Sunday, December 01, 2013

Pameran Pagelaran se Sumatera: Spirit Lokalitas Sumatera

-- Fedli Azis

Kreativitas yang terlahir dari para kreator tidak hanya menetas dari gagasan yang dimilikinya sendiri tanpa ada sentuhan-sentuhan yang inten dari luar. Sentuhan yang dimaksud bisa berupa pengamatan terhadap peristiwa yang ada di masyarakat dan peristiwa estetika yang berlangsung di atas panggung.

PAMERAN Pagelaran Seni se-Sumatera yang berlangsung November di Nangro Aceh 12-15 November lalu menunjukkan kesan demikian. Di mana ragam seni dan bentuk kreativitas dari seniman yang ada di wilayah Sumatera ini bertegur sapa lewat serangkaian inovasi seni yang tercipta dari kearifan lokal masing-masing. Riau misalnya membawakan sebuah karya tari yang berjudul ‘’Bailiuw’’.

Karya yang merupakan hasil dari perahan pikiran dan rasa koreografer Wan Harun Ismail ini berangkat dari pengamatannya terhadap sebuah tradisi yang ada di kampungnya, Kampar. Tradisi Balimau Kasai yang dilakukan masyarakat ketika akan menyambut bulan Ramadhan. Namun fenomena yang hendak digambarkan dalam tarian tersebut tidaklah semata-mata balimau kasai yang memang sudah menjadi tradisi tahunan di Riau akan tetapi menurut Wan ada hal yang menjadi titik fokusnya. Kata Wan, kegiatan Balimau Kasai pada zaman sekarang tidak lagi sama degan balimau kasai di zaman sekarang. 

‘’Dulu diidentikkan dengan ritual atau kegiatan membersihkan diri secara jasmani dan rohani dalam rangka memasuki bulan suci Ramadan tapi sekarang ianya menjadi seremonial sahaja bahkan banyak kita lihat hal-hal yang tak wajar,’’ sebutnya.

Pada masa dahulu bagi masyarakat, tradisi Balimau Kasai seolah-olah kegiatan wajib dilakukan tanpa terkecuali. Biasanya dengan cara membersihkan diri dengan menggunakan bahan-bahan ala kampung baik itu daun, rempah-rempah yang didapat dari hutan dan kemudian diolah menjadi wewangian. Hal inilah dikatakan Wan sangat bertolak belakang dengan kondisi sekarang di mana banyak sekali anak muda mandi dan berhanyut di sungai di mana mereka tidak lagi memperhitungkan muhrim dan bukan muhrim.

‘’Dahulu yang dipersiapkan masyarakat adalah rempah-rempah untuk prosesi mandi tersebut namun sekarang yang dipersiapkan para remaja terutama adalah benen atau pelampung ketika akan mandi di sungai,’’ jelas Wan lagi.

Berbagai hal tersebutlah kemudian menjadi gagasan atau ide dari garapan tarinya yang berjudul ‘’Bailiuw’’. Sebuah kegiatan masyarakat yang akan berhilir atau berhanyut di sungai sewaktu diadakannya Balimau Kasai. Dikatakan Wan, mereka anak-anak, pemuda-pemudi bahkan orang tua mempersiapkan segala kebutuhan seperti benen dan lainnya. Gerak dalam karya tari tersebut dikatakan Wan diangkat dari gerak silat Melayu yang terdapat di Riau yang kemudian disterilisasi menjadi gerak-gerak baru meskipun demikian pengembangan-pengembangannya tidak pula gerak yang tidak berpijak pada gerak-gerak tari Melayu lainnya.

Alhasil, sebanyak delapan penari kemudian mengekspresikan diri melalui gerak di atas panggung. Suasana gembira, senda gurau dan gelak tawa mewarnai pertunjukan tari tersebut. hal itu juga terlihat dari dialog-dialog para penari yang sengaja dihadirkan dalam pertunjukan. Unsur teater tersebut pun memperkuat unsur-unsur tari lainnya. Dengan membawa properti masing-masing berupa benen, para penari begerak lincah menyelesaikan adegan per adegannya. Muncul juga suasana mencengkam bahkan adegan para penari menjerit. Dikatakan Wan, hal itu untuk menggambarkan peristiwa di mana kadangkala dalam kegiatan bailiuw tersesbut ada benen-benen yang terbalik sehingga membuat beberapa orang yang melihatnya menjadi cemas.

‘’Sebenarnya kegiatan itu masih berlangsung sampai sekarang. Masyarakat akan berhilir bersama hingga waktu maghrib menjelang sebagai tanda masuknya bulan puasa,’’ ujar Wan kemudian.

Sementara itu, penata musik dalam karya tari Bailiuw tersebut adalah Taufik Yendra Pratama. Pemuda Bangkinang ini berusaha menghadirkan suasana-suasana kedaerahan sesuai dengan tradisi Balimau Kasai di Kabupaten Kampar-Riau. ‘’Saya berusaha memperjelas suasana dan mengiringi gerak tari sesuai dengan konsep dari tari itu sendiri. Yang jelas beberapa alat musik yang dipergunakan merupakan kombinasi dari alat-alat musik yang dimiliki Provinsi Riau seperti celempong, accordion, gendang dan lainnya,’’ jelas Taufik.

Selain tari, dalam helat Pamaran Pagelaran Seni se Sumatera tersebut, Taman Budaya Riau juga turut berpartisipasi di seni Rupa dan Sastra. Untuk seni rupa, Riau mengirim lukisan karya Roni Sarwani yang berjudul ‘’Kecil Sama Kecil’’. Dan untuk sastra, pembacaan puisi oleh penyair muda Riau, Jefri al Malay yang membawakan puisi dengan judul ‘’Anjung-anjung’’.

Selain itu, dua orang pemusik Riau juga turut ikut dalam penampilan komposisi musik Sumatera Pan Ensambel yaitu kumpulan musisi-musisi dari berbagai Sumatera yang ikut tampil dalam event PPSS. Sumatera Pan Ensambel ini tampil di malam pembukaan dengan mempergelarkan karya musik, hasil dari kolaborasi karya seni musik dengan menonjolkan warna daerah masing-masing pada sesi yang telah dibagi. Riau dalam hal itu diwakili oleh Afdal SSn dan Taufik Yendra Pratama SSn.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Riau, Said Syarifuddin SE MP yang turut hadir menyaksikan pagelaran tersebut mengatakan Riau tampil maksimal dan memuaskan. Karya-karya yang dipilih untuk mengikuti PPSS ini menurutnya mewakili semangat dan kearifan lokal yang ada di Riau.

‘’Saya sangat berpuas hati mengapresiasikannya. Baik tari, puisi, lukis yang kesemuanya turut mewarnai dalam pertemuan karya di Aceh ini,’’ ujarnya bangga.

Ditambahkan Said, PPSS merupakan satu bentuk wadah usaha bersama untuk membina dan mengembangkan seni di kawasan Sumatera. Kegiatan ini dikatakannya sangat penting dalam usaha membentuk silaturahmi kesenian. Mempertemukan berbagai karya berikut pelaku-pelakunya guna tukar menukar wawasan dan kemampuan berkesenian.

‘’Dengan demikian, akan terjadi diaog produktif, sejauh mana pembinaan dan pengembangan kesenian se-Sumatera serta ke depannya dapat pula menentukan apa saja yang perlu ditingkatkan demi majunya kesenian itu sendiri. Lebih jauh, kegiatan serupa ini berazam akan lahirnya karya-karya unggulan,’’ jelasnya lagi.

Senada degan itu, Kepala Taman Budaya, Pulsiamitra yang setia mendampingi tim kesenian dari Riau juga menyataka hal serupa. Riau tampil memikat dan memukau penonton. Hal itu dikatakannya bukanlah pernyataannya sebagai bagian dari tim dari Riau tapi sebagai penonton. Diakuinya juga, beberapa penonton yang dudk di sekitarnya berdecak kagum menyaksikan paket pertunjukan seni dari Riau.

‘’Artinya kita cukup berbangga hatilah bisa menampilkan karya yang dapat saya katakan menarik dan memberikan warna tersendiri, mewakili kearifan lokal yang Riau miliki. Namun demikian bukan pula berarti kita berpuas hanya sampai disini. Berbagai upaya pengembangan dan pembinaan akan kita tingkatkan pula ke depannya,’’ ujar Pulsiamitra.

Terkait dengan acara PPSS ini, disebutkannya adalah merupakan gelanggang bagi seniman-seniman yang ada di Sumatera ini untuk mempergelarkan karya-karya mereka. Ia juga sangat bersyukur bisa tetap eksis berpartisipasi dalam event tersebut karena menurut Pulsiamitra acara serupa ini menjadi sangat penting guna membangun dan menentukan arah pembinaan dan pengembangan seni di kawasan Sumatera. Persitiwa seni yang akan tersaji memiliki kontribusi yang besar terhadap pembangunan kesenian Sumatera.

‘’Selain itu  tentu saja helat ini menjadi ajang silaturahmi sesama kreator, pelaku dan pencinta seni. Sehingga ketika kita pulang ke daerah masing-masing dapat membawa oleh-leh berupa semangat penyegaran kreatifitas untuk dituangkan dalam proses berkesenian,’’ jelas Pulsiamitra.

Ditambahkannya juga, PPSS ini sudah berlangsung ke sekian kalinya yang berpindah-pindah dari satu provinsi ke provinsi yang lain. Pulsiamitra juga berharap selalu ada peningkatan dan warna tersendiri dalam setiap kegiatan. ‘’Artinya kegiatan pertemuan ini tidak hanya sekedar forum nostalgia Taman Budaya se-Sumatera saja tetapi hendaknya memiliki arti penting dalam merekam peristiwa perkembangan seni yang terajdi di masing-masing provinsi,’’ tambahnya lagi. n

Sumber: Riau Pos, Minggu, 1 Desember 2013

No comments: