Oleh
Isbedy Stiawan Z.S.
Sastra(wan)
Lampung tetap menyimpan kekuatan yang dahsyat. Silaturahmi dan Panggung
Sastrawan Lampung berikut buku Hilang Silsilah yang diluncurkan
bersamaan dengannya membuktikan ini.
 |
PANGGUNG SASTRAWAN LAMPUNG. Para sastrawan berfoto bersama seusai
pergelaran Silaturahmi dan Panggung Sastrawan Lampung yang
diselenggarakan Dewan Kesenian Lampung (DKL) di Taman Budaya Lampung
(TBL), Selasa (24/12). Bersamaan dengan itu, diluncurkan buku Hilang Silsilah: Kumpulan Karya Sastrawan Lampung, yang menghimpun 29
sastrawan Lampung dari generasi 1980-an hingga 2013-an.
(FOTO-FOTO: OYOS SAROSO HN)
SILATURAHMI
dan Panggung Sastrawan Lampung, Selasa (24/12) malam, di Taman Budaya
Lampung dinilai sebagai pentas kesenian akhir tahun di daerah ini.
|
 |
A.M. Zulqornain Ch |
 |
Isbedy Stiawan Z.S. |
 |
Inggit Putria Marga |
 |
Yulizar Padli |
 |
Ahmad Yulden Erwin |
 |
Iswadi Pratama |
 |
Udo Z. Karzi |
 |
Syaiful Irba Tanpaka, |
 |
Fitri Yani |
 |
Ari Pahala Hutabarat |
 |
Alexander G.B |
 |
Edi Purwanto |
 |
Desti Yani |
 |
Mahasiswa Umitra |
 |
Para sastrawan dan apresiasian |
Kegiatan yang ditaja Komite Sastra Dewan Kesenian Lampung (DKL) ini,
selain mengundang sastrawan dari generasi 1980-an hingga 2013-an
membacakan karya, juga menerbitan buku bertajuk Hilang Silsilah:
Kumpulan Karya Sastrawan Lampung (November 2013).
Buku
ini menghimpun 29 sastrawan Lampung dari generasi 1980-an hingga
2013-an, terdiri dari 12 cerpenis dan 17 penyair. Mereka di antaranya
A.M. Zulqornain Ch., Syaiful Irba Tanpaka, Isbedy Stiawan Z.S., Djuhardi
Basri, Iswadi Pratama, Dahta Gautama, Jimmy Maruli Alfian, Ahmad Yulden
Erwin, Udo Z. Karzi, Edi Samudra Kertagama, Ari Pahala Hutabarat,
Inggit Putria Marga, Fitri Yani, Alexander G.B., Yulizar Padli, Edi
Purwanto, Oky Sanjaya, dan Anton Kurniawan.
Malam
Silaturahmi dan Panggung Sastrawan Lampung berlangsung santai, dan
terkesan benar-benar silaturahmi. Maklumlah, kegiatan seperti ini di
daerah ini sangat langka. Meski semaraknya dunia peniciptaan sastra di
Lampung sudah tak diragukan di Tanah Air, namun helat pembacaan karya
sastra masih terbilang jarang. Untuk pemanggungan karya, teater lebih
mendominasi tinimbang kesenian lain, apatahlagi sastra.
Padahal,
penerbitan buku sastra di daerah cukup kontinyu. Setiap tahun
sedikitnya dua kumpulan sastra diterbitakn oleh sastrawan Lampung. Dewan
Kesenian Lampung tiga tahun terakhir ini telah menerbitkan kumpulan
puisi tunggal sejumlah penyair, dan antologi cerpen dari beberapa
cerpenis Lampung. Artinya, jika dilanjutkan menjadi pemanggungan karya
sastra tentulah tak merepotkan.
Dari dasar pemikiran
bahwa panggung sastrawan di daerah ini amat sepi, Komite Sastra Dewan
Kesenian Lampung pada tahun 2013 ini tak hanya menerbitkan buku sastra
namun dilanjutkan dengan kegiatan bernama Silarurahmi dan Panggung
Sastrawan Lampung, Selasa (24/12).
Ternyata antusias
pencinta sastra, khususnya di Bandarlampung tidak buruk. Terlihat dari
jumlah pengunjung yang hadir menyaksikan para sastrawan Lampung
membacakan karyanya. Selain kehadiran sastrawan di panggung, juga
pembaca puisi Desti dan musikalisasi puisi dari mahasiswa UMITRA.
Ketua
Umum Dewan Kesenian Lampung Syafariah Widiati dalam pembuka kumpulan
karya Sastrawan Lampung Hilang Silsilah ini, menyambut baik kerja Komite
Sastra DKL sebagai upaya menghimpun dan mendokumentasikan karya-karya
para sastrawan Lampung, dari generasi 80-an hingga terkini.
