Judul : Kesan dan kesaksian perjuangan Darori Wonodipuro (Penuturan sahabat, kolega, dan keluarga)
Penulis : Agung Nugraha
Pengantar : Zulkifli Hasan dan Sri Sultan Hamengku Buwono X
Penerbit : Wana Aksara
Edisi : Maret 2013
Tebal : 500 halaman
JARANG-JARANG seorang pegawai negeri mau mengisahkan secara lengkap perjalanan suka dan dukanya semasa mengabdi. Pasalnya, cerita umum pegawai negeri di Indonesia selalu didominasi cerita muram, karena rendahnya standar gaji, tingginya tuntutan hidup secara lagsung memberi pengaruh beragam dalam pengabdiannya.
Tetapi, beda dengan pengalaman Darori Wonodipuro. Pegawai negeri kelahiran Banyumas (Jateng) yang mengawali karer kepegawaiannya di Tarutung, Sumetara Utara, setelah mengantongi gelar Insinyur dari Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada ini menghabiskan pengabdiannya mengawasi hutan. Memulai karer pegawai negeri kehutanan dari eselon paling rendah, sampai kini menjadi Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Kementerian Kehutanan.
Pegabdiannya yang gigih dan pantang menyerah, terutama jika sudah menghadapi oknum-onkum pengusaha dan pejabat tinggi negara yang berdiri di belakang praktik perusakan hutan di sejumlah tempat di negeri ini, membuat koleganya, saudara,sampai sejumlah menteri kehutanan memuji seorang Darori Wonodipuro.
Pujian dan kesaksian perjuangan pria berdarah biru inilah yang kemudian diungkapkan dalam 30 judul tulisan yang penuh warna di buku ini. Tulisan tersebut antara lain ditulis oleh putra-putrinya, sahabat, dan teman permainan. Juga dilengkapi sejumlah foto-foto kenangan saat pegawai ini dipercaya mendampingi satu per satu Menteri Kehutanan ke daerah, juga melihat hutan-hutan yang botak dirusak oknum pengusaha hutan dan direkomendasi pejabat tinggi di daerah.
"Pengabdian pegawai negeri sebagai perawat hutan itu sangat berat. Penuh dengan resiko. Kalau akhirnya saya bisa menjalaninya hingga di ujung masa pengabdian, modalnya hanya DUIT. Bukan uang, tapi Doa, Usaha, Ikhlas dan Tawakal.
Tanpa DUIT, mustahil saya bisa mengabdi hingga mengalami penggantian menteri kehutanan sebanyak 10 kali," tutur Darori kepada sejumlah wartawan di ruang kerjanya, lantai 8 Gedung Kehutanan Manggala Wanabhakti, Jakarta, Senin lalu.
Sehari kemudian setelah berbincang dengan wartawan di ruang kerjanya, sosok yang rendah hati ini menyatakan mundur dari karir kepegawaiannya. Selanjutnya dia ingin berkarir di pentas politik. Namun rahasia pengabdiannya bisa Anda petik melalui buku ini. Selamat membaca! (Ami Herman)
Sumber: Suara Karya, Sabtu, 30 Maret 2013
Penulis : Agung Nugraha
Pengantar : Zulkifli Hasan dan Sri Sultan Hamengku Buwono X
Penerbit : Wana Aksara
Edisi : Maret 2013
Tebal : 500 halaman
JARANG-JARANG seorang pegawai negeri mau mengisahkan secara lengkap perjalanan suka dan dukanya semasa mengabdi. Pasalnya, cerita umum pegawai negeri di Indonesia selalu didominasi cerita muram, karena rendahnya standar gaji, tingginya tuntutan hidup secara lagsung memberi pengaruh beragam dalam pengabdiannya.
Tetapi, beda dengan pengalaman Darori Wonodipuro. Pegawai negeri kelahiran Banyumas (Jateng) yang mengawali karer kepegawaiannya di Tarutung, Sumetara Utara, setelah mengantongi gelar Insinyur dari Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada ini menghabiskan pengabdiannya mengawasi hutan. Memulai karer pegawai negeri kehutanan dari eselon paling rendah, sampai kini menjadi Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Kementerian Kehutanan.
Pegabdiannya yang gigih dan pantang menyerah, terutama jika sudah menghadapi oknum-onkum pengusaha dan pejabat tinggi negara yang berdiri di belakang praktik perusakan hutan di sejumlah tempat di negeri ini, membuat koleganya, saudara,sampai sejumlah menteri kehutanan memuji seorang Darori Wonodipuro.
Pujian dan kesaksian perjuangan pria berdarah biru inilah yang kemudian diungkapkan dalam 30 judul tulisan yang penuh warna di buku ini. Tulisan tersebut antara lain ditulis oleh putra-putrinya, sahabat, dan teman permainan. Juga dilengkapi sejumlah foto-foto kenangan saat pegawai ini dipercaya mendampingi satu per satu Menteri Kehutanan ke daerah, juga melihat hutan-hutan yang botak dirusak oknum pengusaha hutan dan direkomendasi pejabat tinggi di daerah.
"Pengabdian pegawai negeri sebagai perawat hutan itu sangat berat. Penuh dengan resiko. Kalau akhirnya saya bisa menjalaninya hingga di ujung masa pengabdian, modalnya hanya DUIT. Bukan uang, tapi Doa, Usaha, Ikhlas dan Tawakal.
Tanpa DUIT, mustahil saya bisa mengabdi hingga mengalami penggantian menteri kehutanan sebanyak 10 kali," tutur Darori kepada sejumlah wartawan di ruang kerjanya, lantai 8 Gedung Kehutanan Manggala Wanabhakti, Jakarta, Senin lalu.
Sehari kemudian setelah berbincang dengan wartawan di ruang kerjanya, sosok yang rendah hati ini menyatakan mundur dari karir kepegawaiannya. Selanjutnya dia ingin berkarir di pentas politik. Namun rahasia pengabdiannya bisa Anda petik melalui buku ini. Selamat membaca! (Ami Herman)
Sumber: Suara Karya, Sabtu, 30 Maret 2013
No comments:
Post a Comment