-- Fedli Azis
Mereka bukan orang-orang yang mengerti budaya. Bukan pula teramat peduli namun memiliki azam mengajak seluruh unsur masyarakat, terutama generasi muda untuk peduli dan mengangkat warisan budaya di Riau. Percayalah... Terkadang sesuatu yang besar, dimulai dari sedikit orang...
TANGGAL 18 April, sejak 1982 International Council on Monuments and Sites (ICOMOS) mengusulkan diperingatinya Hari Monumen dan Situs Dunia atau The World Heritage Day atau di Indonesia disebut Hari Pusaka Dunia. Usulan itu disetujui pula dalam konferensi UNESCO melalui resolusi sesi ke 22 pada November 1983, yaitu merekomendasikan agar setiap negara anggota UNESCO menjajaki kemungkinan untuk mendeklarasikan 18 April sebagai Hari Pusaka Dunia, tak terkecuali Indonesia.
Kamis, 18 April 2013 lalu, sebuah organisasi nirlaba yang bergerak di bidang penyelamatan dan pelestarian pusaka atau warisan budaya Riau bernama Riau Heritage untuk pertama kalinya pula memperingati Hari Pusaka Dunia tersebut. Kegiatan itu mereka laksanakan di Museum Sang Nila Utama Riau, Pekanbaru dari pukul 09.00 WIB hingga 16.00 WIB. Sebagai organisasi yang masih baru, Riau Heritage yang dipimpin Ardiansyah MZ Tanjung didukung mitranya seperti Komunitas Sapu Lidi, Blogger Bertuah, Donor Buku, RIAUMAGZ.COM, Pancang Nibung serta Komunitas Fotografi Pekanbaru menggelar pameran Foto Pusaka dan launching Newsletter on Heritage.
Newsletter on Heritage sendiri merupakan suplemen informasi online mengenai keberadaan pusaka, sosialisasi kegiatan yayasan serta informasi-informasi lain yang berkenaan dengan upaya pelestarian pusaka, baik dalam lingkup Riau maupun lebih luas lagi. Paling tidak, kegiatan yang didukung secara moril Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau dan Museum Sang Nila Utama itu, menjadi pijakan awal menanamkan rasa kecintaan dan kepedulian masyarakat terhadap pusaka di sekitar kita.
Karena itu, tahun ini, Riau Heritage memfokuskan program utamanya pada pelestarian Candi Muara Takus yang tercacak di Kabupaten Kampar sejak kemaharajaan Sriwijaya hingga hari ini. Ada dua pola untuk penyelamatan candi tertua itu dengan slogan Wonderfull Muara Takus dan Save Muara Takus. Selain candi itu, juga kawasan bersejarah di Senapelan (Pekanbaru) seperti rumah singgah sultan dan sekitarnya.
‘’Bayangkan saja, Candi Muara Takus sebagai situs tertua kebanggaan kita itu, saat ini bahkan tidak tercatat lagi dalam buku sejarah di sekolah. Situs serupa itu rentan akan hancur dan itu sudah terjadi. Karenanya, kita perlu fokus pada penyelamatannya,’’ ulasnya.
Sementara itu, budayawan Riau Al azhar yang hadir pada helat tersebut mengatakan, prakarsa Yayasan Riau Heritage memperingati Hari Pusaka Dunia tahun ini patut dihargai bersama. Lebih-lebih lagi, rangkaian kegiatan yang mereka taja bersifat inklusif, untuk siapa saja, lintas usia dan profesi. Warisan budaya, material maupun non material, seharusnya memang menjadi kepedulian semua orang, bukan kalangan tertentu saja.
‘’Bila kegiatan ini dilaksanakan berterusan dan konsisten dengan inklusivitasnya, maka warisan budaya kita akan menjadi kepedulian bersama,’’ katanya menegaskan.
Jadi Istimewa
Peringatan Hari Pusaka Dunia tahun ini menjadi istimewa karena bertepatan dengan pencanangan 2013 sebagai Hari Pusaka Indonesia. Karenanya Riau Heritage berperan serta mengadakan pameran foto dan meluncurkan Newsletter on Heritage-nya.
Pameran itu menampilkan berbagai foto koleksi dokumentasi gambar-gambar bangunan dan bagian-bagian dari bangunan sebagai bukti pusaka atau warisan budaya Melayu Riau.
Dijelaskan pimpinan Riau Heritage itu, pusaka dunia merupakan aset kekayaan dan kemakmuran bersama sebuah peradaban. Perlindungan dan pelestarian aset yang bernilai ini memerlukan rangkaian upaya dari segenap masyarakat. Hari yang khusus ini memberikan kesempatan untuk peningkatan kepedulian publik tentang keragaman pusaka serta mendorong terus tindakan aksi yang diperlukan untuk melindungi dan melestarikannya, sebagaimana halnya membuka mata semua orang untuk menyelamatkan kerentanannya.
Pusaka dan cagar budaya yang dimaksudkan di sini sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2010 Tentang Cagar Budaya BAB I (Ketetapan Umum) Pasal I. Pusaka yang dimaksud adalah pusaka alam (bentukan alam yang khas dan istimewa). Pusaka budaya (hasil cipta, rasa, karsa yang istimewa dari lebih 500 suku bangsa yang ada di tanah air) dan pusaka saujana (gabungan pusaka alam dan budaya dalam kesatuan ruang dan waktu. Dimensi pusaka budaya itu bisa berwujud, diantaranya berupa bangunan yang mencerminkan peradaban bangsa pada masa silam yakni kearifan lokal.
Sedang cagar budaya yakni warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya di darat maupun di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan UU di atas.
Dua pengurus Riau Heritage, Raja Zulwansyah Putra dan Mulyadi Numira yang juga asal Komunitas Sapu Lidi menjelaskan, helat ini memang untuk pertama kalinya digelar Riau Heritage bersama komunitas lainnya dengan harapan besar mendapat respon positif dari semua kalangan, salah satunya pemerintah daerah. Helat itu juga untuk memberikan pemahaman pada generasi muda, terutama pelajar yang barangkali tidak kenal dengan pusaka bernilai tinggi di daerah ini. Apalagi mereka (pelajar, red) merupakan pemegang tongkat kepemimpinan masa depan. Jika generasi muda peduli pada warisan masa lampau maka warisan ini akan bertahan namun perlu memberikan pemahaman mulai dari sekarang.
Pada helat itu, cukup banyak siswa dan mahasiswa yang hadir. Mereka memperlihatkan antusias yang tinggi untuk mengetahui lebih jauh tentang pusaka berupa situs sejarah dan budaya yang ada di Riau, terutama yang ada di Kota Bertuah Pekanbaru. Para generasi muda itu juga antusias bertanya tentang kisah dan cerita di balik foto-foto yang terpajang di sana.
‘’Ini memang untuk pertama kalinya dan terbukti memang tidak semua generasi muda yang tidak peduli. Mereka yang hadir pada acara ini cukup antusias bertanya dan ingin mendalami pemahaman tentang pusaka yang ada di Riau dan Pekanbaru khususnya,’’ kata Namira diamini Raja Zulwansyah Putra.
Sumber: Riau Pos, Minggu, 21 April 2013
Mereka bukan orang-orang yang mengerti budaya. Bukan pula teramat peduli namun memiliki azam mengajak seluruh unsur masyarakat, terutama generasi muda untuk peduli dan mengangkat warisan budaya di Riau. Percayalah... Terkadang sesuatu yang besar, dimulai dari sedikit orang...
TANGGAL 18 April, sejak 1982 International Council on Monuments and Sites (ICOMOS) mengusulkan diperingatinya Hari Monumen dan Situs Dunia atau The World Heritage Day atau di Indonesia disebut Hari Pusaka Dunia. Usulan itu disetujui pula dalam konferensi UNESCO melalui resolusi sesi ke 22 pada November 1983, yaitu merekomendasikan agar setiap negara anggota UNESCO menjajaki kemungkinan untuk mendeklarasikan 18 April sebagai Hari Pusaka Dunia, tak terkecuali Indonesia.
Kamis, 18 April 2013 lalu, sebuah organisasi nirlaba yang bergerak di bidang penyelamatan dan pelestarian pusaka atau warisan budaya Riau bernama Riau Heritage untuk pertama kalinya pula memperingati Hari Pusaka Dunia tersebut. Kegiatan itu mereka laksanakan di Museum Sang Nila Utama Riau, Pekanbaru dari pukul 09.00 WIB hingga 16.00 WIB. Sebagai organisasi yang masih baru, Riau Heritage yang dipimpin Ardiansyah MZ Tanjung didukung mitranya seperti Komunitas Sapu Lidi, Blogger Bertuah, Donor Buku, RIAUMAGZ.COM, Pancang Nibung serta Komunitas Fotografi Pekanbaru menggelar pameran Foto Pusaka dan launching Newsletter on Heritage.
Newsletter on Heritage sendiri merupakan suplemen informasi online mengenai keberadaan pusaka, sosialisasi kegiatan yayasan serta informasi-informasi lain yang berkenaan dengan upaya pelestarian pusaka, baik dalam lingkup Riau maupun lebih luas lagi. Paling tidak, kegiatan yang didukung secara moril Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau dan Museum Sang Nila Utama itu, menjadi pijakan awal menanamkan rasa kecintaan dan kepedulian masyarakat terhadap pusaka di sekitar kita.
Karena itu, tahun ini, Riau Heritage memfokuskan program utamanya pada pelestarian Candi Muara Takus yang tercacak di Kabupaten Kampar sejak kemaharajaan Sriwijaya hingga hari ini. Ada dua pola untuk penyelamatan candi tertua itu dengan slogan Wonderfull Muara Takus dan Save Muara Takus. Selain candi itu, juga kawasan bersejarah di Senapelan (Pekanbaru) seperti rumah singgah sultan dan sekitarnya.
‘’Bayangkan saja, Candi Muara Takus sebagai situs tertua kebanggaan kita itu, saat ini bahkan tidak tercatat lagi dalam buku sejarah di sekolah. Situs serupa itu rentan akan hancur dan itu sudah terjadi. Karenanya, kita perlu fokus pada penyelamatannya,’’ ulasnya.
Sementara itu, budayawan Riau Al azhar yang hadir pada helat tersebut mengatakan, prakarsa Yayasan Riau Heritage memperingati Hari Pusaka Dunia tahun ini patut dihargai bersama. Lebih-lebih lagi, rangkaian kegiatan yang mereka taja bersifat inklusif, untuk siapa saja, lintas usia dan profesi. Warisan budaya, material maupun non material, seharusnya memang menjadi kepedulian semua orang, bukan kalangan tertentu saja.
‘’Bila kegiatan ini dilaksanakan berterusan dan konsisten dengan inklusivitasnya, maka warisan budaya kita akan menjadi kepedulian bersama,’’ katanya menegaskan.
Jadi Istimewa
Peringatan Hari Pusaka Dunia tahun ini menjadi istimewa karena bertepatan dengan pencanangan 2013 sebagai Hari Pusaka Indonesia. Karenanya Riau Heritage berperan serta mengadakan pameran foto dan meluncurkan Newsletter on Heritage-nya.
Pameran itu menampilkan berbagai foto koleksi dokumentasi gambar-gambar bangunan dan bagian-bagian dari bangunan sebagai bukti pusaka atau warisan budaya Melayu Riau.
Dijelaskan pimpinan Riau Heritage itu, pusaka dunia merupakan aset kekayaan dan kemakmuran bersama sebuah peradaban. Perlindungan dan pelestarian aset yang bernilai ini memerlukan rangkaian upaya dari segenap masyarakat. Hari yang khusus ini memberikan kesempatan untuk peningkatan kepedulian publik tentang keragaman pusaka serta mendorong terus tindakan aksi yang diperlukan untuk melindungi dan melestarikannya, sebagaimana halnya membuka mata semua orang untuk menyelamatkan kerentanannya.
Pusaka dan cagar budaya yang dimaksudkan di sini sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2010 Tentang Cagar Budaya BAB I (Ketetapan Umum) Pasal I. Pusaka yang dimaksud adalah pusaka alam (bentukan alam yang khas dan istimewa). Pusaka budaya (hasil cipta, rasa, karsa yang istimewa dari lebih 500 suku bangsa yang ada di tanah air) dan pusaka saujana (gabungan pusaka alam dan budaya dalam kesatuan ruang dan waktu. Dimensi pusaka budaya itu bisa berwujud, diantaranya berupa bangunan yang mencerminkan peradaban bangsa pada masa silam yakni kearifan lokal.
Sedang cagar budaya yakni warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya di darat maupun di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan UU di atas.
Dua pengurus Riau Heritage, Raja Zulwansyah Putra dan Mulyadi Numira yang juga asal Komunitas Sapu Lidi menjelaskan, helat ini memang untuk pertama kalinya digelar Riau Heritage bersama komunitas lainnya dengan harapan besar mendapat respon positif dari semua kalangan, salah satunya pemerintah daerah. Helat itu juga untuk memberikan pemahaman pada generasi muda, terutama pelajar yang barangkali tidak kenal dengan pusaka bernilai tinggi di daerah ini. Apalagi mereka (pelajar, red) merupakan pemegang tongkat kepemimpinan masa depan. Jika generasi muda peduli pada warisan masa lampau maka warisan ini akan bertahan namun perlu memberikan pemahaman mulai dari sekarang.
Pada helat itu, cukup banyak siswa dan mahasiswa yang hadir. Mereka memperlihatkan antusias yang tinggi untuk mengetahui lebih jauh tentang pusaka berupa situs sejarah dan budaya yang ada di Riau, terutama yang ada di Kota Bertuah Pekanbaru. Para generasi muda itu juga antusias bertanya tentang kisah dan cerita di balik foto-foto yang terpajang di sana.
‘’Ini memang untuk pertama kalinya dan terbukti memang tidak semua generasi muda yang tidak peduli. Mereka yang hadir pada acara ini cukup antusias bertanya dan ingin mendalami pemahaman tentang pusaka yang ada di Riau dan Pekanbaru khususnya,’’ kata Namira diamini Raja Zulwansyah Putra.
Sumber: Riau Pos, Minggu, 21 April 2013
No comments:
Post a Comment