Dibanding
kumpulan sastra yang telah diterbitkan DKL, buku Hilang Silsilah ini
lebih banyak menghimpun para sastrawan, yaitu 29 orang—17 penyair dan 12
cerpenis—dengan bentuk dan pandangan terhadap kehidupan ini
masing-masing memiliki perbedaan.
Atu Ayi, sapaan Ketua
Umum DKL ini, menegaskan penerbitan buku sastra ini sebagai bentuk
kepedulian DKL bagi kemajuan kesenian di daerah. Membaca Lampung memang
tidak melulu dari keberhasilan pembangunan atau kebangkrutan
perpolitikan, melainkan juga dapat dibaca dari karya para senimannya.
Sementara
Ketua Harian DKL Hary Jayaningrat mengharapkan panggung sastra serupa
ini dapat dilanjutkan dan digagas dengan lebih baik baik di masa-masa
mendatang. Dia mengingatkan, bahwa selain teater sebenarnya karya sastra
dapat dinikmati masyarakat melalui pembacaan di atas panggung oleh
sastrawannya.
Karena itu, pada tahun-tahun depan Komite
Sastra dapat menggagas pertemuan sekaligus pembacaan sastra bersekala
nasional maupun regional dan internasional. Dengan demikian, dunia
sastra di daerah ini akan semakin kuat dan apa yang dikatakan sebagai
lumbung sastra dapat terus dipertahankan.
Pentas Akhir Tahun
Panggung
Sastrawan Lampung ini dianggap sebagai pentas akhir tahun 2013 di
Lampung. Sebelumnya gelar teater dalam Panggung Teater Perempuan se-
Sumatera yang diadakan Teater Satu telah menyita perhatian para pecinta
seni di sini.
Meskipun panggung sastra amalah langka,
tak mengurangi antusias penonton. Apalagi malam Natal 2013 itu, Panggung
Sastrawan Lampung menghadirkan “pembuka jalan” sastra di Lampung, A.M.
Zulqornain Ch. Sastrawan yang kini mengaku sudah seperti memencet pasta
gigi kosong untuk berkarya, ia panggungkan sebuah cerpen humor ihwal TKW
yang pernah dimuat Majalah Humor pada tahun 1984.
Lalu
Syaiful Irba Tanpaka yang membacakan cerpennya “Ritus Akhir Tahun” yang
sarat kritik dan satir pada kehidupan manusia kota. Tidak ketinggalan
dua cerpenis yang apik membacakan karyanya, Alexander Gb dan Yulizar
Padli.
Selain ketiga cerpenis tersebut, Panggung
Sastrawan Lampung juga menampilkan penyair cum sutradara Iswadi Pratama
dan Ari Pahala Hutabarat, Ahmad Yulden Erwin, Udo Z. Karzi, Inggit
Putria Marga, Fitri Yani, Desti Yani, Edi Purwanto, musikalisasi puisi
mahasiswa UMITRA, dan lain-lain.
Kerinduan akan
panggung tampak terobati dengan helat ini. Hal itu diakui sastrawan A.M.
Zulqornain Ch., yang mengaku lebih dari 30 tahun tidak tampil di
panggung membacakan karya sastra. Baru mala mini, melalui Komite Sastra
DKL ia bisa berkespresi.
Dan, penampilan Zul, panggilan
akrab pemilik banyak nama pena ini, sungguhlah menghibur. Betapapun
cerpen yang dibacakan penuh kritik dan satir. Demikian pula, Syaiful
Irba Tanpaka, Iswadi Pratama, ataupun A.Y. Erwin, dan Ari Pahala
Hutabarat.
Sayangnya helat ini tak seluruh sastrawan
yang terhimpun dalam Hilang Silsilah ini bisa hadir karena alasan
tertentu. Para sastrawan yang berhalangan hadir, di antaranya Panji
Utama, Djuhardi Basri, Dahta Gautama, Edy Samudra Kertagama, Jimmy
Maruli Alfian. Arya Winanda, Arman AZ, Anton Kurniawan, Asarpin, Ika
Nurliana, Rilda A Oe Taneko, Susilawati, Yuli Nugrahani, dan banyak
lagi.
Sebuah silaturahmi yang memang belum sempurna,
namun tak menjadi Pangggung Sastrawan Lampung, Selasa (24/12) malam itu,
menjadi tercabik. Akankah kegiatan serupa ini dapat diulang di
tahun-tahun mendatang?
Sejatinya, kita tetap merindukan keberadaan dalam kebersamaan…*
Isbedy Stiawan Z.S., sastrawan
Sumber:
Lampung Post, Minggu, 29 Desember 2013
No comments:
Post a Comment