-- Iwan Kurniawan
Teater Emak Production menghadirkan lakon Markonah sebagai gambaran atas perempuan yang masih setia dan kokoh pada pendiriannya.
MATAHARI kian condong ke barat. Sinarnya menghadirkan siluet di selingkung taman kecil.
Markonah tampak sedang bersolek. Melulurkan pelembab di sekujur tubuh, menyisir rambut yang terurai panjang, dan menabur aroma wangi di lehernya.
Dari balik tirai jendela kamar, sosok perempuan seksi dan anggun di Kampung Bangor itu menjadi bahan pergunjingan. Warga sekampung mulai mengintip dari selingkung halaman perumahan petak-petak.
Seorang lelaki muncul dari balik perumahan. Ia menggunakan alat pengeker untuk melihat Markonah dari kejauhan. Anak-anak hingga ibu-ibu pun turut mengintip dari dinding-dinding rumah.
Lakon Markonah garapan sutradara Eka Dimitri Sitorus, 53, merupakan produksi perdana kelompok teater Emak Production yang dipentaskan di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pertengahan pekan ini.
Meski dengan tata panggung yang cukup sederhana, beberapa tripleks yang disulap menjadi rumah petak-petak tak mengurangi esensi pesan sosial yang ingin disampaikan.
Di situ ada taman, jemuran pakaian, sapu lidi, tong sampah, hingga kursi untuk menjemur kasur. Di sebuah pagi, ibu-ibu di Kampung Bangor mulai beraktivitas. Mereka membersihkan kasur, menyapu halaman, mencuci baju, hingga menumbuk bumbu masakan.
"Huh! Kerjanya cuma buat laki (suami) kita tergoda. Emang, dia pikir, dia itu siapa?" celoteh salah satu ibu membuka lakon berdurasi 60 menit itu.“Amit-amit deh ah! Jangan sampai deh (suami) kita terpikat,” cibir seorang ibu lainnya.
Mereka mulai menggunjing dan menebar fitnah tentang sosok Markonah (Sabrina Piscalia). Persoalannya hanya satu. Mereka merasa kehadiran Markonah sebagai ancaman rumah tangganya. "Ngakunya perawan. Padahal punya laki. Mana lakinya? Huh!" Tanpa memedulikan mereka, dengan berbusana mini, Markonah siap beraktivitas. Dia merupakan seorang perempuan karier.
Saat melewati deretan ibu-ibu itu, Markonah memang terlihat paling anggun dan penuh percaya diri. Markonah melangkah tanpa menggubris celotehan ibu-ibu itu.
Saking kesalnya, seorang ibu pun mulai menirukan cara berjalan Markonah. “Gunung (buah dada),” celoteh salah satu ibu lainnya sambil membusungkan dadanya. Penonton pun langsung tertawa.
Penyamaran
Konflik sosial yang terjadi di Kampung Bangor mulai memuncak. Emak Enol (Sri Hardini) merasa tersaingi dengan kehadiran Markonah. Dia naik pitam dan mulai melakukan segala cara jahat untuk memengaruhi warga.
Calon Ibu Camat (Tantri Pertiwi) pun mendapatkan desakan dari ibu-ibu, termasuk waria (Iphie Lubis) dkk sehingga dia pun mendukung upaya untuk merajam Markonah.
Ia terpaksa berkompromi dengan rencana anarkistis itu agar bisa meraup suara warga. “Hai, Markonah! Markonah!" cetus Emak Enol.
"Jangan panggil saya Markonah! Nama saya Nurbayah,” timpal Markonah. “Saya tak akan membiarkan kamu mengambil alih. Saya dikenal sebagai perempuan paling bahenol di Kampung Bangor. Cuih!" tukas Emak Enol yang berbadan gemuk itu.
"Saya melakukan ini(berdandan) semua untuk suami saya. Saya persiapkan diri sebaik-baiknya. Saya harus tampil cantik dan seksi agar kelak dia pulang menemui saya," ucap Markonah, lirih.
Mendapati kabar burung tentang istrinya, suami Markonah (Kubil Angelo), mendatangi kampung Bangor. Ia menyusup dan menyamar sebagai seorang perempuan tua untuk mengklarifikasi isu itu.
Di balik penyamaran itu, dia mendapati hal positif. Meski dibenci dan difitnah, Markonah tetaplah perempuan tangguh. Markonah setia menanti kepulangan dia dari negeri seberang.
Arti kesetiaan
Lakon Markonah menghadirkan sebuah drama kontemporer modern tentang kehidupan realistis. Ada sebuah pesan yang begitu kuat bahwa kesetiaan harus dijaga seorang perempuan untuk melewati sebuah prahara.
Sebelumnya, naskah karya Asmara GT itu pernah dipentaskan Teater Getapri garapan sutradara Siti Artati pada 2012 lalu. Pada pementasan kali ini, Teater Emak Production berhasil melakukan perubahan mendasar, terutama pada aktor, setting tempat, dan tata panggung.
Sabrina berhasil menjiwai perannya sebagai tokoh Markonah. Meski baru menapaki dunia teater, dia mampu memerankan tokoh perempuan urban yang tegas, setia, dan berpegang pada prinsip. (M-1)
Sumber: Media Indonesia, Minggu, 14 April 2013
Teater Emak Production menghadirkan lakon Markonah sebagai gambaran atas perempuan yang masih setia dan kokoh pada pendiriannya.
