Sunday, April 07, 2013

[Tifa] Selendang Merah Pemikat Hati

SAMBIL menggerakkan jemarinya yang lentik, Sri Ledhek langsung menari di depan Hanoman. Gerak tubuhnya yang gemulai dengan balutan selendang merah membuat sang kera putih itu terpesona.

Ada hasrat yang begitu kuat dalam diri Hanoman. Naluri kebinatangannya pun menjadi bengal. Ia seakan menjelma jadi manusia. Bisa berbagi, bercinta, dan bercumbu.

Adegan tersebut merupakan sepenggal kisah dalam lakon Selendang Merah yang dipentaskan di sela-sela latihan di Jakarta, awal pekan ini.

Lakon tersebut merupakan babak terakhir dari trilogi Opera Jawa karya sutradara Garin Nugroho. Sebelumnya, ada Iron Bed (2008) dan Tusuk Konde (2010).

"Selendang mempunyai arti dan filosofi dalam pertunjukan seni tradisi di Jawa. Itu berkaitan dengan selendang alias sampur yang digunakan sebagai pemikat dalam tarian," ujar Garin.

Lakon Selendang Merah bakal dipentaskan di Teater Besar, Institut Seni Indonesia Surakarta, Jawa Tengah, malam ini. Lalu, di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu (13/4) dan Minggu (14/4) mendatang.

Dalam pementasan selama 100 menit itu dikisahkan, sekelompok Ledhek Tayub pimpinan Tuan Ledhek (Anggoro Kusumo) berhasil menangkap monyet.

Mereka melatih salah satu monyet bernama Hanoman (Heru Purwanto) secara kejam.

Karena mendapati perlakukan itu, istri Tuan Ledhek, Sri Ledhek (Sruti Respati) menyelimuti Hanoman dengan selendang merah. Rombongan Ledhek Tayub selalu membawa monyet itu berkeliling desa.

Di tengah perjalanan, konflik suami istri antara Tuan Ledhek dan Sri Ledhek semakin meruncing. Dia menganggap istrinya bukanlah milik cinta pribadinya.

Sri Ledhek ialah penari Tayub (Tayuban). Lemparan selendang merah ke udara hanya untuk mengajak penonton menari. Itu menjadikan tubuh Sri Ledhek telah jadi milik umum.

Di tengah kesepian, Sri Ledhek menganggap kekuasaan suaminya telah menjelma menjadi sebuah kekejaman. Itu membuat Sri Ledhek jatuh hati kepada Hanoman.

Dalam pementasan itu, para penari menarikan Tari Tayub yang biasa digelar pada acara Tayuban. Tarian itu merupakan salah satu kesenian Jawa Tengah yang mengandung unsur keindahan dan keserasian gerak.

Menggoda

Dalam kesenian rakyat, Tari Tayub selalu dibawakan secara seksi. Para lelaki yang turut menari selalu meneguk arak sebagai sebuah keharusan.

Untuk menambah sentuhan kontemporer, para penari akan menggunakan topeng Papua hasil kreasi dari suku Asmat. Lakon Selendang Merah akan sarat makna karena Garin ingin menunjukkan sebuah pertunjukan yang memikat hati.

"Untuk tarian, kami juga menggabungkan Tari Ngremo, Tari Cakil, dan Tari Bedaya. Ini semua akan berpadu karena ada gerakan cepat hingga lembut," timpal koreografer Danang Pamungkas.

Musikus tradisi Rahayu Supanggah akan meracik komposisi musik yang berjumlah sekitar 35 tembang. Unsur koreografi pun akan digarap berdasarkan dramaturgi yang matang.

Penutur dan penyanyi keroncong Endang Laras bakal hadir sebagai 'dalang' untuk melantunkan kisah lewat tembang-tembang berbahasa Jawa ngoko, bahasa sehari-hari. (Iwa/M-1)

Sumber: Media Indonesia, Minggu, 7 April 2013 

No comments: