksikan Kota Jakarta selepas hujan dan menyadari bahwa ada orang lain yang tengah mengalami realitas pahit yang pernah ia jalani, si tokoh seperti menyaksikan dirinya berada dalam diri orang tersebut. Kisah ini menyiratkan bahwa kisah percintaan terkadang seperti lingkaran yang tak kunjung usai. Meskipun masing-masing cerpen berdiri sendiri-sendiri, di dalamnya tersirat satu benang merah yang ingin disampaikan penulisnya, pilihan.

Buku ini juga mencoba menghadirkan sisi spiritual dari si pencari cinta sejati, Novanka menyodorkan pandangannya mengenai cinta sebagai bakti, seperti ditulisnya pada Jalan Cinta Pengembaraan Menuju Hakikat, pergantian musim akan melahirkan kehidupan yang baru. Selalu ada kematian dan kelahiran. Keduanya tak akan terhenti sebelum cinta memanggilnya. Gunung akan kokoh berdiri selama ada cinta di dalamnya, maka dakilah gunung dan temukan harta yang terpendam di dalamnya: kepatuhan.

Kodrat manusia adalah lahir dengan kehendak. Sebagian akan menjadi hak dan sebagian akan menjadi kewajiban. Akan selalu ada bukti untukmu sebab sifat cinta adalah bukti (bakti). Bagitulah karakteristik yang khas dalam cerpen-cerpen Novanka Raja, ia tidak mementingkan rima atau kuatnya latar dan penokohan. Meskipun demikian, karakter Novanka tetap bisa ditemukan, ia sendiri meneguhkan dirinya dalam memburu apa yang disebut dunia imajinasi.

Karakternya terlihat dalam lewat kehadiran kebingungan menghadapi realita, suatu kondisi tarik ulur antara harapan dan keputusasaan, antara kebencian dan rasa cinta, antara tubuh dan jiwa, perjumpaan dan juga perpisahan yang pilu. Dan tentu saja itu semua bukanlah harga mati dalam perjalanan panjang ini.

Hampir separuh dari kisah yang disuguhkan buku ini menyiratkan semacam keidealan sebuah hubungan antara laki-laki dan perempuan. Cara bercerita Novanka memang tidak terlalu berlebihan, datar dan biasa saja, alurnya gampang ditebak, temanya tidak berat, penuturannya pun lugas dan terang benderang sehingga buku ini tak hanya dinikmati peminat sastra saja, tapi juga diminati peminat buku-buku fiksi umumnya, di situlah keistimewaan ego.centris ini lahir.

Fitri Yani
, penulis, tinggal di Bandar Lampung

Sumber: Lampung Post, Minggu, 29 Mei 2011

No comments: