Friday, November 18, 2011

Terancam Tergerus Bahasa Asing

RASA bangga terhadap bahasa asing yang terlalu tinggi adalah salah satu faktor yang mengikis rasa cinta masyarakat untuk menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Itulah yang fenomena yang terjadi pada generasi muda sekarang.

Pendapat itu dilontarkan Hanifan Fuadi Fathul M, Duta Bahasa Nasional 2011 dari Jawa Tengah, kepada Media Indonesia di Semarang, Selasa (15/11). Bahkan dia menyebut tingkat apresiasi mahasiswa terhadap sastra Indonesia rendah. Sebagian besar mahasiswa, kata dia, berpikir bahwa sastra, seperti puisi, novel, teater sulit untuk dinikmati karena bahasanya yang hanya bisa dipahami oleh kalangan tertentu saja.

Adapun Duta Bahasa Nasional 2011 yang juga berasal dari Jateng, Elizabeth Yuniar, menambahkan bahwa bahasa Indonesia bukanlah legenda yang hanya dituturkan oleh orang yang tua usianya. Jika hal itu benar-benar terjadi, bahasa Indonesia akan mengalami kepunahan. Karena itu, Gerakan Cinta Bahasa Indonesia (GCBI) adalah salah satu langkah untuk menjaga kelestarian bahasa Indonesia.

Generasi muda, katanya, termasuk di dalamnya pelajar dan mahasiswa dianggap memiliki kekuatan untuk mempetahankan bahasa nasional melalui intelektualitas dan semangatnya. Tentu, diperlukan rasa cinta terhadap bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa hingga akhirnya menumbuhkan rasa ingin mempertahankannya.

"Rasa cinta ini dimulai dengan keikutsertaan masyarakat Indonesia secara langsung dalam ruang yang disediakan untuk mengapresiasi bahasa Indonesia dalam beragam bentuk. Puisi, artikel kebahasaan, ragam tulis maupun lisan lain dalam bahasa Indonesia dihadirkan dalam Gerakan Cinta Bahasa Indonesia (GCBI)," ujar mahasiswi semester 5 FISIP Universitas Sebelas Maret Surakarta ini.

Secara terpisah, pengamat pendidikan Arief Rachman menanggapi positif gagasan Badan Bahasa untuk menggaungkan. "Gerakan ini menandai cinta kita pada falsafah bahasa itu sendiri yang mengandung nilai-nilai dan norma keindonesian," cetusnya.

Jadi, kata dia, kalau bahasa Indonesia punah, kebudayaan akan punah dan identitas Indonesia akan hancur. Sebab itu, bahasa merupakan mutiara yang mempunyai empat fungsi yakni sebagai alat komunikasi, nilai dan norma, dasar filosofis, dan dasar politis.

Bahasa internasional

Arief lebih jauh optimistis bahwa bahasa Indonesia berpeluang menjadi bahasa internasional, khususnya di Asia Tenggara. "Saya kira bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa internasional," kata Guru Besar Universitas Negeri Jakarta itu saat ditemui di kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Jakarta, awal pekan ini.

Keyakinan itu dilandasi karena bahasa Indonesia telah banyak digunakan di Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan Timor Leste. Arief mencontohkan bahasa China yang bisa menjadi bahasa internasional meski tidak dipakai di Eropa mengingat penduduknya terbesar dan tersebar di dunia. Sebaliknya, bahasa Jerman hanya dipakai di Jerman sehingga tidak menjadi bahasa internasional walau punya kedudukan di PBB.

Untuk itu, Arief mengimbau Badan Bahasa di Kemendikbud lebih aktif mengampanyekan gerakan cinta bahasa Indonesia. ”Bahasa Indonesia bukan hanya dipelajari di sekolah, tetapi juga harus dipakai sebagai bahasa komunikasi sehari-hari,” ujarnya.

Untuk memperluas penggunaan bahasa Indonesia, Kepala Badan Bahasa Kemendikbud Agus Dharma berencana menambah pusat bahasa dan kebudayaan Indonesia di setiap negara. Sejauh ini, ada 150 pusat bahasa dan kebudayaan Indonesia di 48 negara. ”Jumlahnya akan bertambah. Kuncinya, orang akan tertarik pada bahasa Indonesia jika tertarik pada budaya kita.”

Namun, Agus mengimbau agar masyarakat tidak terlalu tinggi berharap bahasa Indonesia akan menjadi bahasa internasional, apalagi jika tidak dihargai di negeri sendiri seperti saat ini. Ia khawatir nilai-nilai bahasa Indonesia kian tergerus bahasa asing, terutama bahasa Inggris. ”Orang lebih suka memakai bahasa Inggris karena dianggap keren, pintar, dan unggul. Padahal, tidak juga. Penghargaan pada bahasa Indonesia harus mulai dari diri kita sendiri,” tandasnya. (HT/Bay/H-1)

Sumber: Media Indonesia, Jumat, 18 November 2011

No comments: