Jakarta, Kompas - Sekitar 80 penulis dari 16 negara dan 20 penulis nasional akan berkumpul dan menampilkan karyanya dalam Ubud Writers and Readers Festival. Kegiatan yang diselenggarakan Yayasan Saraswati tersebut dijadwalkan berlangsung 25-30 September 2007.
Janet De Neefe selaku direktur festival kepada pers di Jakarta, Rabu (19/9), berharap kegiatan ini dapat menjadi wadah ekspresi berbagai kebudayaan mengingat peserta datang dari berbagai wilayah. Dengan demikian bisa tercipta hubungan yang jauh dari prasangka dan hubungan antarbudaya yang baik.
Tema festival itu tahun ini ialah "Sekala Niskala (The Seen and The Unseen)", yang merupakan konsep dasar filosofi masyarakat Bali. "Sekala Niskala" merupakan dua dimensi saling bertalian yang tak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia.
Dalam festival kali ini akan hadir pengarang internasional ternama, seperti pemenang Man Booker Prize tahun 2006, Kiran Desai; pengarang India terkenal, Shashi Tharoor, pengarang Australia yang banyak mendapatkan penghargaan; Richard Flanagan, penulis cerita kriminal best-seller, Kathy Reichs. Ada pula pengarang sekaligus jurnalis asal China, Xinran; dan Rana Dasgupta yang dikenal sebagai pembawa cerita dari India. Dari Indonesia akan hadir di antaranya Ahmad Tohari, Anand Krishna, Cok Sawitri, Dorothea Rosa Herliany, Debra Yatim, Hamid Basyaib, dan Ratna Indraswari Ibrahim.
Akan diselenggarakan berbagai diskusi, debat sastra, peluncuran buku, pembacaan puisi, dan lokakarya dengan tema-tema menarik. Acara diselenggarakan di sekitar tiga puluh tempat, baik di hotel, restoran serta balai budaya, sehingga sekaligus menjadi ajang mempromosikan tempat wisata di Bali.
Menurut Hamid Basyaib, festival ini merupakan ajang sekaligus tempat bagi para penulis Indonesia untuk memperluas pergaulan internasional. "Di festival ini para penulis dapat saling berbagi informasi, mendiskusikan isu-isu aktual di bidangnya, dan membuka jaringan. Penulis Indonesia tidak hanya mendapatkan pengaruh dari luar, tetapi juga dapat memengaruhi komunitas di luar," ujarnya.
Sementara bagi Cok Sawitri, di ajang festival ini para penulis lokal berkarakter kuat dan khas —yang selama ini jarang mendapat sorotan—dapat tampil di ajang internasional. "Di festival ini kearifan lokal diangkat dan diharapkan nantinya ada penulis-penulis lokal yang terangkat namanya," ujarnya. (INE)
Sumber: Kompas, Kamis, 20 September 2007
No comments:
Post a Comment