MATAHARI kian condong ke barat. Sinarnya menghadirkan siluet di selingkung taman kecil.
Markonah tampak sedang bersolek. Melulurkan pelembab di sekujur tubuh, menyisir rambut yang terurai panjang, dan menabur aroma wangi di lehernya.
Dari balik tirai jendela kamar, sosok perempuan seksi dan anggun di Kampung Bangor itu menjadi bahan pergunjingan. Warga sekampung mulai mengintip dari selingkung halaman perumahan petak-petak.
Seorang lelaki muncul dari balik perumahan. Ia menggunakan alat pengeker untuk melihat Markonah dari kejauhan. Anak-anak hingga ibu-ibu pun turut mengintip dari dinding-dinding rumah.
Lakon Markonah garapan sutradara Eka Dimitri Sitorus, 53, merupakan produksi perdana kelompok teater Emak Production yang dipentaskan di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pertengahan pekan ini.
Meski dengan tata panggung yang cukup sederhana, beberapa tripleks yang disulap menjadi rumah petak-petak tak mengurangi esensi pesan sosial yang ingin disampaikan.
Di situ ada taman, jemuran pakaian, sapu lidi, tong sampah, hingga kursi untuk menjemur kasur. Di sebuah pagi, ibu-ibu di Kampung Bangor mulai beraktivitas. Mereka membersihkan kasur, menyapu halaman, mencuci baju, hingga menumbuk bumbu masakan.
"Huh! Kerjanya cuma buat laki (suami) kita tergoda. Emang, dia pikir, dia itu siapa?" celoteh salah satu ibu membuka lakon berdurasi 60 menit itu.“Amit-amit deh ah! Jangan sampai deh (suami) kita terpikat,” cibir seorang ibu lainnya.
Mereka mulai menggunjing dan menebar fitnah tentang sosok Markonah (Sabrina Piscalia). Persoalannya hanya satu. Mereka merasa kehadiran Markonah sebagai ancaman rumah tangganya. "Ngakunya perawan. Padahal punya laki. Mana lakinya? Huh!" Tanpa memedulikan mereka, dengan berbusana mini, Markonah siap beraktivitas. Dia merupakan seorang perempuan karier.
Saat melewati deretan ibu-ibu itu, Markonah memang terlihat paling anggun dan penuh percaya diri. Markonah melangkah tanpa menggubris celotehan ibu-ibu itu.
Saking kesalnya, seorang ibu pun mulai menirukan cara berjalan Markonah. “Gunung (buah dada),” celoteh salah satu ibu lainnya sambil membusungkan dadanya. Penonton pun langsung tertawa.
Penyamaran
Konflik sosial yang terjadi di Kampung Bangor mulai memuncak. Emak Enol (Sri Hardini) merasa tersaingi dengan kehadiran Markonah. Dia naik pitam dan mulai melakukan segala cara jahat untuk memengaruhi warga.
Calon Ibu Camat (Tantri Pertiwi) pun mendapatkan desakan dari ibu-ibu, termasuk waria (Iphie Lubis) dkk sehingga dia pun mendukung upaya untuk merajam Markonah.
Ia terpaksa berkompromi dengan rencana anarkistis itu agar bisa meraup suara warga. “Hai, Markonah! Markonah!" cetus Emak Enol.
"Jangan panggil saya Markonah! Nama saya Nurbayah,” timpal Markonah. “Saya tak akan membiarkan kamu mengambil alih. Saya dikenal sebagai perempuan paling bahenol di Kampung Bangor. Cuih!" tukas Emak Enol yang berbadan gemuk itu.
"Saya melakukan ini(berdandan) semua untuk suami saya. Saya persiapkan diri sebaik-baiknya. Saya harus tampil cantik dan seksi agar kelak dia pulang menemui saya," ucap Markonah, lirih.
Mendapati kabar burung tentang istrinya, suami Markonah (Kubil Angelo), mendatangi kampung Bangor. Ia menyusup dan menyamar sebagai seorang perempuan tua untuk mengklarifikasi isu itu.
Di balik penyamaran itu, dia mendapati hal positif. Meski dibenci dan difitnah, Markonah tetaplah perempuan tangguh. Markonah setia menanti kepulangan dia dari negeri seberang.
Arti kesetiaan
Lakon Markonah menghadirkan sebuah drama kontemporer modern tentang kehidupan realistis. Ada sebuah pesan yang begitu kuat bahwa kesetiaan harus dijaga seorang perempuan untuk melewati sebuah prahara.
Sebelumnya, naskah karya Asmara GT itu pernah dipentaskan Teater Getapri garapan sutradara Siti Artati pada 2012 lalu. Pada pementasan kali ini, Teater Emak Production berhasil melakukan perubahan mendasar, terutama pada aktor, setting tempat, dan tata panggung.
Sabrina berhasil menjiwai perannya sebagai tokoh Markonah. Meski baru menapaki dunia teater, dia mampu memerankan tokoh perempuan urban yang tegas, setia, dan berpegang pada prinsip. (M-1)
Sumber: Media Indonesia, Minggu, 14 April 2013
No comments:
Post a Comment