Saturday, April 28, 2012

Taman Budaya Bali Layak Diteladani

-- Doddy Hidayatullah

SEBUAH patung Kumbakarna berukuran tinggi sekitar lima meter, hasil sentuhan tangan terampil seniman I Wayan Nyungkal asal Desa Tegallalang, Kabupaten Gianyar, menjadi salah satu hiasan halaman Taman Budaya Denpasar. Kehadiran patung Kumbakarna tersebut sekaligus menjadikan Taman Budaya Bali sebagai sebuah taman budaya yang layak diteladani, khususnya bagaimana sebaiknya sebuah taman budaya dibangun sesuai dengan impian para seniman.

    Artinya taman budaya Bali itu dibangun memang untuk menyalurkan aspirasi para seniman tentang bentuk-bentuk seni budaya busantara yang perlu dihidupkan di situ.

    Padahal di kebanyakan taman budaya yang ada di tempat lain di tanah air, taman budaya dibangun terkesan tanpa konsep, dibangun tanpa mengawinkan ide-ide artistik para seniman yang ada di daerah itu, sehingga kebanyakan taman budaya di tanah air sekarang ini tidak memilki agenda yang jelas, agenda yang tidak saja mengangkat karya seni budaya seniman setempat. Kenyataan itu berbeda dengan Taman Budaya Bali yang selalu dipadatkan dengan sejumlah agenda yang jelas dengan tujuan mengangkat citra seniman Bali.

    Tampilnya karya seni patung Kumbakarna berukuran besar yang ada di Taman Budaya Bali juga sekaligus melambangkan kesetiaan kepada Nusa dan Bangsa. patung itu merupakan salah satu elemen taman yang penataannya dilakukan secara apik, disamping tujuh panggung pementasan, yang sanggup menampung seluruh aktivitas Pesta Kesenian Bali (PKB), aktivitas seni tahunan di Pulau Dewata. Taman Budaya Denpasar (TBD) tempat berlangsungnya PKB selama puluhan tahun, digagas budayawan Prof Dr Ida Bagus Mantra (alm), yang juga mantan Dirjen Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Gubernur Bali.

    Taman Budaya yang berlokasi di jantung kota Denpasar dibangun di atas lahan seluas 6,5 hektar dilengkapi sejumlah fasilitas yang pembangunannya rampung tahun 1978 bertepatan dengan digelarnya PKB yang pertama.

    Selama 34 kali pelaksanaan PKB, aktivitas seni yang digelar secara berkesinambungan seluruhnya mengambil lokasi di kawasan Taman Budaya, tutur Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Dr Ida Bagus Sedhawa, SE M.SI. Taman Budaya yang kini menjadi tempat bergengsi, karena sembilan grup kesenian mancanegara dan 12 grup kesenian dari berbagai daerah di Indonesia dan ratusan sekolah dari delapan kabupaten dan satu kota di Bali pentas di tempat tersebut baru-baru ini.

    Selama PKB diisi lebih dari 100 kali pementasan, berlangsung pada pagi hari, siang, sore hingga malam hari. Pementasan kesenian bersifat tradisi dibawakan duta seni dari delapan kabupaten dan satu kota di Bali berlangsung pada pagi hingga siang hari. Sedangkan kesenian hasil pengembangan dan unggulan dipentaskan pada sore hingga malam hari.

    Kegiatan itu diharapkan mampu menghibur masyarakat dan mengarahkan hal-hal yang positif bagi para murid dan siswa dalam mengisi liburan panjang. Semua itu diharapkan mampu memberikan dampak positif terhadap pengembangan dan pelestarian nilai-nilai budaya, sekaligus membangkit ekonomi masyarakat setempat.

    Gubernur Bali Made Mangku Pastika sejak dini telah mengingatkan panitia PKB agar melakukan seleksi yang ketat terhadap tim-tim kesenian dari berbagai daerah di Indonesia maupun mancanegara.

    Hal itu dimaksudkan jangan sampai ada tim kesenian luar Bali, termasuk yang berkolaborasi dengan masyarakat setempat menampilkan suguhan seni yang bertentangan dengan akar budaya bangsa Indonesia.

    PKB telah menjadi kebanggaan masyarakat Bali untuk menunjukkan kemampuan dan kebolehan para seniman dalam menggali, melestarikan dan mengembangkan seni budaya setempat.

    TBD yang dilengkapi panggung terbuka Ardha Candra berkapasitas 8.000 penonton, dan enam panggung lainnya dengan kapasitas lebih kecil, padat dengan jadwal pentas selama sebulan PKB berlangsung.

    Mengingat padatnya pementasan di Taman Budaya, sejumlah pementasan PKB dialihkan ke panggung dan gedung milik Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar yang lokasinya bersebelahan dengan Taman Budaya.

    Sementara pementasan skala lebih kecil seperti Calonarang, topeng Prembon, wayang, arja dan jenis kesenian lainnya dalam skala kecil dipentaskan di panggung Ayodya, Ratna Kanda, angsoka maupun gedung Ksiarnawa Taman Budaya Denpasar.

    Gedung Ksiarnawa, merupakan salah satu fasilitas TBD yang berfungsi sebagai tempat pementasasn di lantai dua dan tempat penyelenggaraan pameran di lantai satu. Taman Budaya juga memiliki fasilitas penunjang antara lain, wantilan yang juga berfungsi sebagai tempat pertunjukan berkapasitas 600 penonton, dilengkapi ruang untuk berias seniman serta peturasan (WC).

    Sementara tidak jauh dari wantilan berdiri bangunan wisma seniman yang dilengkapi sejumlah kamar tidur yang diperuntukkan bagi seniman dari delapan kabupaten yang membutuhkan fasilitas tersebut.

    Di bagian timur Taman Budaya atau di pintu keluar terdapat Balai Kambang sebagai tempat istirahat, yang dikitari dengan telaga (kolam) dengan aneka jenis tanaman bunga-bungaan. Semua itu menjadi satu kesatuan yang saling terkait satu sama lain yang dikonsep oleh Ida Bagus Mantra.

Sumber: Suara Karya, Sabtu, 28 April 2012

1 comment:

sobat budiasa said...

Rare Angon Nak Bali Belog berkunjung dan sangat mendukung sekali kegiatan sharing di dunia maya, baik tentang Budaya Bali, Agama Hindu dan Kreativitas Bali lainnya